Happy reading
Hari ini di Ruang Ordis tengah terjadi kesibukan. 10 anggota inti Ordis sedang melangsungkan rapat di ruangan itu. Dengan dipimpin Mael sebagai ketua, rapat berjalan lancar. Rapat yang beragendakan tehnis pelaksanaan seleksi anggota tersebut telah berlangsung selama 1 jam. Setelah rapat selesai, mereka semua berpencar sesuai tim yang sudah dibentuk untuk menuju kelas yang sudah ditentukan. Dimana tiap tim nya terdiri dari 2 orang.
Mael melangkahkan kaki bersama seorang anggotanya menuju kelas 11-1. Kelas Jerry.
Tok.. Tok.. Tok...
Mael mengetuk pintu kelas yang terbuka itu. Mendengar ketukan pintu seisi kelas mengalihkan perhatian yang semula fokus pada Bu Selly yang sedang mengajar. Begitu pun Bu Selly. Segera setelah melihat Mael di depan kelasnya, Bu Selly menghampiri. Mael kemudian mengatakan maksud dan tujuannya datang. Setelah mendapat ijin, Mael segera masuk dan berdiri di depan kelas, menggantikan tempat Bu Selly. Sedangkan Bu Selly pergi menuju ruang guru.
Mael menatap sekeliling, memeriksa satu per satu bangku di depannya. Setelah sempat bertatap mata dengan Jerry yang juga sedang menatapnya, ia membuka suara, "Apa hari ini ada yang absen?"
Seisi kelas serempak menjawab, "Gak ada, Kak."
"Bagus. Sebelumnya maaf mengganggu waktu belajar kalian. Kami perwakilan dari Ordis, datang ke kelas ini untuk melakukan seleksi anggota organisasi kami. Maka dari itu, kami minta perhatian kalian sebentar saja, apa bisa?" tanya Mael.
"Bisa, Kak," jawab seisi kelas.
"Baik. Untuk mempersingkat waktu, langsung saja kami tanya pada kalian, apa ada teman di kelas ini yang kalian rasa pantas masuk OrDis?" tanyanya lagi.
Seruan-seruan pun terdengar. Beberapa nama terdengar disebutkan oleh beberapa siswa. Kelas mulai rame. Kemudian teman Mael mencoba menenangkan isi kelas.
"Adik-adik, tolong kecilkan suaranya. Kelas sebelah masih pelajaran," ia mengingatkan.
Sontak kelas menjadi sunyi kembali.
"Begini saja. Kami sudah menyiapkan kertas untuk melakukan voting. Sepertinya akan lebih mudah dan tertib jika kita lakukan voting. Bagaimana?" ucap Mael menengahi.
"Setuju," kompak seisi kelas.
"Baik, kami akan bagikan kertasnya. Kalian tulis nama teman yang kalian rasa cocok bergabung di OrDis. Setelah itu gulung kertasnya dan kami akan mengambilnya nanti," ucap teman Mael.
Tepat setelah itu mereka pun berkeliling membagikan kertas-kertas itu. Suasana hening. Sebagian siswa terlihat sedang berfikir, sebagian lagi dengan mantap menuliskan sebuah nama di atas kertas. Setelah semua selesai, Mael dan temannya segera menarik kertas-kertas tersebut dan meletakkan di salah satu meja paling depan. Selanjutnya mereka memulai voting. Mael bertugas membacakan nama yang tertulis, semetara temannya mencatatnya di whiteboard.
Beberapa saat kemudian voting selesai. Sudah ada beberapa nama di papan. Tanpa diduga nama Jerry berada di urutan kedua, sedangkan di urutan pertama adalah Renze. Seperti yang sudah diduga Mael sebelumnya bahwa mereka berdua akan terpilih. Jerry yang dingin dan kaku, serta Renze yang walaupun murah senyum memiliki sikap yang tegas.
Jerry menghela nafas berat. Sebenarnya ia masih ragu untuk menjadi bagian dari salah satu organisasi penting sekolahnya itu. Tapi ketiga sahabatnya serta Mael memintanya untuk mencoba. Tidak hanya itu. Bahkan sekarang sebagian teman sekelasnya sudah memilihnya. Artinya mereka percaya pada Jerry yang notabene merupakan murid baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Boy | MarkNo (Revisi)
RomanceFirst book of NuhaTria Menceritakan tentang seorang siswa bernama Mael yang tertarik pada seorang murid baru yang bernama Jerry. Sikap Jerry yang terkesan dingin terasa sulit didekati. Namun Mael tak menyerah. Hingga saat keduanya mulai dekat, masal...