24. Berkeringat bersama

11.7K 1K 16
                                    

Belum sejam Ida berada di kios ukuran 2 x 2 m tapi peluh sudah mulai membasahi tubuhnya, sesekali ia mengusap keringat yang muncul di dahi dan lehernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belum sejam Ida berada di kios ukuran 2 x 2 m tapi peluh sudah mulai membasahi tubuhnya, sesekali ia mengusap keringat yang muncul di dahi dan lehernya. Dinding dan sudut lantai yang awalnya kotor penuh noda kini sudah tampak lebih bersih dari sebelumnya. Sekarang tinggal membersihkan lantai keramik putih yang tampak berkerak.

Kios ini terletak di samping kanan bangunan sekolah SD impres. Ada 3 kios yang berjejer dengan ukuran yang sama, kios yang akan ditempati ibunya berada di deretan pertama, 2 kios lain sudah terisi, menurut informasi dari Nenek Intan yang menempati sebelumnya, 2 kios lainnya menjual cemilan kemasan, mainam alat tulis dan layanan jasa yang biasa ada di tampat fotocopy. Kios itu sekarang dalam keadaan tertutup, tentu sana karena ini hari Minggu.

Ida mulai menyiram lantai menggunakan air sabun, untung saja di dalam kios ini tersedia wasatafel yang terletak di bagian belakang. Setelah semua permukaan lantai basah, dia mulai menyikat noda kerak tersebut dengan menggunakan sikat tangan, tampak melelahkan memang, tapi jangan lupa dia memiliki pengalaman bekerja sebagai cleaning service selama 15 tahun, jadi hal tersebut sama sekali bukanlah masalah.

Ibunya kebagian tugas untuk membersihkan lantai bagian depan dan mengelap meja dan kursi yang memang tersedia di kios. Ayahnya meski hari Minggu tetap bekerja, sementara kedua adiknya tetap di rumah untuk beberes.

Saat sedang fokus menyikat lantai tiba tiba ada sepasang sepatu cancas hitam yang menghalangi laju sikatnya. Ida mendongak untuk melihat siapa pemilik sepatu itu, karena seingatnya sang Ibu hanya memakai sendal jepit.

"Kau.! Kenapa kamu bisa ada disini.? Hardik Ida setengah berteriak saat melihat Fadil berdiri dengan gagah dihadapannya, gadis itu sontak berdiri dan mengambil jarak sejauh mungkin dari pemuda yang kini melihatnya dengan tatapan heran.

"Adik ipar yang memberitahuku, lalu kau sendiri kenapa malah mundur begitu."

'Adik ipar katanya.?'

Ida menghembuskan nafas kasar saat mengerti maksud Fadil, mereka belum 24 jam jadian dan Fadil sudah menganggap adik-adiknya sebagai ipar. Amazing bukan.

"Manjauhlah! jaga jarak aku keringatan dan belum mandi."

Apa yang dikatakan Ida memang benar, ia sengaja tidak mandi karena tahu akan kotor-kotoran, percuma pikirnya nanti saja kalau sudah selesai. Makanya dengan cueknya pagi tadi dia berangkat bersama ibunya hanya mengenakan baju kaos kebesaran dan celana legging selutut yang semuanya berwarna hitam dengan rambut dicepol asal.

Fadil terkekeh. "Memang kamu pikir aku mau ngapain, peluk dan cium kamu.?" Ia sengaja mengatakan itu untuk menggoda gadis yang masih merapatkan tubuhnya di dinding kios dengan wajah penuh antisipasi.

Fix My Past (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang