Jam dinding berdetak menghalau rasa sepi, di ruangan ini hanya tinggal dirinya dan Becky, Irin dan Noe sudah pulang dari satu jam yang lalu, genggaman pada tangannya juga tidak terlepas, bahkan Becky membawa tangan Freen untuk Dia jadikan bantal di pipinya.
Freen tersenyum mendengar suara yang berasal dari mulut istrinya, Becky benar-benar lelap dalam tidurnya.
Sebenarnya Freen mengantuk, hanya saja Dia tidak akan melewatkan keindahan yang terjadi malam ini, Becky dengan make up natural, walaupun wajahnya pucat tapi tidak masalah.
Gadisnya belum bangun sedari tadi, memang seperti itu jika ada tubuh orang lain di sekitarnya Becky malah lebih lelap dari yang seharusnya, jadi karena selama ini Becky hidup dalam rasa was-was setiap harinya, gadis itu tidak merasakan aman di manapun Dia berada.
"Babe bangun yuk, Kami harus makan sedikit. "
Freen mencium lembut pipi Becky berulang kali, dan mengatakan hal yang sama untuk membangunkan gadis itu, dan Becky menurut, saat pendar mata Mereka bertemu, sekali lagi Freen tersenyum walaupun berbeda dengan respon terkejut dari Becky.
"Makan dulu ya, minum obat lagi, tadi Kamu dikasih pain killer biar gak terlalu sakit, kalau sekarang minum obatnya biar gas dalam perut Kamu keluar sempurna. "
"Irin?" Ucapnya.
Gadis blonde itu mengangguk, dan tertawa setelahnya saat Becky membuat wajah marahnya.
"Untung Kamu punya temen cepu. "
"Tapi kan Kamu ke sini jadinya, Kamu tu kerja Freen. "
"Wow wow wow, Kamu lebih penting Sayang dibandingkan kerjaan Aku. "
Tidak berbohong, bahkan jika dirinya dalam bahaya dan Becky pun juga sama, Dia akan menyelamatkan Becky apapun yang terjadi.
Mata lelah itu benar-benar membuat Freen iba, namun Becky tidak akan berhenti dengan pekerjaannya walaupun Freen memintanya dengan berlutut.
"Apa Kita harus melakukan program bayi tabung?"
Kening Becky berkerut, tiba-tiba saja ucapan itu terlintas di kepalanya.
"Aku akan hamil untukmu Becbec, tapi Kau yang akan mengurus bayi Kita, bagaimana? Adil?"
"No, Aku tidak ingin Kau kesulitan untuk itu. "
Namun Becky salah, apapun perkataan Freen adalah hal yang tidak main-main, gadis itu selalu serius dengan ucapannya.
"Freenky, Aku....
"Aku tidak ingin Kau bekerja sebegitu keras, semenjak Kita menikah Kau selalu memikirkan pekerjaan, tanpa Kau sadari Aku hanya bagian dari ingatan lain jika Kau tidak sibuk. "
"I'm so sorry Baby. "
"Aku selalu memaklumi Mu Babe, tapi cukup ya. "
"Tapi kasus ini adalah tanggung jawabku Freen. "
"Setelah kasus ini selesai, Aku sendiri yang akan menuliskan surat resign Mu. "
"Babe, " protesnya.
"Aku tau Kau mengejar pendidikanmu hingga seperti sekarang itu tidak mudah, tapi Aku...
"Aku akan bekerja sewajarnya, menelpon Mu setiap 3 jam sekali, Babe bukan Aku tidak mau mendengar Mu, tapi ini mimpiku juga. "
"Aku harus kembali ke rumah sakit, "
Wajah gadis blonde itu benar-benar memerah karena amarah, Dia benci Becky yang tidak mendengarkan semua maksud baiknya ini, dan untuk itu, Dia akan lebih memilih untuk pergi dari pada amarahnya akan menyakiti Becky nantinya.
"Babe. "
Freen tidak mendengarkannya, Dia mencium bibir Becky lalu keluar begitu saja, Becky paham betul bagaimana cara Freen saat emosi benar-benar memakannya, mungkin Becky akan mendiamkan masalah ini dulu, karena memang menjadi kebiasaan Freen juga jika Dia sudah selesai dengan emosinya, Dia juga yang akan memulai kembali pembicaraan di antara Mereka.
"Freen marah? Kenapa wajahnya sekeras itu?"
Irin datang dengan beberapa potongan buah yang sudah Dia beli di minimarket.
"Iya, Dia menyuruhku berhenti bekerja, tapi Aku tidak mau. "
"Karena Dia khawatir denganmu?"
"Hmm, Dia juga ingin hamil dan setelah bayi itu lahir Aku yang harus menjaganya. "
"What?"
"Gila kan? Aku benar-benar tidak mengerti. "
"Kenapa bukan Kau yang hamil? Kau bottom nya, laku suruh Freen yang menjaganya dan tidak bekerja. "
"Dia bisa saja menceraikan Ku, Kau ini. "
"Kau bisa melakukan hal yang sama Beck, "
"Dan Dia akan menjawab iya? Lalu apa? Aku akan kehilangannya lagi? Depresi lagi? Oh no way Irin. "
Irin tertawa, karena kenyataannya Mereka saling tidak ingin satu sama lain menghilang, namun ego satu sama lain masih sangat besar, mengalah bukan pilihan.
"Kau tidak ingin hamil?"
"Aku? Entahlah, belum terpikirkan. "
"Atau Kau ingin Freen yang melakukannya?"
"No, oh astaga Aku bisa gila. "
"Kau makan ini saja, Kau sembuh dulu nanti baru Kita pikirkan, "
🔻🔺🔻
Mendadak atmosfer sekitar menjadi dingin, semenjak Freen kembali, Mereka tidak satupun berani mengeluarkan jokes bapak-bapak yang bahkan sudah Mereka lakukan dari 3 jam yang lalu.
"Dokter Freen memang sedingin ini kah?" Jennie merasa ada yang salah dengan keadaan sekitarnya.
"Aku tidak tau, Kau fokus saja dengan analisismu nona montok. " Lisa ingin menjambak Jennie rasanya karena suaranya begitu keras.
"Tks, Kau ini tadi saja menggodaku. "
"Kau saja yang gampang merasa, sudahlah jangan mengatakan apapun lagi. "
Namun berbeda dengan Jenlisa, Rose benar-benar meletakan perhatiannya kepada Freen, Dia tau jika dokter muda itu terlibat masalah, tapi Dia tidak ingin ikut campur.
"Rose..
"Iya..iya dokter. "
"Ini atas nama dokter Nam, bukan Saya, dan ingat Saya dokter ahli bedah jantung bukan dokter umum. "
Rose merutuki kesalahannya, kenapa Dia bisa menulis nama Freen di sana.
"Maaf dokter, Saya benar-benar tidak fokus, Saya merasa bersalah, jadi pikiran Saya masih kepada masalah yang tadi dokter. "
Gadis itu tidak berbohong, dibalik Dia yang memang merasa bersalah, wajah Freen, wangi tubuhnya dan segala macam tentang Freen mulai mengganggu pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My favorite mistake (FREENBECK)
Romance⚠️(GXG) S2 dari See me as Becky, after marriage, (18+)⚠️