Happy reading
Jerry dan Jayden tengah menikmati makan malam mereka di sebuah restoran. Sesuai janji Jayden sebelum pergi. Dan disini pulalah Jayden akan mengatakan semuanya pada Jerry.
Saat pulang sekolah siang harinya, perkataan Jayden membuat Jerry tertegun. Bagaimana tidak, daddy nya itu memintanya untuk tidak terlalu dekat dengan Mael. Hal yang jelas sulit bagi Jerry. Mengingat hubungan mereka yang semakin hari semakin dekat dan juga selain itu mereka berada di organisasi yang sama di sekolah.
Terus terang Jerry tidak bisa kalau harus menjauhi Mael. Ia tak mau. Entah kenapa. Tapi ia juga tak berani membantah daddy-nya. Selama ini apa yang ia minta selalu dituruti oleh Jayden. Jadi dia membalasnya dengan menuruti semua kata-kata daddy-nya. Namun kali ini, Jerry sepertinya tidak bisa menurutinya. Apalagi Jayden masih belum mengatakan alasannya. Karena saat siang tadi Jerry menanyakannya, dan Jayden memintanya menunggu hingga saat makan malam tiba.
~
Mereka baru saja menghabiskan makan malam. Saat ini mereka hanya duduk terdiam saling berhadapan. Jayden menatap putranya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada rasa bimbang, sedih dan marah dalam matanya. Jerry sungguh sangat penasaran, apa yang disembunyikan daddy-nya.
"Dad," akhirnya Jerry membuka suara karena sejak tadi Jayden masih saja membisu.
Jayden menghela nafas.
"Wanita itu pembunuh Mommy mu," ucap Jayden seraya menatap Jerry tajam.
Jerry terkejut.
"Pembunuh Mommy? Apa maksud Daddy? Bukannya Mommy meninggal karena kecelakaan? Dan, siapa wanita itu?"
Jerry menanyakan semua pertanyaan yang terlintas di kepalanya.
"Wanita itu, ibu dari anak itu," jawab Jayden menggantung.
"Anak itu siapa, Dad? Siapa yang Daddy maksud?" Jerry masih tak mengerti apa maksud daddy-nya.
"Anak laki-laki yang mengantarmu pulang tadi siang," ucap Jayden akhirnya.
Bagai tersambar petir, Jerry terkejut bukan main. Mami Mael yang selalu diceritakannya penuh kasih sayang, pembunuh mommy-nya? Rasanya tidak mungkin.
Melihat anaknya yang terkejut dan masih penuh tanda tanya, Jayden pun menceritakan semuanya pada Jerry. Mulai awal bertemunya Irene dan Selena, hingga Irene meninggal karena kecelakaan. Jayden mengatakan semuanya pada Jerry, tanpa terkecuali.
Jerry mendengarkannya dengan seksama tanpa menyela sedikitpun. Sehingga jelaslah semua. Mengapa Jayden tampak sangat membenci Mael dan mengapa ia meminta Jerry menjauhinya. Kini, setelah mendengarnya, Jerry justru semakin bingung. Ia merasa kepergian Irene memang sudah suratan takdir dari Tuhan. Tapi Jayden justru berpikir lain. Dan menyimpan dendam pada Selena.
"Daddy sudah selesai? Boleh Jerry bicara?" tanya Jerry setelah Jayden selesai berbicara.
"Sudah. Bicara saja," jawab Jayden.
"Dad, maaf. Bukan Jerry ingin menggurui. Menurut Jerry, kepergian Mommy sudah menjadi garis Tuhan. Kita tidak bisa menyebut Tante Selena pembunuh hanya karena..." belum sempat Jerry menyelesaikan kata-katamya, Jayden sudah menyela.
"Dia memang pembunuh. Kalau bukan karena dia memaksa meminta mommy-mu menjemputnya, mungkin sekarang kita masih bersamanya," kekeh Jayden.
"Daddy yakin dia memaksa mommy?"
"Dia menelpon mommy-mu saat Daddy berusaha menahannya. Tepat setelah menutup telepon, mommy langsung pergi dengan terburu-buru."
Jerry akan membuka mulut saat kemudian Jayden melanjutkan kata-katanya.
"Ia bahkan sedang menelpon mommy-mu saat kecelakaan itu terjadi."
Jerry terdiam.
"Dengan air mata palsunya dia bercerita kalau mereka sedang berbicara di telepon ketika mommy-mu kecelakaan. Ia bahkan mendengar dengan jelas suara benturan mobilnya."
Jayden bercerita dengan penuh emosi dan sorot matanya menampakkan kebencian yang teramat sangat.
Jerry sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dalam hatinya ia menyesali sikap dendam Jayden. Ia memang sangat kehilangan mommy-nya, tak bisa dipungkiri kesedihan itu masih meliputi hati dan pikirannya hingga sekarang. Walau begitu, ia memilih mengikhlaskan kepergian satu-satunya wanita dalam hidupnya itu. Jika memang Tuhan lebih sayang padanya, maka dia bisa apa. Tuhan sudah menginginkannya kembali, walaupun dengan cara yang tragis. Dan Selena hanyalah perantara.
Kini berakhir sudah percakapan mereka. Pemikiran keduanya tak sejalan untuk pertama kalinya. Jayden masih tetap bersikeras bahwa Selena penyebab kematian Irene. Sedangkan Jerry menganggap kepergian Irene sudah digariskan oleh Tuhan.
~
Jerry dan Jayden kini sudah berada di rumah. Saat Jerry akan beranjak menuju lantai 2 dimana kamarnya berada, Jayden memanggilnya.
"Jerry. Maaf. Tapi daddy minta kamu jangan terlalu dekat dengan anak itu. Daddy gak mau kamu kena sial karena dekat dengannya," ucap Jayden mengejutkan.
"Kena sial? Dad, gak ada manusia yang membawa sial bagi manusia lainnya. Gak juga dengan Mael dan Tante Selena," bantah Jerry.
Sungguh ia tak habis pikir bagaimana daddy-nya menganggap mereka pembawa sial.
"Nyatanya memang begitu Jerry. Mommy-mu meninggal karena wanita itu. Jangan sampai terjadi sesuatu karena dekat dengan anaknya," ujar Jayden masih dengan pendiriannya.
"Tapi, Dad..."
"Sudahlah Jerry. Daddy sudah lelah. Tolong dimengerti saja permintaan Daddy." Tegas Jayden memotong bantahan Jerry. Ia kemudian masuk kamar begitu saja.
Jerry hanya bisa terdiam hingga sosok Jayden menghilang di balik pintu. Tak ada kata-kata yang terucap lagi. Karena percuma saja, daddy-nya tidak akan mendengarkan. Ia pun kemudian segera beranjak menuju kamarnya.
~
Malam ini Jerry merasa sulit memejamkan mata. Ia masih terus memikirkan percakapannya dengan sang ayah. Semuanya sudah jelas sekarang.
Baginya, takdir Tuhan lah yang membawa semua kejadian ini. Dulu, saat masih sekolah, Irene dan Selena adalah sahabat. Sekarang, Jerry dan Mael pun dipertemukan juga sebagai teman satu sekolah. Dan hubungan mereka juga dekat, sangat dekat malah. Tuhan seperti ingin pertalian antara keluarga Irene dan Selena yang terputus karena kematian bisa tersambung kembali.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Boy | MarkNo (Revisi)
RomanceFirst book of NuhaTria Menceritakan tentang seorang siswa bernama Mael yang tertarik pada seorang murid baru yang bernama Jerry. Sikap Jerry yang terkesan dingin terasa sulit didekati. Namun Mael tak menyerah. Hingga saat keduanya mulai dekat, masal...