21. Hari-hari biasa.

2.7K 303 6
                                    

"Babe, jas kerjaku di mana?"

"Sudah di mobil, Kau yang menaruhnya kemarin. "

"Oh iya, apa Aku sudah meminum obatku?"

"Sudah Freen, Kau sudah mencatat semuanya?"

"Aku lupa. "

Perlahan, ingatan itu mulai melemah, semenjak Freen memutuskan untuk mendapatkan pengobatan biasa saja, Dia menyadari banyak hal yang bekerja tidak sesuai seperti apa yang Dia inginkan, namun untuk kondisinya, Dia hanya melupakan sementara, tidak selamanya.

Mereka sepakat untuk membuat keadaan ini biasa saja, jika apapun yang terjadi pada Freen, wanita itu minta untuk Becky bersikap sewajarnya, dan Becky setuju walaupun hatinya tidak.

"Aku sudah set alarm di handphonemu, setiap satu jam sekali, dan jam untuk meminum obatmu, kalau Kau kehilangan handphonemu lagi, Kau bisa mencarinya dengan smart watchmu. "'

"Hmm, ada satu hal yang tidak akan Aku lupakan sepertinya. "

"Apa?"

Freen mencium bibir Becky dengan lembut, setelahnya Dia tersenyum dan memastikan semuanya baik-baik saja, ya maksudnya bayi Mereka.

"I love you. "

"Aku tau itu, hatimu tau rumahnya di mana Freen. "

"Hay janin 3 minggu, Aku pergi dulu ya, jaga Mami untukku. "

Tidak ada yang tau bagaimana Becky menahan air matanya untuk ini, entah kebahagiaan mana yang hilang dalam dirinya, tapi yang pasti saat Freen menghilang dari pandangannya, hanya rasa sesak dan isak yang mampu Dia rasakan.

"Kamu tidak seharusnya seperti ini Bec, ayo berjuang. "

Senyum yang dipaksakan itu terasa berat, namun dengan rasa bimbangnya, Becky melanjutkan kesibukan sehari-harinya setelah berhenti bekerja sesuai seperti apa yang Freen inginkan.

Tidak dengan pekerjaan berat, hanya berkebun, karena nanti jam 8 pagi akan ada maid yang membantunya sampai jam 5 sore, jadi Becky tidak perlu repot untuk segala macam hal, hanya menyiapkan sarapan untuk Freen lalu Dia bisa tidur kembali seharian penuh sampai Freen kembali.

🔻🔺🔻

Sementara di rumah sakit, sama seperti yang sudah-sudah, banyak sekali pasien yang datang dengan berbagai keadaan, begitupun dengan berbagai poli kesehatan, banyak sekali pasien yang mengantri.

Bagi banyak orang yang cocok dengan pengobatan Freen, Mereka kembali, lihatlah dari berbagai usia sudah duduk sesuai dengan nomor antriannya.

Freen datang dengan jas dokter di tangan kanannya, tas dan kopi di tangan kirinya, Dia benar-benar cantik.

"Selamat pagi, "

"Pagi dokter Freen. "

Sedikit banyak ada yang tau tentang penyakit Freen, namun Mereka sadar jika Freen masih manusia, jadi lumrah saja kalau dokter bisa sakit juga.

"Ada berapa pasien hari ini suster Na?"

"Sekitar 100 lebih dokter. "

"Baik, semoga Kau tidak pegal untuk mengukur tensi Mereka ya. "

Suster Na hanya tertawa, bagaimanapun Mereka juga harus menghibur diri untuk tugas yang melelahkan ini.

Pasien pertamanya adalah wanita, berumur 24 tahun, seketika memorinya berbalik ke masa di mana Dia menemukan Becky juga mengalami nasip yang sama, kerusakan pada jantung.

"Pasien umum?"

"Iya dokter. "

"Sudah pernah berobat sebelumnya?"

"Pernah, tapi Saya tidak terlalu suka pelayanannya, jadi memilih untuk melakukannya dari awal di sini, "

"Baiklah, boleh Saya lihat rekam medis Kamu sebelumnya?"

"Saya membuangnya. "

Kening Freen berkerut dengan jawaban itu, apa maksudnya dengan membuangnya?.

"Kenapa?"

"Aku masih muda, dan Aku denial untuk itu, tapi belakangan ini dadaku tidak bisa lagi Ku ajak kerja sama, makanya Aku kembali. "

"Baiklah, Kau harus menjalani test lab terlebih dahulu. "

"Hmm, "

"Sebelumnya Aku harus mengecek vitalmu, silahkan berbaring. "

Freen harus mengikuti prosedur pengobatan terlebih dahulu, walaupun Dia yakin sekali jika pasiennya ini mengalami penyakit jantung, bisa Dia lihat dari ciri-ciri fisiknya, seperti Bintik merah disertai nyeri di telapak tangan dan telapak kaki
Benjolan merah di bawah kulit, pada jari tangan, dan jari kaki, Bintik ungu atau merah di kulit, bagian putih mata, atau di dalam mulut.

"Ini akan Saya berikan rujukan ke Lab, dan setelah itu berikan hasilnya kepada Saya. "

"Baik. "

"Semua orang punya titik terendahnya, tapi menyerah bukan satu-satunya cara untuk menghilangkan masalah. " ujar Freen lengkap dengan senyumannya.

Dia tidak melihat sesuatu hal yang berubah dari raut gadis itu, tapi Freen berharap, minggu depan Dia akan kembali menemuinya, dan memberikan hasil pemeriksaan itu kepadanya.

"Aku berharap semua orang yang datang padaku, akan pulang dengan kesembuhan. " ujar Freen meyakinkan dirinya.

🔻🔺🔻

Rose berlari sepanjang lorong, apa Dia bisa menghilang saja? Ini sudah hampir jam makan siang, Dia tidak ingin Freen nanti bisa menemukannya dalam keadaan yang tidak sibuk, jika itu terjadi, pasti pasti dokter muda itu akan mengerjainya lagi dan lagi.

Namun sial, rumah sakit ini sepertinya tidak cukup luas untuknya berlari menurutnya, walaupun kenyataannya Dia bahkan sudah mengelilingi parkiran yang sebesar lapangan bola kaki, hingga langkahnya terhenti pada satu departemen yang benar-benar Dia hindari.

"Astaga, kenapa Aku bisa terdampar di rumah sakit gigi dan mulut ini. "

Memang di rumah sakit tempat Freen dan Rose bekerja, departemen umum dan poli khusus berbeda gedung dengan departemen gigi dan mulut, dan begitu juga dengan poli onkologi.

"Aww, "

Rose mengenali suara ini, astaga suara makhluk yang sudah mati-matian Dia hindari.

"Sorry. "

"Kenapa Kau bisa di sini?" Jisoo menarik tangan Rose ketika gadis itu kembali mencoba berlari.

"Aku menghindari dokter Freen, dan tidak sadar Aku malah sampai di sini. "

"Mustahil Kau berlari sejauh itu tampa tujuan Rose, bahkan departemen Kita dibatasi dengan lahan parkir sebesar lapangan bola kaki. "

Jisoo tidak berbohong, cukup jauh untuk seseorang jika hanya berjalan kaki ataupun berlari agar sampai di tempat ini.

"Kau merindukanku?"

"In your dream Jis. "

Jisoo tertawa, karena semuanya sudah berbeda, hubungan Mereka, atau bahkan mungkin perasaan Mereka.

"Aku pergi dulu, "

Rose menatap punggung mantan kekasihnya itu dengan sendu, jika memang Dia merindukan Jisoo, kenapa tidak?, kenapa harus berbohong?, tapi setiap Dia ingin jujur untuk semuanya, Dia menyadari satu hal, Dia sudah menyakiti gadis itu dengan sangat amat dalam, jadi tidak ada alasan lagi untuknya kembali jika hanya untuk merusak masa depan gadisnya lagi dan lagi.

"Cinta memang serumit ini atau apa? Tuhan sepertinya senang bermain-main denganku dan perasaanku. " ucapnya kesal.

My favorite mistake (FREENBECK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang