18. Feelings

899 64 0
                                    

Happy reading

       

       

Malam ini mata Jerry benar-benar menolak untuk terlelap. Hatinya gelisah, sehingga ia tidak bisa tidur. Penyebabnya apalagi kalau bukan Mael. Ia kembali mengingat percakapannya dengan sang kakak kelas di sekolah siang tadi.

        

Flashback on
        

"Kakak gak tau gimana jelasinnya ke kamu. Tapi sejak awal ketemu, Kakak sudah tertarik sama kamu, Jerry."

Mael memberi jeda sebentar.

"Kamu memang dingin dan cuek pada awalnya. Tapi, setelah mengenalmu lebih jauh, ternyata kamu begitu menyenangkan. Sehingga Kakak menikmati semua moment bersama kamu."

"Indah wajahmu, senyum manismu, mata cantikmu, selalu terbayang dalam benak Kakak. Gak pernah sedetikpun hilang dari pikiran Kakak."

"Itu sebabnya Kakak gak mau jauh dari kamu, Jer. Karena Kakak gak bisa. Karena Kakak.. Suka kamu Jerry."

Terucap sudah semua isi hati Mael. Ia awalnya sempat ragu. Tapi nyatanya, bibir itu bisa begitu lancar mengatakan semuanya. Tangannya yang dingin karena gugup, juga dengan beraninya meraih dan menggenggam tangan Jerry. Walaupun jantungnya sudah berdetak cepat, kacau tak karuan.

Sementara Jerry, tak beda jauh. Semburat merah muda tampak menghiasi pipi putihnya. Jantungnya pun seolah ingin lepas dari tempatnya. Tapi masalahnya, ia belum memiliki perasaan sedalam Mael. Bukan belum, tapi tidak. Jerry masih tak yakin akan perasaannya. Selama ini ia memang nyaman berada di sisi Mael. Tapi Jerry benar-benar hanya menganggapnya sebagai kakak kelas, sebagai senior dan partner di organisasi. Tidak lebih.

Sekarang ia tengah dilanda bingung dan gelisah. Bagaimana mengatakannya pada Mael? Bagaimana menjelaskan pada Mael, kalau ia tidak bisa membalas perasaannya? Setidaknya untuk sekarang.

Jerry harus jujur. Tapi ia takut kalau kejujurannya akan melukai perasaan Mael. Ia melihat lebih jauh ke dalam mata Mael. Ada ketulusan yang terpancar dari sana. Belum lagi tangan dingin yang kini tengah menggenggam tangannya. Menandakan betapa gugupnya ia, betapa seriusnya ia.

"Jangan terlalu dipikirkan, Jerry. Kakak gak minta kamu jawab sekarang. Kakak juga gak maksa kamu buat balas perasaan Kakak. Kakak cuma mau menyampaikan perasaan Kakak ke kamu. Kalaupun kamu belum bisa membalasnya, gapapa. Kakak bakal tunggu. Sampai kapanpun."

        
Flashback off

        

Semua kata-kata Mael berputar-putar di otaknya. Harusnya, jika memang ia tak ada perasaan apapun, pernyataan Mael tidak perlu dipikirkan sebegitunya. Tapi anehnya, hal itu terus mengganggu pikirannya. Apakah itu artinya ia memiliki perasaan yang sama seperti yang Mael rasakan? Jerry tak tahu.

         

~

        

Sementara itu di rumah Mael. Hal yang sama juga terjadi pada cowok blasteran Kanada itu. Ia tidak bisa tidur mengingat kejadian tadi siang. Ia tidak menyangka sebegitu mudahnya ia mencurahkan segala isi hatinya pada Jerry. Dan kenyataan bahwa Jerry tak menjawab apa-apa sedikit banyak mengganggu pikirannya. Apa pada akhirnya Jerry akan menerimanya? Atau, hubungan mereka hanya akan sebatas teman dekat saja.

      

~

         

Mael, Junio dan Lucky tengah berada di kantin. Menikmati jam istirahat mereka dengan mengobrol dan makan makanan ringan. Saat tengah asyik becanda, seseorang menarik kursi di sebelah Lucky yang kebetulan kosong. Seketika ketiganya menoleh.

My Precious Boy | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang