26. Klimaks (3)

1.1K 61 1
                                    

Happy reading

     

    

"Aaarrrgghhhhh!!!" teriak Jerry frustasi.

Dihampirinya ponselnya yang kini sudah hancur berkeping-keping. Diambilnya benda persegi panjang itu. Lalu ditatapnya nanar benda yang kini sudah tak dapat berfungsi itu.

Lengkap sudah! Tak boleh keluar rumah, akan dipulangkan ke Amerika, dan sekarang, ponselnya juga tak berfungsi. Jerry semakin nelangsa. Tidak ada lagi yang dapat dilakukannya.

Di satu sisi ia sangat menyesal. Namun di sisi lain ia sangat marah kepada Jayden. Tamparan daddy-nya tak hanya membekas di pipinya, tapi juga di hatinya. Betapa sakit hatinya saat ini. Ia sangat menyayangi Jayden. Karena selama ini Jayden memperlakukannya dengan sangat baik. Walaupun Jayden single parent, tapi ia dapat menjalankan perannya dengan sangat baik. Ia mendidik Jerry dengan disiplin. Namun kasih sayang tidak pernah alpa dia berikan. Ia akan memberikan semua yang dibutuhkan oleh Jerry. Dan Jerry sangat tahu diri dengan bersikap sangat baik dan menjadi anak yang patuh.

Namun sekarang rusak sudah hubungan baik ayah-anak itu. Mereka kecewa dengan satu sama lain. Sejak kejadian di Mall beberapa hari lalu, mereka sudah tak saling bicara. Kini, keadaan bukan membaik malah semakin rumit.

   

~

   

Malam menjelang. Jam di dinding menunjukkan pukul 20.31. Suasana rumah sangat sepi dan hening. Sejak tadi Jerry hanya berdiam diri di kamar. Sedangkan Jayden, tak nampak sama sekali batang hidungnya.

Jerry beranjak keluar kamar. Dijelajahinya seisi rumah. Mencari sang ayah. Namun nihil. Dibukanya pintu penghubung ke garasi tempat dua mobil biasa terparkir. Hanya ada satu. Sebuah mobil mewah berwarna putih.

Jerry menghampiri mobil porsche kesayangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jerry menghampiri mobil porsche kesayangannya. Mobil itu tak pernah keluar garasi karena Jayden melarang Jerry menyetir sendiri sejak kecelakaan yang menimpa Irene. Jayden pun lebih sering menggunakan miliknya sendiri yang berwarna hitam. Jerry mengelus pelan mobil itu.

"Kamu bosan tidak, selalu diam disini?" katanya pada benda mati itu.

"Kalau kamu bisa bicara, apa kamu akan protes seperti aku?"

"Haha.. Daddy memperlakukan kita berdua dengan adil ya? Kamu terkurung di garasi ini, sedangkan aku terkurung sendiri di rumah sebesar ini," ucapnya sedih.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas dalam pikirannya.

"Tunggu sebentar!" ucapnya sambil menepuk kap mobilnya.

Lalu ia berjalan dengan santai menuju ruang kerja daddy-nya. Dicobanya membuka pintu itu.

Ceklek!

Ternyata tidak terkunci. Jerry pun masuk ke dalam. Dinyalakannya lampu agar lebih terang. Kemudian ia membuka setiap rak yang ada di meja kerja daddy-nya. Pada rak ujung kanan bawah, ia menemukan apa yang dicarinya.

My Precious Boy | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang