"Saya dimana?"
Adrian bingung mengapa dirinya berada di sebuah tempat yang tidak asing. Terlebih lagi melihat seorang wanita memakai baju kaos berlengan panjang dan topi yang melekat di atas kepalanya.
"Sofia?" Adrian mencoba memanggil nama Sofia, tapi tidak dihiraukan oleh Sofia sendiri.
"Ijul! Good morning anak Pak Julianto."
"Nama gue Sofia, kenapa manggil Ijul?" Sofia protes kepada teman-teman sekelasnya yang selalu memanggilnya dengan sebutan 'Ijul'.
"Jul, kantin yuk! Siapa tahu ketemu jodoh," ajak Tari, salah satu sahabat terbaiknya.
"Percuma ke kantin, ujungnya gue yang bayarin makanan kalian."
"Itu tujuan kita. Sumpah! Gue lapar nih!"
"Tunggu Natalia dulu. Itu anak kalau ditinggal langsung ngambek."
Adrian berdiri di dekat mereka, menatap Sofia bersama teman-temannya. Hingga ia menyadari bahwa sekarang dirinya berada di masa-masa kuliah dulu.
Adrian mengikuti kemanapun Sofia pergi, mulai dari kantin hingga ke dalam kelas. Sampai-sampai ia terkejut tatkala melihat dirinya saat sedang belajar yang berakhir diganggu oleh Rio dan gengnya.
"Hari ini ditraktir sama Sofia. Asik! Uang jajan gue utuh." Sofia menatap Sari kesal, salah satu sahabatnya.
"Mau pesan apa anak-anak cantik ini."
"Sudah kita catat semua bu, tolong buatkan yang sangat sangat spesial apalagi yang bayar si sipit satu ini," ucap Natalia. Adrian tertawa mendengar kalimat Natalia kepada Sofia yang tidak pernah berubah.
"Dasar miskin adab!" Sofia tak gentar melawan Rio yang sedang mengganggu Adrian saat sedang fokus belajar.
"Lo gapapa?" Kemudian Sofia bertanya mengenai keadaan Adrian. "Lain kali lo harus lawan, jangan takut." Sofia pergi meninggalkan Adrian seorang diri di kantin. Gadis itu melenggang pergi bersama teman-temannya menuju kelas.
Lalu, Adrian ditarik kembali saat wisuda Sofia. Terlihat Adrian sibuk membawa hadiah kecil untuk Sofia yang pernah ditolongnya. Hanya sekedar memberi hadiah dan mengajak berkenalan.
Namun, ia dikejutkan oleh pengakuan sahabatnya, Natalia.
"Maksud lo Sofia? Yah sayang banget, teman gue baru saja pergi setelah foto-foto. Soalnya, sore ini dia berangkat ke Amerika untuk meneruskan sekolah kedokterannya sekaligus mendalami sebagai dokter spesialis. Harusnya dari tadi ketemunya."
Adrian menatap kecewa hadiah yang sengaja ia siapkan untuk Sofia. Namanya saja ia tahu dari sahabatnya bukan berkenalan secara langsung. Adrian yang sedang melihat sosok dirinya beberapa tahun lalu tersenyum kecil ketika mendengar doa yang ditujukan oleh gadis itu.
"Ya Allah berilah dia kesehatan di sana. Buatlah dirinya sukses, mau berapa tahun yang akan datang, jika saya adalah jodohnya dia, maka mudahkanlah."
Lalu, Adrian kembali melintasi waktu dimana saat dirinya pertama kali bertemu dengan Naira. Yaitu ketika rumah sakit tempat Adrian bekerja sedang mengadakan penyuluhan kesehatan.
Sama seperti kejadian tadi, semua orang yang ada di salah satu desa tempat diadakan penyuluhan kesehatan tampak tidak mengetahui ada sosok Adrian. Hingga tiba, seorang gadis menaiki sepeda membonceng salah satu warga yang terluka di bagian kaki kanannya.
Wanita itu tampak panik dan terus memohon kepada Adrian agar menyelamatkan. Ya, gadis itu adalah Naira. Naira dikenal sebagai anak gadis yang cantik, lembut, sopan, solehan, dan tidak keberatan menolong orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital Diary [Terbit] ✅️
General Fiction"Mengapa begitu sulit memintamu untuk tetap bertahan?" Seorang pria tengah berbicara kepada seseorang yang sudah terkubur jauh di dalam tanah. Tangannya terus mengusap lembut sebuah batu nisan bertuliskan dua nama dalam satu liang lahat. "Aku membay...