•Bab°°31

14.3K 1.7K 137
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

"Papa mama pulang.."

"Papa, mama" Asta memeluk Papa Mama nya bergantian.

Haris dan Nadia baru pulang dari luar negeri, tidak sampai sehari sih mereka pergi. Tapi anak-anak mereka sudah merindukan mereka.

Haris dan Nadia mengecup pucuk kepala Asta sayang

"Gimana gak ada Papa sama Mama?"

Asta melepas pelukannya pada Nadia

"Mm biasa aja sih" jawab Asta singkat membuat haris dan Nadia melunturkan senyum mereka

"Hehe becanda, gak ada kalian sepi disini" cengir Asta membuat haris dan Nadia mencubit pipi Asta gemas

"Angga mana?" Tanya Nadia setelah sadar putra bungsu nya tidak ada

"Angga belum bangun tidur siang" jawab Liam dari arah dapur dengan membawa cemilan

"Tumben.." gumam Nadia

"Asta samperin Angga ke atas dulu ya , takutnya ada apa-apa"

Asta hendak naik ke lantai atas, tapi lift terbuka menghentikan nya

"Angga..mau kemana?" Heran Asta melihat Angga yang sudah siap dengan setelan keren nya

Angga berlalu melewati Asta dan menghampiri kedua orang tua nya

"Papa mama..angga pamit keluar dulu ya"

Mereka semua menautkan alisnya, pamit kemana?

"Mau kemana Angga?" Tanya Asta setelah menghampiri angga

Angga tersenyum manis menatap Asta

"Gue mau ketemu temen dulu"

Asta mengerutkan keningnya

"Temen? Yang mana, setau ku Angga tidak punya teman kan?"

Angga terkekeh pelan

"Temen baru kenal di internet dan sekarang gue mau ketemu dia, klo gitu gue pamit ya"

Angga hendak pergi tapi tangan di cekal Asta

"Aku ikut" Angga melepas cekalan itu kemudian menggeleng

"Nggak Asta, gue pengen sendiri. Biarin gue sendiri dulu sama dunia gue kali ini ya, nanti Asta boleh ikut"

"Aku tetap ikut, aku ingin menjagamu"

Angga tersenyum menatap Asta

"Asta..hidup Lo nggk semuanya tentang jagain gue, Lo bisa nikmatin hidup Lo mulai sekarang. Begitupun gue, jadi Asta lebih baik Lo disini habisin waktu Lo sama Papa, mama dan Abang. Gue berangkat dulu"

Angga meninggalkan Asta yang terdiam mendengar ucapannya..

'kenapa matanya sembab?'

.

.

.

.

"Hah..." Angga menghela nafas untuk kesekian kalinya

Kini dia ada di sebuah taman, duduk sendirian tanpa teman seperti yang diucapkan pada keluarga nya

"Semoga sedikit waktu yang gue kasih bisa bikin Lo bahagia Asta.."

"Setelah ini mungkin klo gue gak sembuh, Lo bakal milikin semua kasih sayang mereka selamanya" Angga tersenyum menatap langit senja di taman itu

Memang tujuan Angga keluar hanya untuk memberikan Asta ruang, menghabiskan waktu bersama keluarganya tanpa kehadiran nya..

"Maaf ya Asta, gue udah sia-sia in waktu remaja Lo. hidup Lo selalu berpusat ke gue selama ini. Gue sadar diri, gue cuma jadi beban Lo doang.."
Air mata mengalir tanpa seijin nya

Dia meremat dadanya yang sesak

"Angga, Angga..kenapa sih Lo lemah banget. Kenapa Lo selalu nyusahin Asta, Asta itu kakak kembar Lo, bukan bodyguard yang harus selalu stay di sisi Lo.." Angga terkekeh miris

"Akh..shh" dia semakin meremat dadanya ketika sakit melandanya

Hembusan nafas Angga semakin berat, lama-lama tangisan tanpa suara itu menjadi isakan

"Paru-paru sialan, gara-gara Lo gue makin nyusahin Asta. Gara-gara Lo Asta makin gak bisa nikmatin hidupnya hiks.."

"eh nggk bukan gara-gara Lo, tapi gara-gara gue, iya haha hiks.."

"maaf Asta hiks..makasih juga udah selalu jaga gue hiks, gue emang adik yang gak berguna. Gue cuma bisa nyusahin Lo hiks " Angga memukul dadanya yang semakin sesak

Saat ini Angga terlihat menyedihkan, Dan itu menjadikan nya pusat perhatian. Mereka merasa kasihan melihat Angga.

Angga mencari inhaler di sakunya lalu meraup isi inhaler itu dengan rakus

'angga stop nyusahin keluarga Lo..' batin nya sambil terus menghirup inhaler itu sampe beberapa menit nafasnya sedikit normal

Angga menghela nafas nya lelah, dia menjatuhkan kepalanya di kepala kursi dan memejamkan matanya

Ucapan Asta tadi siang begitu mengguncang mental Angga, Angga tau Asta hanya menceritakan mimpinya.

Tapi karena itu Angga jadi memikirkan semua hal yang sudah Asta lakukan untuk dia.

Angga merasa Asta memang belum bahagia selama ini, bahagia Asta selalu terhalang oleh kehadiran Angga. Itu yang dia pikirkan..

Angga kembali terisak, kali ini isakan nya terdengar sangat pilu. Perasaan bersalahnya pada Asta begitu membelenggunya, dia tidak ingin seperti ini..

"Hei.." suara itu menghentikan tangis Angga, Angga membuka matanya dan menatap orang yang menyapanya

Orang itu tersenyum dan duduk di samping Angga

Angga menegakkan badannya, dan menatap orang di depan nya itu waspada

"Siapa Lo?"

Orang itu terus tersenyum kemudian menyodorkan air minum kepada Angga

"Minum dulu, Lo kayanya lagi sedih ya"

Angga masih diam menatap orang itu

"Gue bukan orang jahat kok, nih supaya sesak di hati Lo berkurang"

Akhirnya Angga menerima air minum itu, dia meminum nya lalu menyerahkan nya lagi pada orang itu

"Thanks.."

Orang itu mengangguk kemudian tersenyum miring melihat Angga yang mulai merasakan kantuk

"Uh gue ngantuk banget.."

Hap

Orang itu menangkap Angga yang hendak ambruk ke lantai..

"Hei dia kenapa?"

"Ah adik saya pingsan, jadi saya mau bawa dia kerumah sakit sekarang"

Setelah itu,dia membawa Angga keluar dari taman..

'gue mendapatkan kelemahan Lo Asta..'

.

.

.





~~~~~~~~~~~~~~~~~
To be continued ~

Typo Tandai ~

Thankyouuuuuuuu 💕

19Mei2023

ANGGASTA  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang