9. Mad.

3.5K 364 11
                                    

Pintu kamar itu Dia kunci dengan rapat, Freen membekap mulut Becky dengan bibirnya, Mereka terlibat dengan ciuman panas sedari awal keduanya bertemu.

Freen terbuai dengan bibir lembut wanitanya, matanya terpejam menikmati setiap decap yang terdengar sensual.

Becky sesekali melenguh atas semua pekerjaan tangan Freen di dalam baju rawat inapnya.

"Freenky. " Mata sayu itu benar-benar membuat Freen hilang akal, dan tak ada yang wanita itu sia-siakan, Freen melumat bibir itu kembali dengan sensual, Dia menyukai bagaimana Becky menikmatinya, semua pergerakan itu membuatnya semakin terbakar.

Namun ketukan pada pintu kamarnya menghentikan kegiatan Freen yg ingin membuka baju rawat Becky, Dia berdecak sebal, bisa-bisanya Dia sedang tinggi begini ada orang yang berani mengganggunya.

"Buka pintunya Babe. "

"Hmm, "

"Lipstikmu berantakan. "

"Oh ya? Bisakah ciumanmu merataka...

"Freen, buka pintunya dulu. "

"Tsk, iya iya, Kau pelit sekali. "

Becky hanya menggeleng melihat Freen menyeka mulutnya dengan kasar menggunakan tisu, dan lihatlah wanita itu berjalan menghentak layaknya balita.

Setelah pintu itu terbuka, ada beberapa team medis yang memang harus memeriksakan keadaan Becky berdiri dengan bingung.

Pasalnya pintu ruang rawat tidak diperbolehkan untuk dikunci, dan Freen sebagai team medis juga pasti tau dengan ketentuan itu.

"Oh ada dokter Freen, "

"Hmm, silahkan masuk dokter. "

Freen keluar dari ruangan Becky, Dia ingin mendinginkan dirinya untuk saatnya, bayangkan Kau sedang panas-panasnya namun harus dipaksa berhenti oleh keadaan.

"Tsk, harusnya Becky sudah Ku bawa pulang kemarin, sialan. "

Tidak hanya berhenti di sana saja, kekesalan Freen bertambah saat Dia dengan sengaja melewatkan panggilan rumah sakit, pasalnya Dia memilikki pasien penting hari ini yang bahkan sudah menunggunya satu jam lamanya.

"Oh astaga, kenapa Aku ini. "

Dia mengirimi Becky pesan untuk berpamitan, lalu memacu super car miliknya menuju rumah sakit tempatnya bekerja.

🔺🔻🔺

Bekerja menjadi petugas kesehatan ini cukup menguras tenaga Mereka, tidak memiliki waktu untuk istirahat dengan baik jika Kau masih menjadi dokter magang layaknya yang Mereka lakukan sekarang.

Lisa entah sudah memakan berapa cup mie sedari tadi, bahkan dalam prosedurnya Mereka menganjurkan untuk memakan makanan sehat kepada pasien, namun Mereka malah sebaliknya.

"Rumah sakit ini terlalu terkenal, lihatlah pasiennya tidak berkurang malahan bertambah setiap jam nya. "

Jennie mengangguk setuju atas ucapan Lisa, entah sudah berapa jam Mereka berdiri dan mondar-mandir sedari tadi.

"Kau mau makan ini Jen?"

"Mau. "

Namun tidak seperti keduanya, Rose malah terlihat murung dari sebelumnya.

"Kau kenapa?" Jennie beranjak mendekat ke arah sahabatnya itu.

"Palingan masalah dokter Freen yang tiba-tiba senyum pas check pesan dari gawainya. "

"Kau benar-benar menyukainya Rose?" Jennie terlihat lebih bersemangat jika masalah ini, karena Dia sudah jengah dengan Rose yang gagal move on dari seorang Jisoo.

"Menurutmu? Jen, Kau tidak lihat bagaimana matanya menatap dokter itu? Sisi lesbiannya benar-benar terlihat. "

Mata itu melotot sempurna, sebelum lemparan sepatunya melayang sempurna, tapi sepertinya Rose akan menemukan kesialannya sekali lagi, setelah sepatu itu mendarat sempurna di wajah Freen.

Dengan sedikit kesal Freen menatap setiap manusia yang berada di hadapannya, moodnya benar-benar berantakan saat ini.

"Kalian pikir masih bisa bercanda untuk saat ini?"

"Maaf dok, Saya tidak sengaja. " Rose menunduk saat Freen menyadari jika sepatu itu adalah miliknya.

"Kau benar-benar ingin mencari gara-gara denganku?, atau Kau sengaja melakukannya?" Freen meninggikan intonasinya, pertanda Dia benar-benar kesal.

"Ti--tidak dokter, Saya tadi ingin melempar ke arah Li...

"Ini rumah sakit, bukan tempat bermain, dan Jau tidak bisa bercanda seperti itu, sekali lagi Aju mengalami ini, Aku tidak akan membiarkanmu lolos. " Freen menekankan setiap ucapannya, Dia benar-benar kesal saat ini.

Suasana mendadak aneh saat Freen meninggalkan Mereka, para dokter pun juga merasakannya, namun Nam mengerti bagaimana sifat sahabatnya itu, mungkin untuk tiga dokter yang berada di bawah tanggung jawabnya ini harus diberi pengarahan dulu tentang bagaimana cara bersikap kepada kulkas 10 pintu itu.

"Freen bukan orang yang ramah, bahkan untuk siapapun, jika Dia kesal Dia benar-benar memperlihatkannya, namun Freen itu sebenarnya baik, kalau mood nya juga sedang baik, seperti waktu itu, Kau menabraknya Dia tidak terlalu masalahkan, mungkin Dia sedang ada masalah yang benar-benar membuatnya kesal, jadi Kau adalah sasaran empuknya. " Ujar Nam menjelaskan.

"Maaf dokter, apa dokter Freen memang sedingin itu?" Lisa penasaran dengan itu semua.

"Hmm, sedari Aku mengenalnya di universitas, Dia memang seperti itu, tapi lebih gila lagi saat Dia memiliki masalah dengan Becky dan Becca, Freen jadi orang tak tersentuh, ditambah kecelakaan dan amnesia. "

Nam bukan tipikal manusia yang bisa menyimpan apapun sendirian, hobi julid nya cukup membuat wanita itu kesulitan menyimpan rahasia.

"Maksudnya dokter?"

"Waktu Kami kuliah di univ yang sama, Aku tau Freen memiliki kekasih wanita bernama Becky dari fakultas hukum, dan itu membuat heboh satu univ, tapi entahlah ada apa ceritanya Freen menduakan Becky dengan Becca, yang merupakan kembaran Becky sendiri. "

Cukup rumit untuk dimengerti, tapi setelah lama diam, ketiga gadis itu berteriak keras tentang sesuatu.

"Dokter Freen lesbian?" Ujar Mereka serentak.

"Hmm, Dia bahkan sudah menikahi Becky beberapa bulan yang lalu. "

"What?" Sorot mata itu benar-benar terlihat menyedihkan.

My favorite mistake (FREENBECK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang