10. Alone?

1K 84 0
                                    

Happy reading

      

     

Jayden adalah panutan bagi Jerry. Ia mengagumi daddy nya yang pekerja keras. Bagaimana usahanya memimpin perusahaan, sehingga bisa sukses sampai sekarang. Walaupun ia memiliki sifat yang dingin dan tertutup, yang pada akhirnya menurun pada Jerry, tapi ia begitu disegani sekaligus dicintai para bawahannya.

Namun Jayden akan jadi orang yang berbeda bila sudah bersama dengan keluarga. Ia pribadi yang berbeda bila sudah berada di rumah. Penuh senyum dan penyayang. Terutama bila ia bersama putra semata wayangnya. Apalagi anak itu tipikal anak penurut dan tidak banyak tingkah, serta pintar dan berprestasi di sekolah.

Hal inilah yang membuat Jayden begitu menyayangi Jerry. Ia akan memberikan apapun pada Jerry, karena anak itu juga tak pernah membantahnya. Seperti halnya saat ini. Walaupun terkejut dan memiliki ribuan tanya, Jerry tetap menuruti kata-kata Jayden untuk masuk ke dalam kamar.

Kini remaja 16 tahun itu tengah terdiam di kamarnya. Ia bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan daddy-nya? Mengapa orang yang sangat dikaguminya itu seperti tidak suka terhadap Mael? Bahkan tatapan itu bukan hanya tatapan tidak suka, namun tatapan penuh kebencian. Sebenarnya apa yang terjadi?

Kurang lebih 15 menit kemudian terdengar ketukan di pintu kamarnya. Dengan segera Jerry membukakan pintu. Nampak Jayden berdiri disana. Namun ia hanya terdiam, tanpa bicara apapun. Jerry pun tak berani angkat suara. Ia diam menunggu daddy-nya berbicara.

"Jerry, daddy akan berada di luar kota sampai besok. Daddy pulang hanya untuk mengambil pakaian sekalian mau mengabarimu. Tadi daddy sudah menghubungi Om Yugo. Untuk sementara kamu menginap di rumah mereka saja. Sebentar lagi Javier akan datang menjemputmu," ucap Jayden membuka suara.

Jerry mengira daddy nya akan membicarakan perihal Mael. Ternyata bukan.

"Dad, apa Jerry harus menginap di rumah Om Yugo?" tanya Jerry.

"Iya, Jerry. Daddy gak mau kamu di rumah sendirian."

"Tapi Dad, Jerry merasa lebih nyaman di rumah. Jerry akan baik-baik saja."

Jayden menghela nafas mendengar penuturan putranya. Bagaimana pun ia khawatir. Ini pertama kalinya Jayden akan meninggalkan Jerry lebih dari 24 jam. Di rumah. Sendirian.

"Tapi daddy yang tidak baik-baik saja, Jer," ucapnya penuh kekhawatiran.

"Dad, Jerry sudah 16 tahun. Jerry sudah tau menjaga diri. Jerry bisa masak sendiri. Atau pesan layanan antar. Daddy jangan khawatir," ujar Jerry meyakinkan.

Jayden tampak berfikir sejenak.

"Kamu yakin?" tanyanya.

"Yakin, Dad. Jerry gak mau merepotkan Om Yugo dan Tante Wendy. Javier bilang mereka sedang sangat sibuk."

Jayden kembali terdiam.

"Daddy percaya sama Jerry. Jerry akan baik-baik saja," ucap Jerry berusaha meyakinkan daddy-nya.

"Baiklah. Kalau begitu besok daddy akan minta bibi datang pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan dan makan siangmu. Besok sore kemungkinan daddy sudah di rumah. Kita akan makan malam di luar sebagai gantinya. Okey?" kata Jayden.

"Okey, Dad."

"Kemungkinan Javier sudah dalam perjalanan kesini untuk jemput kamu. Tadi papanya bilang kalo hari ini Javier free. Jadi kalian bisa menghabiskan waktu berdua."

"Baik, Dad."

Jayden menghampiri putranya. Ada rasa berat akan meninggalkan Jerry seorang diri. Namun dia harus. Pekerjaan menuntutnya untuk pergi. Diraihnya Jerry dalam dekapannya. Dengan penuh kasih sayang ia usap punggung remaja itu.

My Precious Boy | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang