LVM - 20

114 19 0
                                    

Happy Reading ✨️

***

Keenam orang yang berdiri membentuk formasi lingkaran itu serentak menoleh. Ekspresi terkejut tidak bisa mereka sembunyikan saat melihat wujud Erza yang hadir di acara reuni ini. Bukankah pria itu berkata sedang sibuk dan tidak bisa menghadiri acara yang sengaja Ansel adakan untuk memancing Erza keluar dari persembunyiannya?

Lantas sekarang Erza mendadak datang dan mengejutkan mereka. Wow, tidak sia-sia usaha Ansel dalam membuat acara reuni akbar ini, yang mana ia sempat diprotes massa oleh koordinator kelas karena iuran yang menurut sebagian mereka itu terlalu mahal.

“Hei, apa kabar, bro?” sapa Hadi, menunjukkan seringainya. Dia maju mendekati Erza dan memeluk sahabatnya ala pria.

I’m ok.” Erza membalas cepat. Ansel, Sandi, dan Bani ikut memeluk pria itu. Puas menumpahkan rasa rindu persahabatan mereka, Erza menatap seseorang yang berdiri tegap di samping Cira. Siapa lagi kalau bukan abang tertuanya, Adam. “Bang ....”

Adam tersenyum tipis. “Akhirnya balik juga adek gue yang gagal jadi bungsu.”

Erza terkekeh mendengar kalimat yang diucapkan Adam. Sebelum memeluk tubuh kekar berbalut jas milik abangnya, Erza mengambil tangan kanan Adam lalu menciumnya. Bukti bakti sang adik terhadap kakaknya. “Gue kangen lo, Bang, sumpah,” gumamnya yang hampir tidak terdengar Adam.

Really? Apa yang lo kangenin dari gue ini, Er?” Adam menepuk bahu adiknya. Ada rasa bangga saat melihat adiknya sudah bisa sesukses ini dalam mengelola bisnis keluarga mereka di Surabaya.

“Gue juga bingung, padahal lo orangnya pendiem dan nggak asyik,” ucap Erza. Lantas netranya beralih melihat Cira yang tersenyum kepadanya. Bak sebuah mantra, Erza pun ikut tersenyum. “Kabar lo gimana, Mbak ipar?”

“Baik dong!” seru Cira semangat seraya melingkarkan tangannya di lengan Adam.

“Gimana? Udah isi lagi?” Dengan lirikan yang mengarah pada perut Cira, Erza bertanya.

“Belum. Lagian gue belum mau nambah anak lagi, Er, Lili masih kecil soalnya.”

“Kalau lo gimana, Bang?” Pertanyaan itu Erza berikan kepada Adam yang langsung menatap istrinya.

Lumayan lama Adam diam karena memikirkan sesuatu yang mustahil, pria itu akhirnya menjawab, “Gue ngikut Cira. Selama ini kami KB, kalau sampe kebobolan juga apa mau dikata.”

“Oh ... kirain pas gue dateng, Cira lagi hamil anak kedua kalian biar nanti adiknya Lili punya besti.”

“Besti apaan? Gue nggak paham,” celetuk Sandi.

“Jadi gini ... kedatengan gue ini ada maksud tertentu.” Erza sengaja menjeda ucapannya demi membuat enam orang itu penasaran. Tapi tidak dengan Adam yang mengerti maksud dari perkataan sang adik.

“Maksud apa, nyet? Lo baru dateng udah bikin orang penasaran. Mending balik aja deh lo ke Surabaya kalau mau bikin kami mati penasaran mah,” gerutu Bandi amat gemas terhadap manusia di depannya.

“Gue dateng ke Jakarta nggak sendirian. Ada calon istri yang gue ajak buat dikenalin ke Mama Papa.”

“APA?!”

Sementara tatapan penuh arti Adam layangkan untuk Erza. “Lo serius?”

Mendapati raut tak terbaca di wajah Adam, Erza sedikit gugup. “Seriuslah. Lo pikir gue sebercanda itu sampe bawa dia ke Jakarta?”

Nope, gue pikir waktu itu Papa dan Mama yang bercanda pas bilang dalam waktu dekat ini lo mau ngenalin calon istri. Secepat ini ternyata.” Di akhir, nada bicara Adam memelan.

Love Very Much [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang