LVM - 7

161 21 0
                                    

Happy Reading ✨️

***

Suhu tubuh Adam tidak turun-turun meski sudah dua hari berlalu. Cira amat panik ketika di pagi hari hendak memeriksa kesehatan sang suami, ia malah mendapati kondisi Adam yang semakin memburuk. Dengan terpaksa, hari itu juga Cira membawa Adam ke rumah sakit.

Adam yang keras kepala mulanya tidak mau dibawa ke rumah sakit, karena ia kukuh apa yang dirasakannya adalah demam biasa, bukan penyakit parah. Pria yang biasanya marah-marah dan selalu memaki-maki, kini karena kondisi yang sedang sakit, malah berbalik dimarah-marahi Cira.

Wanita itu amat geram saat melihat suaminya malah menyembunyikan wajah di balik selimut. Untuk pertama kalinya Adam merengek selama pernikahan mereka selain urusan ranjang. Dia tetap tidak mau memeriksakan diri ke rumah sakit, entah apa alasannya. Karena jarangnya sakit, Adam merasa demamnya sebentar lagi akan mereda. Tapi kenyataannya tidak begitu, justru suhu tubuh Adam semakin tinggi.

Oleh karenanya, Cira dibuat khawatir akan kondisi Adam walaupun baru dua hari sang suami sakit. Jika mengingat gejala-gejala yang dirasakan Adam, tidak menutup kemungkinan dia mengalami tifus. Makanya untuk lebih memastikan, Cira tetap membawa Adam ke rumah sakit. Meskipun sebelumnya Cira harus membujuk Adam berbagai macam rayuan seperti anak kecil.

Setelah Adam diperiksa oleh dokter, dan memang dugaan Cira kalau pria itu terserang tifus rupanya benar. Di hari itu juga Adam harus dirawat, tentunya Cira memilih kamar VVIP karena sang suami yang amat rewel dan tidak ingin berbagi kamar dengan pasien lain.

Mengenai Lili, putrinya itu sejak kemarin menginap di rumah Gavin dan Redyna. Sakitnya Adam membuat Cira harus merawat pria itu, di waktu yang bersamaan ia tidak bisa mengurus Lili. Selain karena waktunya dihabiskan untuk Adam, Cira takut jika ia mengurus Lili bersamaan, putrinya akan tertular penyakit. Untuk menghindari itu, Cira menitipkan Lili pada mertuanya hingga Adam sembuh.

“Aku heran, bukannya kemarin Om udah dicek sama Bang Vian? Dia bilang Om cuman demam biasa. Tapi hari ini kita cek ke dokter, Om malah kena tipes,” ujar Cira yang duduk di kursi sebelah ranjang pasien Adam. Pria itu sama sekali tidak ingin ditinggal, sampai tangan Cira pun digenggam erat agar istrinya tidak pergi.

Adam yang baru merasa enakkan ketika dirawat inap pun membalas, “Dokter gadungan.” Singkat, namun menimbulkan lipatan di dahi Cira.

“Ah, yang bener? Masa jebolan Oxford nyetak dokter gadungan, apa nggak bakal hancur reputasi universitas itu?”

“Universitasnya nggak salah, mahasiswa sejenis Vian yang salah.”

“Tapi, Om ... selain lulusan Oxford, Bang Vian lulusan universitas dan sekolah spesialis terbaik di Indo ‘kan? Nggak mungkinlah Bang Vian dokter gadungan.”

“Cira, kamu tuh dikasih tahu suami ngeyel banget sih! Udah saya bilang, si Vian itu dokter gadungan. Demam apaan, jelas-jelas saya tipes gini kok!” sungut Adam. Dia mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping menghadap Cira. “Nanti malem ‘kan acara 40 harian Opa, kenapa juga saya malah terdampar di sini.”

“Oh iya!” Cira memekik. Hampir saja ia lupa pada acara peringatan kematian Bagas kalau bukan diingatkan kembali oleh Adam. “Karena Om dirawat, kayaknya kita nggak bakalan hadir nanti malem. Kalau gitu aku telepon Mama dulu deh sekalian ngasih kabar Om dirawat.”

“Saya nggak bisa hadir, berarti kamu juga nggak bisa. Kamu bakal selalu di sini buat ngejaga saya sampe sembuh. Kalaupun kamu maksa, nggak bakalan saya izinin.”

“Ini acara Opa Bagas lho, Om.”

“Mau gimana lagi, Cira? Kalau bukan kamu, siapa lagi yang ngejaga saya? Ngaco!” Adam membawa tangan Cira ke bawah pipinya, sedangkan mata tajam itu menatap sang istri yang sedang misuh-misuh. “Saya sakit ‘kan gara-gara kamu. Andai malem itu nggak kamu goda dan tergoda, saya nggak mungkin kayak gini.”

Love Very Much [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang