LVM - 15

107 17 0
                                    

Happy Reading ✨️

***

Adam tercengang, ekspresi wajahnya benar-benar terkejut kala tas yang bernilai ratusan juta itu menabok tepat di wajahnya yang tampan rupawan. Bahkan mulut Adam sampai menganga saking kagetnya pria itu terhadap apa yang dilakukan Cira kepadanya.

Sembari memegang sebelah sisi wajahnya, Adam bertanya, “Ci, kenapa kamu nabok saya pake tas?”

“Kenapa Om bilang?” Suaminya itu mengangguk. “Gara-gara Om bawa mobilnya kekencengan, badan aku sampe gemeter. Kalau lagi emosi tuh jangan dilampiasin dengan bawa mobil ngebut-ngebutan, taruhannya nyawa!”

Ternyata itu. Adam mendengus dan berlalu dari sana, ia juga tidak memedulikan sikap istrinya. “Selain tidur dan ngangkangin kamu, hobi saya itu balapan. Tadi tuh belum seberapa, Cira. Lain kali saya ajak kamu ke sirkuit. Nyawa kamu bakal bener-bener dibuat lepas dari badan.”

“Nggak. Aku nggak mau mati cepet. Sayang banget masih muda gini harus mati duluan, mending Om aja sana,” balas Cira yang mengekori Adam.

“Saya mati, kamu juga harus mati. Nggak ada istilahnya status janda melekat di diri kamu.”

“Dih, kalau mati mah jangan ngajak-ngajak dong, Om.”

Tungkai pria itu berhenti saat sampai di ruang tengah, segera saja Adam daratkan bokongnya di salah satu sofa empuk di sana. Dengan gaya yang dibuat seangkuh mungkin, Adam bergumam, “Saya nggak mau mati sendiri.” Lalu tangannya melambai dan menyuruh sang istri untuk mendekatinya.

“Apaan?”

“Duduk sini di samping saya,” jelas Adam seraya menepuk sisi kosong di sebelahnya. Gemas melihat Cira yang tidak bergerak mengikuti perintahnya, ia menarik paksa lengan lentik itu hingga tubuh mungil yang memiliki tonjolan depan belakang yang aduhai jatuh menindih tubuhnya. Jelas saja Adam menyeringai penuh makna, ia seperti kejatuhan durian runtuh.

Cira mendadak gugup apalagi sepasang tangan kekar mulai membelit tubuhnya. Sudah terlalu sering berkontak fisik dengan Adam, tidak membuat Cira terbiasa akan sentuhan yang pria itu berikan. Ia kerap kali merasa gugup dan malu saat Adam bertindak seperti ini kepadanya. Pesona suaminya itu sungguh mematikan, padahal mereka sudah sering melakukan yang namanya bercinta, namun tetap saja pesona Adam mampu melumpuhkan perasaannya.

Ekhem, bisa Om lepas dulu tangannya?” lirih wanita itu dengan jantung yang berdegup kencang.

“Kenapa?” Suara yang bernadakan bas milik Adam bertanya. Sangat rendah dan sanggup mendesirkan hati Cira. Mendapati sang istri yang bergeming dalam posisinya, kekehan renyah Adam pun terdengar. “Detak jantung kamu kerasa cepet banget temponya kayak gerakan saya pas mompa kamu tiap malem.”

“Om! Dasar cabul!” Cira memekik dan memukuli dada bidang sang suami.

“Lah, masa sama istri sendiri cabul? Agak lain kamu, Ci.”

“Situ yang agak lain dari yang lain.” Setelah itu pekikan Cira kembali terdengar begitu Adam mengangkat tubuhnya dan berganti posisi di atas paha pria itu.

Alarm tanda bahaya di kepala Cira mulai berbunyi, dengan keadaan mereka seperti ini tidak menutup kemungkinan Adam hendak berbuat cabul terhadapnya. Maka sebelum terjadi tragedi pencabulan suami kepada istrinya, Cira harus beranjak sesegera mungkin. Akan tetapi pergerakannya langsung dikunci oleh Adam lewat tangan pria itu yang memegang kedua sisi pinggang rampingnya.

“Ke mana? Jangan coba-coba kabur dari saya ya,” ucap Adam, menatap intens pada wajah jelita sang istri. Satu tangan pria itu terangkat mengelus rambut dan wajah Cira dengan tatapan yang tidak ia alihkan barang sedetik pun dari sana. “Kamu makin cantik, Ci. Makin nggak ngebuat saya bosen ngelihatin muka kamu terus-terusan.”

Love Very Much [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang