Pak Agus beli baja
Cus langsung baca ajaOit ... satu lagi
Bang Apot suka ngunyah
Jangan lupa vote dan komennya
***"Sep, gue mau tanya. Apa persamaan lo sama kambing?" Atang membuka suara setelah beberapa saat tak ada obrolan. Ia bersedekap dada, menyenderkan punggungnya pada pohon di depan gazebo yang kami tempati. Kaki kanannya terangkat satu dengan telapak kaki yang ditempelkan di batang pohon.
Lingkungan sekolah kini lumayan ramai. Banyak murid masih mengenakan tas mereka bermunculan dari arah gerbang. Saling berjalan bersisian, mengobrol, dan sesekali saling terkikik. Tak jarang gue nyapa orang yang lewat meski gak kenal. Ada yang membalas, ada yang bingung, bahkan ada yang enggan menyapa balik. Sebenernya gue cuman ngikut Riko sih. Dia mah semua cewek cantik disapa. Kalau gue sih ogah, yang gue sapa cuman cowok-cowok kok. Bukan maksud apa-apa, karena gue gabut. Gue gak mau kalau mereka baper, entar gue yang repot.
Si pusat pembicaraan -Asep- menghentikan sejenak aktivitas ngupilnya ... ya, dia dari tadi ngupil. Jorok banget. Kemudian, ia menjentikkan jarinya membuang upil itu ke samping (dimana gue berada) yang gak bisa gue liat jelas. Spontan gue menghindar karena pembuangannya ngarah ke gue.
"Pagi-pagi ngupil lo. Jorok."
Sementara dia malah ketawa watados. "Mau lo?"
Gue bergidik mendapati dia menyodorkan tangan bekas upilnya.
"Woy, gue nanya lo!" Atang yang gak sabaran sedikit membentak.
Asep menoleh pada Atang yang ada di depannya. "Sama-sama ciptaan Tuhan. Iyakan?"
Atang mendorong badannya untuk berdiri tegak. Ia maju beberapa langkah. "Bener juga, tapi bukan itu."
"Apaan?"
"Sama-sama jarang mandi, baunya sama juga," ucapnya diakhiri semburan tawa.
Krik krik krik
Atang berdehem karena cuman dia yang ketawa. Gue juga dari tadi nyari dimana letak lucunya.
Beda halnya dengan gue, Riko, dan Nino yang kebingungan, wajah Asep berubah datar. "Kampret lo! Nyamain gue sama kambing."
Atang menyunggingkan senyum smirk. "Siapa suruh jarang mandi. Emang lu nyaman apa?" Tatapannya mengejek.
"Heh, denger ya. Gue itu bukannya gak mau mandi, tapi gue mau menghemat pengeluaran air dan sabun supaya populasi air dan sabun tetap terjaga. Lo liat aja berapa banyak orang yang gak beruntung bisa mendapatkan air. Selain itu para pembuat sabun juga gak kecapean. Yang ada gue malah udah ngelakuin perbuatan mulia. Harusnya kalian bangga sama gue," ujarnya polos dan bangga.
Kami melongo di tempat beberapa saat.
"Aku mencium aroma-aroma teori konspirasi." Riko merespon menirukan gaya Roy Kiyoshi.
"Ya gak gitu juga konsepnya, pinter," pekik gue gemas.
Atang geleng-geleng melihat tingkah ajaib Asep. "Lo bukan sepupu gue."
Sedangkan Nino? Dia cuma nampilin muka temboknya, gak respon apa-apa. Gue rasa obrolan ini makin gak nyambung. Jadi mending gue ngajak mereka ke kantin mumpung belum bel.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHE
Teen Fiction[FOLLOW AUTHOR DULU, YA.] "Semua pemberian lo itu bikin gue jijik, jadi gak usah ngasih-ngasih lagi! Jijik ya? Kapan sih dia bisa lihat gue sebagai manusia, bukan lagi bakteri? *** "Asal lo tau, lo itu sampah, cocoknya dibuang!" Lagi-lagi dia pergi...