7. No reply.

3.6K 361 5
                                    

Ruangan dokter ini sudah sepi dari 4 jam yang lalu, harusnya dokter muda itu juga bisa pulang saja karena memang jam jaganya sudah berakhir bukan dari jam 7 tadi.

Tapi lihat siapa yang masih berada di depan komputer itu, dengan kacamata dengan ganggang transparant itu, siapapun akan diyakini jatuh cinta padanya.

Rose masuk dengan tergesa, namun Dia tidak menyangka jika Freen masih berada di dalam sana.

Dia tidak berhenti menggerutu karena sedari tadi baru ini Dia bisa mengistirahatkan tubuhnya.

"Kau bisa berhenti membuat suara? Aku sedang ingin tenang. " Suara dingin itu mulai menusuk telinga, Rose terperanjat kaget karena baru menyadari jika ada Freen di meja paling ujung.

"Maaf dokter, Saya kira tidak ada orang. "

"Hmm. "

"Apa boleh Saya di dalam dokter? 15 menit saja, Saya ngantuk. "

"Terserah Mu. "

Oh Rose tidak lagi peduli, Dia merebahkan badannya, memejamkan matanya, namun sial perutnya benar-benar lapar membuatnya dilema antara harus tidur atau makan.

"Kau ini, bisa kalau mengantuk jangan ikut lapar juga?" Dia menggerutu lagi, membuat Freen memukul mejanya karena kesal, kursi itu berdecit, langkah kaki terdengar mendekat, membuat Rose benar-benar ingin menghilang dari kasurnya saat ini.

"Ini, Kau makan, dan jangan banyak bicara, Aku harus mempelajari kasus pasien yang akan Aku operasi besok. "

"Ahh baik dokter. "

"Makan di meja makan, jangan jorok. "

"Baik, terimakasih dokter. "

Namun Freem juga duduk di meja yang sama, Rose sedikit canggung dengan keadaan ini, namun di balik itu Dia juga senang, setidaknya Freen tidak  terganggu dengan kehadirannya.

"Kau suka tomat?"

"Suka dok. "

"Ini, Aku tidak suka. "

"Ah, ba-baik dok. "

Namun ada yang mengganggu kenyamanan makan Mereka, berulang kali Freen menghela nafasnya, lalu membiarkan saja gawainya berdering lagi dan lagi.

"Kenapa tidak dijawab dokter?"

"Bukan urusanmu. "

"Ma-maaf dok. "

Ini adalah bunyi notifikasi dari pesan terekstrem yang pernah Rose dengan, siapa yang benar-benar gencar menghubungi Freen saat ini, jujur Rose penasaran.

"Kau pernah bertengkar dengan seseorang?" Tanya Freen tiba-tiba, membuat Rose tersedak sejadinya.

"Ah minum dulu. " Freen memberikan air do Tumbler nya untuk Rose.

"Maaf dok, "

"Kenapa Kau terkejut?"

"Kaget dok. "

"Astaga Saya tau, maksud Saya pertanyaan yang mana yang membuatmu terkejut?"

"Ah, tiba-tiba dokter menanyakan Saya pernah bertengkar atau tidak. "

"Lalu? Jawabanmu?"

"Pernah dok, bahkan karena saking diamnya Kami, sampai saat ini hubungan Kami tidak membaik. "

"Dengan siapa?"

"Dia juga dokter co-ast di sini, tapi departemen kedokteran gigi. "

"Oh, di gedung sebelah?"

"Iya. "

"Kalian saling diam? Lalu apa yang benar-benar terjadi?"

"Aku terlalu egois untuk memulai, maksudku, untuk mengalah, mungkin Dia punya mimpi yang berbeda, punya hal yang Dia inginkan lainnya, dunia ini bukan tentang Kami, tapi Aku memaksanya seperti apa yang Aku inginkan. "

Freen mengangguk, Dia mencerna semua perkataan Rose satu demi satu, Dia merasa jika kisah Mereka adalah sama.

"Aku tidak pernah tau bagaimana Dia bekerja keras untuk mimpinya, tapi Aku malah menginginkannya sama seperti apa yang ada di otakku, jadi Kami berakhir dengan seperti ini, tanpa komunikasi apapun, dan Aku menyesalinya, karena semuanya benar-benar terlambat saat Aku mengatakan Aku merindukannya. "

Freen buru-buru mengambil gawainya, lalu berlari keluar dari ruangan itu, dan sekali lagi Rose terkejut karena keanehan wanita itu.

"Astaga, dokter Freen ini teka-teki silang kah? Membingungkan sekali. " Rose mendengus kesal.

Sementara di tempat lain, Becky benar-benar kehilangan cara untuk menghubungi Freen, sudah hampir 30 panggilan dengan 100 pesan permintaan maaf yang Dia copy lalu Dia kirimkan kepada Freen yang tidak mendapatkan balasan.

"Freen, astaga, ini sudah pagi. "

Jam dinding menunjukan pukul 2 dini hari, dari laporan Noe, Dia juga tidak tau Freen di mana, karena sedari tadi Dia melakukan operasi, dan Freen tidak bersamanya.

Irin sudah tertidur, Dia bahkan tidak memiliki selera untuk menyusul gadis manis itu untuk ke alam mimpi, karena Becky sibuk dengan pikiran buruknya, karena tidak ada satupun panggilan dan pesan yang Freen balas.

Namun rasa khawatirnya berubah saat wajah dingin itu memenuhi penglihatannya, Becky merentangkan tangannya, dan Freen setuju, Dia masuk ke dalam rengkuhan Becky, menikmati bau obat-obatan yang menyeruak.

"Kenapa? Kau marah padaku? Kau sudah selesai?"

"Belum. " Rengek Freen.

"Ya sudah, lanjutkan saja, tapi tetap dalam pelukanku? bagaimana dengan penawaran itu Mrs. Sarocha?"

Freen setuju, Dia naik ke atas brangkar istrinya, lalu menyembunyikan wajahnya di ketiak Becky, seperti yang sering wanita itu lakukan.

"Kapan Kita mau IVF?" Ujar Becky tiba-tiba.

"Secepatnya. "

"Kalau untuk pertama Aku saja yang hamil bagaimana?"

Freen tidak mengangkat kepalanya, tapi jawabannya dengan jelas Becky dengar, jadi Mereka sudah sepakat untuk itu.

"Kamu mau tidur gini?"

"Hmm. "

"Besok ada jadwal?"

"Hmm. "

"Freenky. "

"Ada. " Freen merengek dengan keras.

"Aww, bayiku mengantuk, ya sudah tidurlah, semoga pagi hari rasa kesalmu sudah hilang ya, i love you Freenky. "

"I love you. "

Becky mencuri ciuman di bibir Freen, namun sepertinya Freen tidak bisa hanya dengan satu ciuman, Dia melumat bibir Becky dengan sensual, tangannya yang tadinya berada di perut Becky beranjak untuk menjelajahi buah dadanya, namun Becky menghentikannya, saat Irin berdehem dengan keras, tangan gadis itu juga mengetuk meja yang ada di hadapannya.

Freen tersadar lalu segera memasukan kembali kepalanya ke dalam ketiak Becky, dan menutupnya dengan selimut.

"Tsk, penjahat kelamin, ah iya Bec, karena Freen sudah ada, Aku balik ya, Aku pegal tidur di sini. "

"Oke, thank you Rin, hati-hati. "

"Oke, bye-bye mesum. " Teriak Irin keras, membuat Freen berdecak sebal.

"Tks, Kau jangan berteman dengannya lagi, Dia pengganggu. " Sungut Freen kesal.

My favorite mistake (FREENBECK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang