23. The Reason (2)

874 59 0
                                    

Happy reading

       

     

Jerry dan Jayden tengah menikmati makan malam mereka dalam keheningan. Hubungan mereka agak kurang baik belakangan ini, karena kejadian waktu itu. Tapi mereka tetap melakukan aktivitas bersama seperti biasanya. Hanya tak begitu banyak komunikasi antara mereka.

Di sela-sela makan, Jerry melirik daddy-nya beberapa kali. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak berani. Pada akhirnya makan malam pun selesai. Jayden hendak beranjak menuju kamar ketika Jerry memanggil.

"Dad.."

Jayden menoleh pada putranya.

"Emm.. Besok kan minggu. Boleh gak kalo Jerry main ke tempat Javier?" tanyanya ragu-ragu.

Jayden hanya diam.

"Dad, sudah seminggu Jerry diem aja di rumah, nurutin kemauan daddy. Besok sudah hari ke-8, boleh ya? Jerry bosen," bujuknya.

Hening sejenak. Lalu Jayden menghela nafas.

"Baiklah, besok kita ke rumah Javier. Daddy antar dan temani," ucap Jayden akhirnya.

Jawaban Jayden membuat Jerry senang. Ia menghampiri ayahnya. Di peluknya hangat lelaki bertubuh tegap itu.

"Terima kasih, Dad. Maaf Jerry udah buat Daddy kecewa."

Jayden membalas pelukan Jerry. Dielusnya lembut rambut Jerry.

"Maafin daddy juga karena udah membentak dan menghukummu," ucapnya tulus.

Jerry mengangguk dalam pelukan Jayden.

     

~

       

Hari minggu ini terasa begitu membosankan bagi Javier. Ia malas melakukan apapun dan juga tidak ingin pergi keluar. Jadi ia memutuskan untuk bermain game di komputer. Ketika tengah asyik dengan gamenya, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.

Javier membukanya dan sangat terkejut mendapati Jerry yang berdiri dibaliknya.

"Jer!? Kemana aja kamu?" katanya setengah berteriak.

Jerry menutup telinganya karena teriakan Javier.

"Gak pake teriak bisa gak sihh?" protesnya.

"Abisnya kamu! Seminggu ngilang, gak ada kabar, gak bales chat aku juga. Aku kuatir tau gak!" omel Javier.

"Ini aku gak diajak masuk dulu nih?" tanya Jerry.

Seketika Javier sadar sedari tadi mereka masih berdiri di pintu. Cengiran muncul di wajah tampannya.

"Hahaha iya, sorry lupa. Ayo masuk."

Jerry masuk dan kemudian duduk di kasur Javier.

"Jadi, ada cerita apa seminggu ini?"

"Aku home schooling."

"APA!? HOME SCHOOLING?"

Jerry mengernyit seraya menutup telinga.

"Gak usah teriak kenapa sih Jav!?" protesnya.

"Sorry, aku syok. Jer, kamu yang bener aja! Home schooling? Kenapa? Trus Olimpiade-nya gimana? Kami gimana?"

"Jav, itu bukan keputusan aku."

Javier terdiam.

"Om Jay?"

Jerry mengangguk.

"Tapi kenapa?"

Jerry tak menjawab.

My Precious Boy | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang