Raut wajahnya tidak bersahabat, kaki Dia silangkan, tubuh Dia lemaskan bersandar pada kursi kerja milik istrinya, oh bahkan ruangan ini belum ada yang diganti, tetap dengan nama Becky dan semua lukisan miliknya.
Apakah Dia hanya cuti, atau benar-benar resign seperti apa yang Dia katakan sebelumnya?, sungguh untuk hal ini Freen tidak mengerti.
Jari tangannya mengetuk meja kerja itu berulang kali, matanya fokus menatap pintu itu, menunggu seseorang untuk masuk, tidak ada pesan atau kabar lainnya yang Freen berikan kepada Becky, Dia hanya menunggu saja dengan sabar.
Saat handle pintu itu berputar tatapan mata Freen tidak beralih dari sana, membuat Becky mematung dengan sempurna.
"Sudah selesai?"
"Ba--babe?"
Tidak ada senyuman seperti biasa, kaki Becky benar-benar kaku untuk melangkah, untuk tatapan Freen yang satu itu, jujur Dia sangat takut.
"Babe, A--aku bisa jelaskan. "
"Dibagian mana?"
Becky menelan salivanya dengan susah payah, Freen bukan dirinya jika Dia marah, dan Becky seharusnya sudah tau dengan itu semua.
"Oke, Aku minta maaf, "
"Untuk?"
"Babe. "
"Untuk apa? Kau melakukan kesalah apa?"
"Please Babe. "
"Kau jawab pertanyaanku. " Intonasi itu mulai meninggi, membuat Becky memejamkan matanya erat.
"Untuk kembali bekerja. "
"Terserah Mu jika Kau mau membahayakan bayi Kita. "
Jawaban sarkas itu terdengar menakutkan untuk Becky, tapi apa yang harus gadis itu lakukan, jika sudah seperti ini.
"Sampai kasus ini selesai, Aku janji Babe. "
"Kau punya hidupmu, jadi terserah Mu. "
Freen beranjak dari kursinya, namun genggaman dari tangan Becky menghentikannya.
"Babe please, jangan seperti anak kecil begini, Aku hanya minta sampai kasusnya selesai, perusahaan ini akan hancur jika Aku tidak memenangkan kasusnya. "
"Anak kecil?" Freen tertawa keras, Dia benar-benar tidak habis pikir dengan perkataan Becky itu, apa maksudnya dengan anak kecil? Apa gadis itu tidak tau bagaimana rasa khawatir Freen saat ini bisa membunuhnya kapan saja?.
"Aku hanya meminta ini padamu Freen, tolong. "
"Kau bisa melakukannya, apa guna harus mendapatkan ijinku?"
"Kau istriku. "
"Itu pointnya Becky Patricia Amstrong, Kau tidak pernah mendengar Ku, sekali saja? Apa bisa?"
"Babe, Aku tidak ingin berdebat di sini, Aku minta sekali ini saja. "
"Kau seharusnya seperti Becca, sekali Aku katakan tidak Dia akan menuruti Ku, Kau tau bahaya apa yang akan menimpamu jika Kau terlalu stress, Kita mengorbankan banyak hal untuk anak ini Becky, berkorban uang, berkorban waktu, seharusnya Kau sadar itu. "
Becky terdiam, bukan perihal uang atau waktu yang Freen sebutkan, namun Becca, Rebecca.
"Freen. "
"Terserah Mu, Kau mau melakukan apapun, Kau bisa mendapatkannya. "
Kali ini Freen benar-benar keluar dari ruangan itu, Dia tidak menyadari apapun, bahkan tidak memperhatikan raut kecewa istrinya saat nama yang sudah Mereka sepakati untuk tidak disebutkan lagi itu kembali terdengar.
"Becca lagi Freen?"
Becky merebahkan dirinya di sofa, merangkum wajahnya dan menangis sejadinya, tapi Dia tidak bisa mengorbankan perusahaan ini, ataupun semua karyawan yang sudah mengabdi di sini, kasus besar yang sudah Dia terima adalah salah satu bumerang untuknya, Freen pernah mengatakan jika menjadi pengacara harus jujur, namun kejujurannya yang membuatnya berada di ambang kematiannya.
"Ah entahlah. " Becky berteriak marah, melempar apapun yang berada di hadapannya saat ini, seketika perutnya terasa keram, namun tidak terlalu kentara, Dia yakin sang calon buah hatinya pun merasakan stress yang sama.
"Bec. "
Dia menghentikan tangisannya, Becky menatap Irin dengan sendu, karena bagaimanapun dirinya tidak punya alasan untuk membela dirinya saat ini.
"Aku melihat Freen keluar dari sini, apakah Dia marah?"
"Iya. "
"Maaf Bec. "
"It's oke, Freen memang menginginkanku untuk tidak bekerja, tapi kasus ini adalah kesalahanku, dan Aku harus membereskannya. "
Irin mendekat, memeluk sahabatnya itu dengan erat, semuanya memang menjadi rumit setelah Becky tidak bisa memenangkan kasus Penggelapan dana itu karena berpegang teguh pada kejujurannya, tapi malah menjadi petaka besar untuk perusahaan jika Mereka benar-benar kalah di persidangan, dan Seng mau Becky yang bertanggung jawab untuk ini semua.
"Aku akan menjelaskan kepada Freen ten...
"Dia masih menginginkan Becca di hidupnya. "
"Maksudmu?"
"Dia mengatakan jika Aku tidak seperti Becca yang penurut, Aku sulit untuk dibentuk. "
Marah?, Pasti, tapi Irin memutuskan untuk tidak dulu ikut campur dengan masalah Becky sebelum gadis itu yang memintanya.
"Dia melupakan banyak hal kecuali Becca. "
"Kau tidak usah pikirkan itu Becky, Aku...
"Bagaimana Aku tidak memikirkannya Irin, Dia sudah menjadi istriku, Aku masa depannya, Becca hanya masa lalunya, bahkan Dia sudah mati. " Tangisan itu tidak bisa lagi Dia tahan, seakan membawa kembali masa kelam itu dalam ingatannya, bagaimana hatinya hancur setiap harinya karena hanya dengan satu nama, Rebecca.
Irin Mengepalkan tangannya, jika suatu saat nanti untuk kedua kalinya Dia bisa memukul wajah Freen dengan balok kayu, Dia akan dengan sangat semangat melakukannya, karena gadis itu sudah berulang kali menghancurkan perasaan sahabatnya, berulang kali.
"Kau ingin pulang?"
"Hmm, tapi ke apartemenku. "
"Apa Kau butuh teman?"
"Aku bisa sendiri Irin. "
"Bec, tapi Kau sedang hamil. "
"Tidak masalah, "
"Oke, Aku akan menemanimu sampai ke parkiran, tapi jika Kau butuh sesuatu, Aku pastikan Aku akan selalu datang tepat waktu. "
Becky tidak meragukan hal itu, selain Richie, Irin adalah sahabat yang mengorbankan separuh dari hidupnya untuk keperluan Becky, namun untuk saat ini Becky ingin dengan dirinya sendiri.
"Bye Bec. "
Langit malam ini tanpa bintang, udara dingin menyeruak masuk menusuk tulang, seketika hujan deras turun, membuat Becky mengurungkan niatnya untuk menyetir, sepertinya Dia harus menunggu hujan reda terlebih dahulu.
.
.
.
.
[ Yang tidak tau karakter Becca, balik lagi baca See me as Becky ya ]
KAMU SEDANG MEMBACA
My favorite mistake (FREENBECK)
Romance⚠️(GXG) S2 dari See me as Becky, after marriage, (18+)⚠️