•Bab°°29

16.5K 1.9K 30
                                    

~Happy Reading~
.

.

.

cukup lama si kembar asik sendiri, menghiraukan Devon dan Zidan yang memperhatikan mereka sedari tadi..

"Hai..kalian udah akrab belum?" Suara Liam membuat mereka menoleh

"Belum, mereka cuma asik berdua aja sedari tadi" jawab Zidan mengadu pada Liam

"Ye biarin dong, kita kan kembar ya wajar lah klo se frekuensi." Sewot Angga membuat liam gemas lalu mencubit pipi adiknya itu

"Sudah jangan bertengkar. Asta, Angga kenalkan ini adik Devon dan Zidan"

Liam menunjuk anak remaja seumuran Asta dan Angga, lagi-lagi si kembar membeku

Mereka saling tatap kemudian menghela nafasnya

'Author nih klo buat cerita selalu sambung-menyambung huh'

*biarin dong Angga protes mulu(•'~'•)

"Abang tau kalian kaget, Abang juga. Tapi kita akan ngerti saat tau dia siapa" bisik Liam tepat di tengah-tengah telinga si kembar

Mereka kemudian menatap orang itu lagi

"Anggasta kan?" Tanya Angga yang mendapat tatapan heran orang itu

"Kamu tau?"

Angga dan Asta mengangguk

"Oh pasti kalian udah baca novel aku dan masuk kedalam nya ya?" Tanya Anggasta enteng membuat Angga dan Asta menatapnya tak percaya

"Kamu yang menulis novel itu?" Tanya Asta dan di angguki Anggasta

"Maaf ya jika kalian masuk kedalam nya, aku juga pernah masuk kesana. Lalu aku membuat series kedua dan menuliskan petunjuk agar orang-orang yang masuk ke novel ku bisa keluar" jelas Anggasta panjang

"Apa itu kisah kamu juga?" Tanya Asta lagi, karena dia penasaran kenapa tokoh Devon dan Zidan juga ada didunia nyata

"Hmm itu kisah aku, series kedua juga kisah ku. Bang Dev dan bang Zidan selamat di series kedua itu kenyataan juga.." jawab Anggasta tersenyum manis

Devon dan Zidan mengelus rambut adik Angkat mereka sayang.

"Tapi di akhir bukan nya Lo meninggal ya?" Tanya Angga yang di hadiahi tatapan tajam Devon dan Zidan

"Jangan memandang adikku seperti itu, dia hanya bertanya" Asta balas menatap mereka tajam

Anggasta tersenyum dan mengangguk

"Iya hehe sebenarnya aku memang sudah tidak punya tujuan hidup, makanya aku buat karakter ku mati disana"

"Tapi sekarang ada kami, jadi Anggasta sudah punya tujuan hidup" Anggasta mengangguk semangat menatap Devon dan Zidan

Angga, Asta dan Liam hanya diam saja memperhatikan mereka

Mereka masih mencerna semua ini.

Dor

Dor

"Uh..hah.."

Suara tembakan itu mengagetkan semua orang terkhusus Angga yang sedang melamun, semua tamu undangan berhamburan keluar

Keadaan sangat kacau, Liam membantu orang tuanya melawan musuh yang tiba-tiba menyerang tempat acara

Sedangkan Asta sedang membantu Angga menormalkan nafasnya

Devon, Zidan dan Anggasta memperhatikan Asta dan Angga yang sudah menangis, mereka bingung harus melakukan apa

Asta menangis melihat nafas Angga yang tidak kunjung normal, sedangkan Angga menangis karena merasakan sakit di dadanya

Angga menjauhkan inhaler dari mulutnya karena merasa percuma

"Enggak Angga ayo hirup lagi hiks"

Angga menggeleng lemah, dia sudah lelah dan ingin tidur

"Hiks Angga jangan tidur dulu"

"Hah As-ta..ngan-tuk" Nafas Angga semakin berat dan mata itu semakin akan tertutup

"ANGGA" Asta berteriak membuat Liam segera menghampiri mereka

Lalu dia menggendong Angga menuju rumah sakit diikuti Asta di belakang nya.
.

.

.

"Hiks Abang Asta takut.."

Liam hanya bisa menenangkan Asta sebisanya, dia juga takut. keadaan Angga saat dibawa kesini benar-benar mengkhawatirkan

Kini mereka sedang menunggu di depan ruang UGD

"Liam, Asta"

Liam menengok, ah orang tuanya sudah datang

"Bagaimana keadaan Angga" Liam menggeleng pertanda tidak tahu

Tak lama muncul dokter dari ruang UGD

Asta langsung bangkit dari gendongan Liam dan menghampiri dokter itu

"Bagaimana keadaannya?"

Dokter tersebut menghela nafasnya

"Beruntung pasien cepat di bawa kesini, sehingga kita masih bisa memberinya tindakan. Sekarang pasien sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat"

Penjelasan dokter membuat mereka lega, setelah itu Angga di pindahkan ke ruang rawat VVIP

Tapi sebelum itu..

"Tuan, nyonya ada yang mau saya bicarakan.."
.

.

.

"Haha Asta matanya bengkak" ledek Angga membuat Asta memandangnya jengah

Sedari sadar Angga hanya meledek Mata bengkak Asta, tak taukah dia jika itu karena Asta terlalu banyak menangisinya tadi.

Asta menjauh dari Angga dan memeluk Liam erat, dia mengadukan Angga pada Liam

Angga terkekeh melihat itu.

dia membaringkan lagi tubuhnya, memandang langit-langit rumah sakit dengan tatapan kosong

'Tuhan.. Angga boleh gak minta kesembuhan. Angga gak pengen mereka nangis karena Angga lagi..'

Grep

"Jangan menangis ada Abang disini"

Angga mengangguk mendengar ucapan Asta yang ada di pelukan nya,
Kemudian Angga menghapus air mata nya kasar

Dia mengusap rambut Asta lembut dan tersenyum ketika Asta menatap nya

"Asta naik kesini, temenin Angga tidur disini ya"

Asta mengangguk, kemudian dia naik ke brankar rumah sakit yang luas itu

"Asta mau Angga puk-puk gak?" Tanya Angga yang di balas anggukan oleh Asta

"Angga mau Asta puk-puk juga ?"

Angga mengangguk antusias

Jadilah mereka saling menepuk pelan lengan mereka, dan tak lama mereka tertidur

Liam mendekat kearah dua adik kembarnya itu, dia tersenyum dengan air mata di pipinya. Lalu mengusap nya kasar

Cup

Cup

"Mimpi indah kesayangannya Abang.."

Ceklek

"Papa, mama bagaimana?"

Haris dan Nadia tersenyum

"Kita sudah mendapatkan donor yang cocok...."

.

.

.



Halo~
Udah setahun kan?
~~~~~~~~~~~~~~~~
To be continued ~

Typo Tandai ~

Thankyouuuuuuuu 💕

18Mei2023

ANGGASTA  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang