Happy Reading ✨️
***
Sejak kembalinya dari Surabaya, Adam langsung bergerak cepat mencari ART, sopir, satpam, bahkan sampai tukang kebun. Semua Adam lakukan demi istrinya yang tengah hamil, karena ia tidak ingin semasa hamil Cira disibukkan mengurus rumah, yang mana akan membuat istrinya kelelahan.
Selain itu, sang putri juga ia nasihati supaya tidak menyulitkan Cira. Adam memberi beberapa nasihat yang salah satunya Lili harus mulai belajar mandiri dari hal terkecil. Meski awalnya batita itu kesulitan, namun perlahan-lahan Lili sudah mengurangi campur tangan Cira dalam mengurusnya.
Ditambah sekarang ada ART, walaupun memiliki sebuah kendala, Lili lebih meminta tolong kepada ART itu. Tetap saja, batita itu akan meminta Cira berkontribusi jika memang sangat dibutuhkan. Papinya itu belum mengatakan yang sebenarnya kenapa dia harus belajar mandiri mulai sekarang. Satu alasan yang dibilang Papi bahwa Lili sudah besar dan bagaimana mau punya adik sementara dia masih manja.
Mendengar kata adik, Lili sedikit termotivasi untuk mandiri. Ia senang kalau memang di masa depan memiliki seorang adik, maka dari itu Lili memutuskan mengikuti perkataan Adam—papinya.
Tugas Cira pun berkurang drastis dalam mengurus rumah tangga. Sang suami telah merekrut dua ART, yang salah satunya terkadang dipergunakan untuk membantu mengurus Lili. Cira hanya mengambil bagian memasak, menyiapkan baju suami dan anaknya. Memasak pun wanita itu tetap didampingi ART.
Pokoknya selama Cira hamil, wanita itu tidak diperbolehkan lelah oleh Adam. Biarkan seluruh pekerjaan rumah dikerjakan oleh orang yang sudah Adam pekerjakan, sedangkan Cira bertugas memantau mereka.
Sudah beberapa hari berlalu dan kini kandungan Cira memasuki usia 8 minggu. Belum ada satu pun, baik keluarga Adam maupun Cira mengetahui kabar kehamilan kedua ini. Entah kapan mereka akan berbagi kabar membahagiakan bagi kedua keluarga mereka.
“Kemari.” Cira menyuruh Adam mendekat, di tangannya sudah terdapat dasi yang akan ia pakaikan pada pria itu.
Adam menarik kursi rias yang biasa digunakan Cira. Membawa kursi tersebut mendekati sang istri yang duduk di sisi ranjang. Adam duduk tepat di depan Cira yang langsung memasangkan simpul dasi di kerah lehernya.
“Hari ini kuliah?” tanya Adam. Menatap dalam pada wajah yang semakin bersinar karena kehamilannya. Adam baru mengetahui kalau aura ibu hamil sangat terpancar dan membuat Cira semakin cantik.
“Iya. Aku siangan berangkatnya,” jawab wanita itu tanpa menatap balik wajah Adam.
“Nanti berangkat sama Pak Rudi ya? Kamu jangan dulu bawa mobil selama hamil. Mas khawatir kamu kenapa-kenapa. Untuk Lili, Mas yang bakal anterin dia.”
“Tapi ‘kan sekolah Lili nggak searah sama perusahaan. Kalau Mas telat gimana? Biar aku aja yang anter Lili kalau gitu.” Adam menggeleng. Sudah ia bilang, istrinya tidak boleh melakukan hal yang berat-berat. Biarkan tugas mengantar Lili, Adam gantikan. Selamanya pun tak apa, justru ia merasa senang mengantar sang putri bersekolah.
Cira tidak lagi bersuara. Agaknya memaksa Adam adalah perbuatan yang mustahil karena pria itu sangat keras kepala. Selesai memakaikan dasi dan jas, keduanya berdiri, bersiap keluar kamar. Namun sebelum itu, Adam membungkuk dan menyamakan wajahnya dengan perut Cira yang rata.
“Papi kerja dulu ya, Sayang. Mulai hari ini juga, Papi yang bakal anter Kakak kamu sekolah. Baik-baik di rumah, jangan bikin repot Mami selagi Papi kerja. Papi sayang kamu, dek.” Kemudian Adam mengecup perut sang istri yang terdapat anaknya di dalam sana.
“Kira-kira, Lili maunya dipanggil apa ya kalau dia tahu bakal punya adik?” ujar Cira. Semalaman wanita itu memikirkan panggilan apa yang cocok untuk sang putri ketika nanti adiknya memanggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Very Much [On Going]
Roman d'amour[Yuk, follow dulu akun ini sebelum membaca] * Cerita ini adalah season kedua dari 'The Angry Husband'. * Bagi kalian yang ingin membaca 'Love Very Much', disarankan untuk membaca 'The Angry Husband' terlebih dahulu supaya lebih mudah memahami alurny...