4. Interogasi

1.4K 100 0
                                    

Happy reading

Jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Mael masih duduk termenung di kursi meja belajarnya. Sebenarnya Mael sudah sangat lelah mengingat banyaknya kegiatan yang dilakukan hari ini. Tapi mata Mael belum bisa terpejam juga. Ada yang mengganggu pikirannya sejak pagi tadi. Apalagi kalo bukan tentang Jerry. Sikap dingin dan cuek pemuda itu sungguh membuatnya penasaran.

Mael menyadari jika dirinya mulai tertarik pada Jerry. Padahal selama ininia tidak pernah tertarik pada siapa pun. Meskipun banyak yang mendekatinya. Mael selalu menolak ungkapan perasaan seseorang, ajakan kencan, dan yang lainnya. Karena memang ia tak tertarik sedikit pun. Tapi begitu melihat Jerry, entah mengapa Mael menjadi penasaran dan ingin tahu semua hal tentang pemuda itu. Mael ingin mengenalnya lebih jauh dan menjalin hubungan pertemanan.

~

Pagi ini Mael berangkat ke sekolah lebih awal. Ia berencana akan menemui Renze yang biasanya selalu datang pagi. Tujuannya adalah menginterogasi Renze soal Jerry. Kenapa Renze? Karena Mael cukup dekat dengan anak manis itu. Sifat ramah Renze membuat siapapun mudah akrab dengannya.

Seperti yang ia duga, sekolah masih sepi. Hanya ada beberapa sepeda motor dan sebuah mobil yang terparkir. Setelah memarkirkan mobilnya, Mael bergegas menuju kelas Renze.

'Mudah-mudahan Renze sudah datang' batinnya.

Dan benar saja. Anak itu duduk sendirian di kelasnya sambil membaca sebuah buku.

"Ren!" panggil Mael dari pintu.

Renze yang tengah asik dengan bukunya seketika menoleh setengah terkejut.

"Oh, Kak Mael. Ada apa?" tanya Renze.

"Bisa kita ngobrol sebentar?" ucap Mael.

"Bisa Kak. Mau ngobrol dimana?" kata Renze seraya berdiri dari duduknya.

Mael memasuki kelas itu dan memberi gestur dengan tangannya untuk Renze supaya diam di tempatnya.

"Kita ngonrol disini aja," jawab Mael.

Renze kembali duduk. Dan kini Mael pun tengah duduk di bangku depan Renze. Sesaat ia terdiam. Bingung bagaimana memulainya.

"Kak," tegur Renze karena Mael belum juga bersuara.

"Eh, iya Ren. Mm.. Gini.. Mm..." ucap Mael terbata.

Ia merasa gugup.

"Ada apa sihh Kak?"

"Aku mau tanya sedikit. Tentang... Jerry."

"Jerry?"

Renze mengernyit.

"Jerry kenapa?"

"Dia itu, orangnya gimana ya?"

"Maksud kakak? Kepribadiannya?"

Mael mengangguk.

"Jerry itu baik, menyenangkan, walaupun dia tipe orang yang serius. Ngobrol sama Jerry itu gak membosankan karena dia pintar. Tapi itu cuma berlaku untuk orang-orang yang dia anggap dekat dengan dia aja. Kalo sama orang lain jangan ditanya. Dingin. Acuh. Kaku. Sangat tidak bersahabat."

"Tapi keliatannya kalian udah akrab banget sama dia. Terutama Javier."

"Karena Javier kenal Jerry sejak kecil. Ayah mereka sahabatan dari masa sekolah. Sampai sudah sama-sama menikah mereka masih menjalin hubungan baik dan tinggal pun berdekatan. Jadi Javier dan Jerry tumbuh bersama. Sebelum daddy Jerry memutuskan untuk pindah ke Amerika buat ngerancang usaha barunya. Makanya gak heran Javier tau banget gimana karakter Jerry."

My Precious Boy | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang