9. Sisi Lain Jerry

1.1K 82 1
                                    

Happy reading

Disini lah Mael sekarang. Di dalam rumah mewah milik keluarga Jerry. Seperti tampak luarnya, bagian dalam rumah tersebut bergaya Amerika. Dengan interior putih terang, rumah itu membuat siapapun yang berada di dalamnya merasakan ketenangan.

Mael menyapukan pandangan ke seluruh ruangan tempat dia berada. Tak ada foto atau apapun di dindingnya. Semakin menambah kesan sunyi dalam ruangan itu.

Tak lama Jerry datang dengan membawa 2 gelas berisi susu coklat dingin. Ia memberikan segelas pada Mael.

"Terima kasih," ucap Mael seraya tersenyum yang dijawab Jerry juga dengan senyuman.

"Sama-sama, Kak. Terima kasih juga sudah mengantarku pulang," balas Jerry.

"Iya, Jer. Sama-sama."

Hening sejenak. Lalu kemudian Mael membuka suara.

"Rumahmu selalu sepi seperti ini ya?"

"Iya," jawab Jerry singkat.

"Kamu tinggal berdua saja dengan daddy?" tanya Mael lagi.

Pertanyaan Mael hanya dibalas anggukan oleh Jerry. Wajahnya tertunduk lesu.

"Andai mommy masih hidup. Mungkin rumah ini akan lebih berwarna," ucapnya sendu.

Mael nampak terkejut.

"Maaf Jer, Kakak gak bermaksud.."

"Gapapa, Kak. Bukan salah Kakak."

Hening kembali tercipta.

"Aku hanya sedang merindukan Mommy," ucap Jerry dengan suara bergetar.

Mael menatapnya iba. Wajahnya benar-benar sendu. Pandangannya kosong. Ada mendung di mata indahnya.

Mael menghampiri Jerry, mensejajarkan diri di sebelahnya. Lalu ia menepuk pelan punggung pemuda itu. Mencoba memberikan kekuatan lewat sentuhannya. Yang terjadi kemudian air mata Jerry justru terjatuh.

Mael terpaku. Satu hal lagi yang Jerry tunjukkan padanya. Jerry yang biasanya selalu dingin dan cuek, kali ini justru menunjukkan sisi lain dirinya yang rapuh. Dengan air mata yang menetes, dan ucapan yang bergetar.

Tangan Mael terangkat menuju kepala Jerry. Mengelusnya pelan, lalu dengan lembut menariknya ke dadanya.

"Jangan ditahan. Menangislah agar sesak di dadamu berkurang," ucapnya lembut.

Tak ada yang terdengar setelah itu. Pun suara isak tangis Jerry. Namun Mael tahu, air mata pemuda itu mengalir di dalam dekapannya. Tangan Mael mengusap-usap lembut surai hitam legam itu.

Setelah beberapa saat Jerry bangkit. Ia mengambil selembar tissue, lalu mengusap pipi dan hidungnya. Mael menatapnya penuh kasih sayang.

"Sudah lebih baik?" tanya Mael kemudian. Jerry mengangguk.

"Terima kasih, Kak," katanya kemudian.

"Sama-sama."

Jerry menghela nafas kasar.

"Sejak mommy meninggal, aku menjadi sensitif. Air mataku akan menetes begitu saja ketika aku mengingat tentangnya. Selain itu, aku yang memang pendiam jadi mudah tersulut emosi. Tapi aku tidak bisa mengungkapkannya secara terang-terangan. Aku lebih cenderung menyembunyikan dan menahannya. Karena air mataku akan terjatuh jika aku sedang emosi. Itu sebabnya aku lebih memilih untuk menutup diri."

Mael terdiam. Ia mendengarkan sambil menatap Jerry dengan lembut.

"Kepergian mommy benar-benar merubah hidupku dan daddy. Daddy yang sudah sibuk jadi lebih sering menghabiskan waktunya di kantor. Aku tau, itulah cara daddy mengalihkan rasa kehilangannya. Tapi tanpa disadarinya, hal itu justru membuatku merasa kesepian dan sendirian. Daddy sering pulang larut. Weekend pun sering dihabiskannya di kantor. Tapi walaupun begitu, daddy gak pernah absen antar jemput aku sekolah setiap hari. Baru kali ini saja. Katanya itulah caranya mengganti kebersamaan kami yang sangat kurang."

My Precious Boy | MarkNo (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang