24. Ketakutanku.

3.4K 355 9
                                    

Suara musik di dalam mobilnya begitu keras, Becky meringkup ketakutan saat bunyi petir itu menyambar dengan keras, Dia membenci hujan, semua mengingatkannya kepada kejadian waktu itu, di mana kecelakaan yang membuatnya seperti saat ini dan juga merenggut nyawa Becca  itu terjadi.

Untuk hal ini, Freen tidak mengetahuinya, sebesar apa rasa takut Becky terhadap hujan yang seketika membangkitkan semua trauma masa lalunya, hanya Richie satu-satunya orang yang mengetahui itu semua.

Dia meringkuk di kursi pengendara, benar-benar dengan tubuh yang bergetar, sekuat tenaga Becky bertahan, setidaknya Dia tidak pingsan untuk saat ini.

Satu persatu mobil yang tadinya berada di sebelah mobilnya pergi, suasana semakin mencekam untuknya, dadanya sesak seakan pasokan oksigen mulai menipis di dalam mobilnya.

"Becky, astaga Becky buka. "

Suara itu Dia sangat amat kenali, teriakan paniknya, namun Becky benar-benar tidak memiliki tenaga untuk berpindah, walaupun hanya tangannya sekalipun.

"Babe, oh astaga, Sayang buka. "

Tuhan selalu menyayangi umatnya bukan?, Ya Tuhan menyelamatkannya lagi kali ini, apakah Dia harus bersyukur untuk kesekian kalinya?.

"Babe, oh astaga, ada apa? Kau berkeringat, tubuhmu bergetar he... Kau panic attack? Babe? What's wrong? Hey? Babe. "

Seluruh tubuh Becky tidak berhenti bergerak, bahkan saat Freen memeluk gadis itu, rasa takut yang Becky rasakan seakan menjalar di tubuhnya.

"Atur nafasmu, jangan takut, Aku di sini, atur nafas, "

Freen tidak memiliki obat apapun, Dia hanya mengandalkan dirinya, dan berharap Becky akan segera pulih secepatnya.

5 menit, 10 menit, 15 menit berlalu, perlahan tubuh Becky melemas, nafasnya sudah mulai beraturan, tangannya tidak lagi tremor, namun Freen tidak melepaskan pelukannya terhadap Becky, Dia benar-benar takut.

"You oke?"

"Hmm, "

Musik yang tadinya keras sudah Freen matikan, pandangan Mereka bertemu, banyak sekali pertanyaan yang hadir di kepala Freen saat ini, tentang kejadian yang baru pertama kali Freen saksikan.

"Kau masih di sini?" Becky berucap sangat pelan.

"Hmm. "

"Kenapa tidak pulang saja?"

Freen mendorong jok kursi Becky ke belakang, membuat istrinya merasa jauh lebih nyaman.

"Entahlah, istriku masih di sini, bagaimana Aku bisa pulang. "

Becky memejamkan matanya, rasanya lelah sekali, Dia benci jika kambuh seperti ini, tenaganya bisa terkuras habis.

"Ada apa?"

"Kau bisa keluar dari mobilku Freen, Aku ingin pulang. "

"Ya sudah, biar Aku saja yang menyetir. "

"Tidak, Aku ingin pulang ke apartemenku saja. "

Freen mengerutkan keningnya, seharusnya Dia yang marah sekarang, kenapa malah sebaliknya.

"Aku tidak mengizinkanmu ke sana. "

"Freen sekali saja, Aku ingin juga Aku untuk hidupmu, "

"Maksudmu? Selama ini hidupmu untukku saja? Bec? Kau sadar Aku bahkan meletakan Kau di atas kepalaku sebelum Aku melakukan apapun untuk diriku sendiri. "

"Setelah Aku meninggalkanmu kan? Lalu kemana Kau saat Kau berselingkuh dan melupakanku? Memperlakukanku seperti sampah?"

Freen melepaskan genggamannya terhadap Becky, Dia terkejut bukan main mendengar satu hal yang baru saja keluar dari mulut istrinya.

"Aku tau hormon Mu tidak baik, mood Mu berantakan, oke, Aku akan berikan Kau waktu untuk sendiri, jika Kau ingin Aku menjemputmu, kabari Aku. "

Dia mencium kening istrinya sebelum keluar dari mobil itu, Becky untuk kali ini mencoba untuk tidak peduli, seperti yang Freen lakukan setiap Dia mengucapkan nama Becca dan membandingkannya dengan wanita itu.

Hujan deras masih senantiasa untuk turun, Freen masih berdiri di sana, walaupun mobil Becky sudah meninggalkannya.

"Karena nama Rebecca lagi Bec? Aku benar-benar minta maaf tentang itu semua. "

Sejujurnya Freen mendengar Becky menangis, itu alasannya kembali, ternyata benar, masalah besarnya ada pada satu nama itu, setiap rasa kesal Becky Dia dengarkan di balik pintu ruangan istrinya itu, dan Freen menyesalinya, lagi.

🔺🔻🔺

Akhirnya Dia kembali lagi ke apartemen yang dingin ini, tempat di mana Dia menghabiskan masa suramnya selama bertahun-tahun, apartemen yang masih Becky urus dengan baik, walaupun Dia serahkan kepada Richie, membiarkan laki-laki itu menyewa siapapun untuk membersihkannya setiap hari.

Duduk di balkon adalah kesukaannya selama ini, menghabiskan dari waktunya untuk melamun dan memperhatikan setiap kehidupan di luar sana, menyetel lagu favoritnya, menggambar setiap hal yang ada di dalam otaknya, sama seperti setiap hari yang Dia lakukan dulu.

Becky hanya diam, hujan sudah berhenti, rasa takutnya juga sudah hilang, namun kecewanya entah kenapa semakin bertambah, diperburuk karena hormon kehamilannya yang membuat moodnya naik turun.

Dengan lagu Nam Orntara - don't end up like this, Becky menangis lagi, di kepalanya berputar bagaimana Freen membanggakan Becca, dan membedakan dirinya dengan gadis itu, setelah banyak sekali hal yang Becky korbankan untuk hubungan Mereka, termasuk dengan perasaannya sendiri.

Gawainya berdering, Richie menghubunginya, dan pasti itu tentang Freen.

Untuk saat ini, Dia ingin sendiri saja.

Dia mengulang lagi lagu Nam Orntara sampai Dia terlelap, tidak lagi peduli dengan apa yang akan terjadi besok, Dia benar-benar lelah.

Yang Becky lupa, Freen memiliki akses penuh untuk masuk ke dalam apartemennya, beruntung Becky adalah si tukang tidur yang tak akan terbangun kalau tidak dirinya yang ingin bangun.

Freen memindahkan istrinya ke kasur, menghapus make up nya, wajah merah dan sembab itu menyakiti hatinya, namun apa daya, Freen lah penyebabnya.

Wanita berambut blonde itu mengganti pakaian ketat Becky dengan camisole, agar Becky leluasa bergerak, Freen benci rok sempit yang masih Becky gunakan, padahal Dia tau jika sekarang ada janin yang berkembang di dalam rahim istrinya itu.

Dia memeluk istrinya erat, bagaimanapun Freen sudah terbiasa dengan Becky, semarah apapun, pelukan Becky tetap penghantar tidur yang baik untuknya.

"Selamat tidur istriku. " Dia mengecup bibir Becky lalu terlelap di sebelahnya.

My favorite mistake (FREENBECK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang