Ini sudah jam 12 siang, dan Dia masih mengantri teh solo, ini siapa yang memberi ide untuk semua orang harus membeli teh ini di jam-jam makan siang, kalau seperti ini Dia akan disemprot lagi oleh Freen kalau kelamaan.
Ayam penyet sambal ijo sudah, tempe mendoan juga sudah, tinggal teh solo, dan Dia sudah stuck di tempat ini hampir 15 menit.
Gawainya tidak berhenti berdering, Rose mendengus sebal saat nama Freen dengan cerah merona tampil di sana.
"Demi Reza Abab yang mirip pulu-pulu, Aku tidak akan menjawab panggilanmu, menyusahkan. "
Rose berucap semangat, namun satu hal yang Dia lupa, Freen bisa berada di mana saja, seperti saat ini, dokter muda itu dengan semangat mengangkat kerah baju gadis berambut rose gold itu.
Rose mengutuk dirinya lagi, benar-benar hari sialnya.
"Aku sudah lapar. "
"Oh ya dokter? Selamat ya Aku sangat peduli. "
"Tsk, duduk Kau di sana. "
"Aku mau ke kantin, bahkan Aku belum mengisi perutku dokter yang terhormat. "
"Ini, Kau makan ini, dari istriku. "
"Wah, terimakasih banyak dokter. "
Rose sangat bersemangat jika tentang Becky, namun Freen tidak terlalu menyukai itu, Dia mengambil kembali spaghetti yang belum sempat Rose suap itu.
"Loh, kenapa dok? Kau tadi memberikannya padaku. "
"Ya sudah, ini. "
"Plin-plan. " Rose benar ingin membungkus dokter Freen ini dengan plastik sampah dan membuangnya ke kali Malang.
"Kau menyukai makanan pedas, sementara spaghetti ini manis sekali. "
"Iya, istriku tidak bisa makan pedas, dan Aku mengikuti kesukaannya, dan ya terbiasa. "
"Tapi bukannya seharusnya istrimu juga mengerti, karena sampai kapan Kau akan memakan hal yang tidak sesuai dengan seleramu ini. "
"Aku menyukai apapun yang istriku masak, kadang Dia juga memasakan sesuatu yang pedas, namun Aku tetap memilih makanan yang sama dengan yang Dia makan. "
Rose mengangguk, baru kali ini Dia melihat sisi lain dari Freen, bagaimana Dia mencintai wanitanya, memperlakukannya dengan baik, menyukai apapun tentang istrinya itu walaupun harus mengorbankan dirinya dan kesukaannya.
"Kenapa Kau menyukai wanita? Maksudku dokter, Kau cantik bukan tidak mungkin kalau banyak laki-laki tampan dan mapan menginginkanmu. "
Freen mengunyah ayam penyetnya terlebih dahulu, lalu tersenyum ketika Dia memikirkan Becky, selalu.
"Aku jatuh cinta dengan kesederhanaannya. "
"Bahkan Dia kaya raya, sederhana dari mana. "
Dokter muda itu menyuapi Rose dengan tahu yang berada di tangannya, selalu saja gadis itu merusak suasana.
"Tsk, Kau suapi Aku ayamnya Nona, bukan tahu murah ini. "
"Berhenti mengeluh, Kau masih ingin mendengarnya tidak?
"Oh iya, lanjutkan Dok. "
Freen mendorong makanannya ke sebelah kiri, Dia selalu bersemangat jika mengenai Becky, dan begitu juga dengan Rose, Dia menyukai Becky juga, setelah Dia menyadari menyukai Freen adalah dosa besar.
"Aku tergila-gila padanya, Kau tau dulu Aku pernah menyakitinya, Kau mengencani kembarannya. "
"Yaaak. "
Freen hampir saja terbalik saat Rose tiba-tiba berdiri dari bangku tempat di mana Freen juga duduk di sana, Dia terkejut.
"Kau mau jantungku pindah ke kaki? Kau biasa saja. "
"Oh iya, maaf dok, silahkan lanjutkan. " Rose kembali duduk di bangku itu.
Freen terlihat murung saat mengingat kebodohannya dulu, dan masih menaruh nama Rebecca diceritanya kali ini membuatnya merasa tidak nyaman.
"Dulu Aku terjebak dengan tipu daya Becca, dan menyukainya lama kelamaan, tapi ada kejadian gila sekali hingga merenggut nyawa Becca dan ingatanku. "
"Kecelakaan?"
"Kau tau?"
"Dokter Nam menceritakannya sewaktu dokter pingsan karena Ku tabrak. "
"Iya, Becca menabrak mobilku dan Becky entahlah apa yang Dia pikirkan waktu itu, namun hanya Dia yang pergi, sementara Becky mengalami kebocoran jantung, Nop mengalami patah tulang dan Aku mengalami amnesia. "
"Nona Becky mengalami kebocoran jantung?"
"Hmm, namun Dia sudah mendapatkan donornya. "
"Wah syukurlah, lalu Kau bisa kembali lagi dengan Nona Becky? Apa itu tidak egois dokter?"
"Hmm, Aku tau, cuma karena Aku mencintainya, dan Dia pun begitu, jadi apa salahnya?"
Rose mengangguk, cinta itu buta, hal yang menyakitkan kadang adalah cerita yang tidak bisa digantikan dalam sebuah memori dengan orang tercinta, jadi apa lagi yang harus Mereka buang jika hanya itu hal yang ingin Mereka simpan.
"Becky memutuskan hubungan Kami selama 3 tahun, Dia pergi ke London untuk berobat dan melanjutkan hidup, dan Aku berhenti untuk baik-baik saja semenjak perpisahan Kami waktu itu. "
"Kau merusak hidupmu?"
"Tidak, namun jiwaku pergi entah kemana, Aku tidak memiliki semangat apapun. "
Benar, jika Kau ditinggalkan oleh orang tercinta, layaknya Dia membawa separuh atau bahkan penuh dari perasaanmu, menjadi hampa adalah satu-satunya hal yang mungkin terjadi setelahnya.
"Bagaimana dengan Jisoo?"
Mata Rose melotot sempurna, pasalnya selain Jenlisa, tidak ada satupun orang yang tau tentang hubungannya dengan Jisoo.
"Kau menyukai wanita?" Lanjut Freen.
"Hmm, Aku dan Dia sudah berakhir dari lama. "
Freen menyeruput air mineralnya, lalu kembali fokus dengan lawan bicaranya.
"Sebenarnya Dia tidak ingin kuliah kesehatan apa lagi menjadi dokter, Dia menyukai seni lukis, Dia ingin kuliah seni murni, dan Aku melarangnya, berulang kali Aku mengatakan putus padanya, dan Dia tidak ingin, jadi menurutku adalah satu-satunya hal yang bisa Dia lakukan, tapi entahlah saat Kami sudah sama-sama berada di lingkup jurusan yang sama, Dia jauh lebih sibuk dariku, dan Aku kembali mencari masalah, hingga Dia memilih untuk membuang Ku dibandingkan membuang masa dengan yang sudah kepalang tanggung Dia rajut. "
"Kau adalah Aku Rose, dan Jisoo adalah Becky, kisah Kita terlalu sama. "
Rose mengangguk, kebodohannya waktu itu menghantarkan dirinya untuk sebuah kehilangan yang abadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My favorite mistake (FREENBECK)
Romance⚠️(GXG) S2 dari See me as Becky, after marriage, (18+)⚠️