•Bab°°18

24.8K 2.8K 59
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

'Angga maaf..'

Angga tidak bisa merespon bahkan mendengar ucapan Asta, Angga di suntik obat penenang setelah tadi muntah darah dan tak berhenti menangis.

Kini sudah tengah malam dan Angga tidur di kamar nya di temani semua anggota keluarga nya, mereka bahkan tak mengalihkan sedikitpun pandangan nya dari wajah tenang tapi sedikit pucat itu..

Mereka mengingat perkataan dokter Beni tadi, Angga mengalami masalah di saluran pencernaan nya. Itulah sebabnya dia muntah darah ..

"Mulai sekarang jaga asupannya" ucapan Sanders memecah keheningan

Mereka mengangguk mengerti

"Baiklah mari tidur.."

"Alarik temani Angga disini kek"

Sanders mengangguk dan keluar dari sana diikuti orang tua Alarik

Alarik membaringkan tubuhnya di samping tubuh Angga

"Maaf ya...Abang tidak marah, Abang hanya takut Angga terluka.."

Setelah itu Alarik tertidur dengan tangan yang masih berada di rambut Angga..

.

.

.

"Eungh..hiks Asta.."

'Angga hei aku disini..'

'Asta jangan marah hiks Angga lupa..'

'aku sudah tidak marah, maaf ya Angga..'

'Angga yang minta maaf udah nakal..'

'tidak papa, tapi jangan di ulangi nanti'

Angga mengangguk samar, lalu tatapannya bertemu dengan mata sembab Alarik

"Abang kenapa?" Tanya Angga pelan

"Jangan sakit lagi, Abang sedih.." ucap alarik menghapus airmata di sudut mata Angga..

Angga tersenyum lalu mengangguk, tapi senyumnya luntur saat rasa mual menyerang nya

Alarik yang mengerti langsung menengadahkan tangan nya

"Muntahkan kesini dek.."

Angga menggeleng dengan kedua tangan menutup mulutnya

"Tidak papa ayo, jangan di tahan.."

Dan Angga kembali memuntahkan darah membuat Alarik panik, dia berteriak memanggil dokter yang sudah standby dari semalam

Dokter Beni segera memeriksa Angga dan kembali memberi nya obat pereda infeksi..

"Tidak papa anak pintar sebentar lagi pasti sembuh" ucap dokter Beni menenangkan Angga yang sudah berkaca-kaca hendak menangis kembali

"Sekarang makan ya sayang.."

Angga menatap makanan yang di pegang Sista, bubur.

Dia tersenyum manis, itu makanan kesukaan nya. Melihat itu Sista segera menyuapi Angga secara perlahan..

Bubur itu sudah habis walaupun membutuhkan waktu yang lama. Tiba-tiba Angga mengingat sesuatu

"Mommy Angga pengen roti selai" ucap Angga membuat mereka menatap nya tak percaya, apa bubur satu mangkok tidak cukup untuk Angga?

Tapi tak ayal mereka menuruti Angga, mungkin Angga ini tipe yang makan banyak saat sakit:)

"Apa tidak papa?" Alarik bertanya pada beni

ANGGASTA  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang