•Bab°°3

39.4K 4K 102
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

'sialan..'

'Asta jangan marah dulu, gue mau ngedrama nih..'

Menghiraukan ucapan Angga dalam batinnya, Asta langsung mengambil alih tubuh Anggasta.

Dia menatap tajam sang pelaku yang melempar gelas tepat pada belakang kepala tubuh ini.

Semua terkejut melihat tatapan itu..

Asta berlari menuju sang pelaku, Zavier kakak pertama Anggasta.

Semua seperti berlalu begitu cepat, Asta sudah melemparkan vas bunga yang berada di samping nya tepat mengenai kepala Zavier, sampai vas bunga itu pecah berkeping-keping.

Semua melotot tak percaya termasuk Zavier. belum sempat keterkejutan mereka berakhir, Asta menghajar Zavier membabi buta, bahkan pria berusia 24 tahun itu sudah tergeletak di lantai marmer dengan wajah penuh darah

Hendrix yang sudah sadar dari keterkejutan nya menjauhkan Asta dari Zavier, bahkan dia sedikit mendorong Asta hingga tubuh itu jatuh ke lantai.

"KAU GILA HAA, INGIN MEMBUNUH ABANG MU SENDIRI?!" Teriak Zaziel emosi

Asta bangkit dan terkekeh pelan, namun kekehan itu terlihat menyeramkan di mata mereka.

"Aku gila? Kalian lebih gila, aku hanya membalas apa yang dia lakukan pada tubuh ini, darah di balas dengan darah bukan~?" ucap Asta menyeringai

"Mulai sekarang jangan pernah berani menyakiti Angga lagi. Jika sampai itu terjadi kalian akan berhadapan dengan ku, Asta.."

Setelah mengatakan itu Asta berlalu keluar dari mansion..

Semua mematung mendengar ucapan Asta

"Asta?"

"Alter Ego" Hendrix menjawab pertanyaan Zaziel namun tatapan nya masih menatap punggung putra bungsu nya, yang kini sudah berubah..

Adelio memandang penuh Arti tubuh Anggasta yang perlahan menghilang dari balik pintu..

"Doni bawa Zavier Kerumah sakit.."
.

.

.

.

'Ahh Asta gue bahkan belum balas mereka...'

Asta tak menjawab, dia masih menetralkan emosi nya dengan matanya fokus menatap jalanan

Ya saat ini Asta sedang mengendarai motor sport yang dia temukan di garasi mansion keluarga nya itu

'Asta..?'

'hmm'

'Asta marah?'

Asta menghela nafasnya

'sakit?'  bukan nya menjawab Asta malah balik bertanya

'mmm Lumayan, tapi gapapa kok..oh iya jangan lupa di obati kepala ini Asta, nanti kalo darah nya abis gimana?'

Asta tersenyum tipis mendengar penuturan polos adik kembarnya itu

'hmm tidak akan habis'

'oke deh, Asta klo udah nyampe kita ke kantin ya, gue masih laper'

Asta tak menghiraukan permintaan Angga, dia Kembali fokus mengendarai motor hitam itu

Hingga beberapa menit kemudian Asta sudah sampai di sekolah elit tempat Anggasta bersekolah

ANGGASTA  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang