14. Perasaan yang sebenarnya

12.2K 1K 17
                                    

🍀🍀🍀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍀🍀🍀

"Kak Yudha ikut aku sekarang atau aku akan lompat ke jalan." Ancam Ayu setelah sejak tadi hanya diam dan menangis, kini raut wajahnya berubah panik dan takut.

"Bagaimana dengan laki-laki ini."

"Tolong jangan bikin malu nanti aku jelasain semuanya" sambil menarik kuat tangan kakaknya menuju sepeda motor yang terparkir di pinggir jalan tidak jauh dari mereka.

"Ini belum selesai Aku akan buat perhitungan sama kamu.!" Ancam pria berperawakan kurus itu, kumisnya yang cukup tebal membuatnya terlihat cukup sangar, ditambah dengan matanya yang melotot menatap Fadil.

Mereka berdua dengan cepat menghilang dari tempat itu karenakan pria bernama Yudha itu memacu sepeda motornya cukup kencang, bahkan Ayu tidak berani menoleh ke belakang mungkin dia takut atau malu.

"Apa kau terluka" tanya Ida yang seakan reflek mulai memeriksa di sekitar kerah baju Fadil yang tampak kusut.

Fadil menggeleng sedikit terkesiap karena tangan Ida sedikit menyentuh kulit dadanya "aku baik-baik saja." Berusaha menetralkan nafasnya yang tampa sadar tadi sempat tertahan.

"Kamu sendiri, bagaimana bisa ada di sini.?

"Aku melihat kalian dari seberang jalan" sambil menunjuk ke tempatnya tadi menunggu angkot.

"Sebenarnya apa yang terjadi kenapa pria itu terlihat marah padamu.?"

"Aku juga tidak mengerti tiba-tiba saja dia datang dan marah-marah tidak jelas menyuruhku bertanggung jawab."

"Tanggung jawab ? memang kau punya hubungan apa dengan Ayu.?" Ida tetap berusaha mencari tahu kejadian dari versi Fadil meski sebenarnya ia telah punya kesimpulan sendiri.

"Tidak ada kami hanya berteman dan kebetulan sama-sama menunggu angkot di sini." Fadil menyugar rambutnya, kejadian tadi tampaknya cukup membuatnya kesal. Tidak sekali dia menghembuskan nafas untuk menenangkan dirinya.

"Mungkin cuma salah paham."

"Ya kurasa juga begitu tapi aku heran kenapa Ayu tadi tidak mau menjelaskan kepada kakaknya. Bagaimana kalau tadi akhirnya kami sampai berkelahi. Untung aku tidak terpancing emosi dan masih bisa menahan diri."

Ida terkekeh ternyata Fadil tidak sungkan beradu otot seperti pria kebanyakan. "Ternyata kau juga punya sisi seperti ini." Gumannya pelan hampir tak terdengar. Namun ketika melihat tatapan bingung dari pemuda di depannya Ida segera menormalkan ekspesinya.

"Kau mengatakan sesuatu.?"

"Tidak, maksudku kau bisa menanyainya lansung nanti.'

Fadil mengangguk kemudian hening beberapa detik.

"Bagaimana kalau aku antar pulang" Tawar Fadil saat melihat gadis yang masih menenteng box itu memandang ke sebarang jalan, seolah ingin segera beranjak meninggalkannya.

Fix My Past (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang