Monoton, satu kata yang menggambarkan bagaimana keseharian Farida atau kerap disapa Ida selama hampir dua tahun terakhir, menjadi korban PHK karena dampak pandemi tak pernah jadi keinginannya, apalagi di usianya yang sebentar lagi menginjak 35 tahun
'Sempurna sudah hidupku, tampa pekerjaan, tampa pasangan' batinnya sarkas, sejak tadi yang dilakukannya hanya rebahan sambil main ponsel.
" Sudah jam 12, kamu masih rebahan saja, sana jemput Faiz" ibunya mengingatkan setelah melihat ke arah jam di dinding.
Setengah ikhlas, Ida beranjak dari sofa menggulung asal rambut sebahunya kemudian mengambil kunci motor mio sporty, salah satu aset yang berhasil dia beli selama bekerja.
🍀🍀🍀
Suasana hiruk pikuk para murid SD menyambut Ida saat tiba di sekolahan Faiz, keponakannya yang baru kelas 3 SD, parkiran sudah lumayan padat oleh motor para penjemput. Seperti biasa Ida menunggu di bangku yang ada di bawah pohon mangga, lumayan rindang dan sepi.
"Tante!"
Perhatiannya teralihkan dari layar ponsel menuju asal suara, Faiz berdiri di samping motor dengan wajah lelahnya.
"Kok lama keluarnya" Ida berjalan mendekat kemudian mengatur posisi motornya agar mudah keluar dari parkiran.
"Ada teman yang menulisnya lama, jadi tunggu dia selesai dulu." Faiz kemudian duduk di boncengan. Tak lama motor melaju meninggalkan gerbang sekolah.
Antar jemput keponakannya adalah salah satu rutinitas monotonnya, selain rebahan sambil main ponsel tentunya. Ibu Faiz yang merupakan adiknya, bekerja untuk membantu suaminya mencukupi ekonomi, bahkan mereka masih numpang dan tinggal di rumah yang sama.
Bercengkrema dengan tetangga tak pernah jadi pilihan Ida, jiwa introvertnya makin akut, sehingga lebih suka berdiam diri di kamar.
Kedua orang tuanya tak pernah mempermasalahkan aktivitasnya itu, mereka maklum, karena selama bekerja dulu, putri mereka itu jarang menikmati waktu senggangnya.
Ida patut bersyukur orang tuanya tidak pernah terlalu ikut campur dalam kehidupan pribadinya, meski kadang tampak ada raut cemas di mata mereka karena putri sulungnya yang belum juga menikah.
"Bapak beli gorengan lagi, udah tau sering batuk, nggak ingat umur bukannya jaga kesehatan" omel sang ibu sambil menyajikan lauk untuk makan malam.
"Selagi masih bisa makan kenapa tidak, semua orang juga bakalan mati, nikmati saja selagi masih hidup" seperti biasa bapak merespon dengan cuek sambil mengganti siaran TV.
Perdebatan ringan kedua orang tuanya kadang bikin gemes sendiri segala hal bisa jadi bahan meski hal sepele sekalipun. Kadang Ida setia mendengarkan bahkan memprovokasi biar makin seru kadang juga dia lebih memilih masuk ke kamar seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix My Past (End)
ChickLitFarida merasa gagal, di usianya yang menginjak 35 tahun dirinya malah menjadi seorang pengangguran dan bahkan belum menikah. Dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Hingga suatu hari, di tengah kegundahannya, ia mendapatkan kesempatan untuk ke...