11. Mulai Muncul?

15 3 8
                                    

Bagaimana mungkin hanya dengan menatap matamu saja aku jatuh cinta?
-Mada
***

Gue mengacak rambut kasar. Bayangan-bayangan itu terus mengganggu. Sialan! Mau lagi apapun, hantu cewek dingin itu terus bergentayangan. Seperti sekarang ini contohnya. Gue memandang diri gue di cermin kamar mandi. Busa terus bermunculan bersaman dengan gosokan di mulut gue. Bunyi gesekan antara gigi dan sikat gigi beradu memenuhi ruangan. Kegiatan gue terhenti. Di depan gue bukan lagi cermin yang memperlihatkan bayangan gue, melainkan sebuah film yang terputar otomatis. Tergambar dengan jelas saat gue melepaskan tali rambutnya dan bagaimana ia berputar dengan rambut tergerai natap gue. Tatapannya yang membekas, gue yang terbuai dalam iris coklatnya. Seketika film itu lenyap begitu saja.

Gue masih berdiri dengan tangan masih memegang sikat gigi yang ada di mulut. Busa itu semakin berkurang karena gue terlalu lama mendiamkannya. Tanpa gue sadari ketika dia hadir dalam pikiran gue, bibir gue tersungging. Gue kenapa? Fiks ada yang gak beres. Jangan-jangan gue dipelet? Tapi kan dia keliatan gak suka sama gue. Tau lah pusing!

Tak mau semakin kalut dalam pikiran, gue menyudahi aksi sikat menyikat itu, lantas bergegas mencuci mulut dan tangan gue. Di cermin, gue melihat seseorang berdiri di belakang sedang bersedekap dengan tubuh yang bersandar pada tembok. Gak lupa senyum manisnya yang membuat hati gue persis seperti lilin terbakar api. Buru-buru gue menoleh ke belakang.

Kosong. Gak ada siapa-siapa.

Gue memukul kepala berkali-kali karena merasa ada yang janggal. Apa yang barusan gue lakukan? Gue ngebayangin dia tersenyum manis ke gue? Padahal kenyataannya dia gak pernah senyum semanis itu. Di bayangan aja bisa bikin gue meleleh apalagi kalau nyata. Kepala gue menggeleng beberapa kali berusaha menghilangkan pikiran itu. Satu detik setelahnya kesadaran gue hadir kembali.

Tangan gue memegang bibir dan merasakan ukurannya yang bukan seukuran bibir gue kalau lagi mingkem. Bibir gue terasa lebih lebar dan gue bisa merasakan kedua otot pipi wajah tertarik ke samping. Gue senyum ... lagi? Kenapa gue senyum? Dan ... kenapa gue harus senyum?

Ya Allah, aku belum siap jadi gila sekarang. Masih banyak yang harus digapai. Mana masih muda lagi.

"Arrrgghh! Kenapa lo ada di mana-mana sih?!" Gue mengacak rambut dengan kedua tangan sehingga tampak tak beraturan.

Gue keluar dari kamar mandi menuju kasur. Lebih baik gue tidur supaya pikiran-pikiran mengganggu itu hilang. Setelah tarik selimut, gue memejamkan mata. Belum ada lima detik mata gue tertutup, sontak terbuka tiba-tiba. Penyebabnya, yang gue lihat tadi bukan kegelapan tapi sosoknya yang berambut terurai tengah mandang gue datar. Namun yang paling kentara, mata dinginnya.

Gue mengubah posisi, menyamping dan kembali menutup mata. Rasanya gak nyaman. Gue bergerak lagi menyamping ke arah yang berlawanan. Masih belum merasakan kenyamanan. Pada akhirnya, tubuh gue kembali ke posisi awal, telentang. Gue harus apa supaya bisa tidur?!

Mendadak terlintas di benak gue satu pertanyaan ... dia lagi apa sekarang?

Tunggu. Urusannya sama gue apaan? Gak mungkin gue suka sama dia 'kan? Gak mungkin secepat ini cewek dingin itu berhasil menggeser posisi 'dia' di hati gue. Gak mungkin. Ini semua gak mungkin. Pasti gue tadi siang salah makan. Apa jangan-jangan gara-gara kacang yang dikasih Siti pas di sekolah? Kalau emang bener, gue gak mau lagi makan kacang punya dia.

*****
"Mada," sapa Bellek sambil melambai saat gue baru datang. Dia berdiri di ambang pintu.

Hari ini gue rada kesiangan gegara semalam gak bisa tidur. Untung masih belum bel. Rasanya gue ngantuk banget pagi ini.

PSYCHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang