🍀
🍀
🍀Fadil menepati janjinya untuk membantu Ida belajar selama di Sekolah. Saat pelajaran tambahan mereka fokus pada materi dan soal yang diberikan tampa ada adegan lirik-lirikan apalagi kontak fisik. Mereka sadar Sekolah adalah tempat menimba ilmu dan tugas utama sebagai pelajar adalah belajar.
Bahkan saat pulang-pun mereka tidak jalan bersama karena Nita lansung mengapit tangan Ida meninggalkan kelas. Gadis itu hanya sempat pamit melalui gerakan bibir yang dibalas senyum maklum oleh Fadil.
"Menurutku Fadil terlalu tebar pesona, jadi banyak cewek-cewek yang naksir sama dia." Celetuk Nita membuka suara saat mereka sedang berjalan menuju tempat menunggu kendaraan umum.
"Memang kenapa kalau banyak yang naksir? Menurutku wajar, dia ganteng, baik, pintar." Timpal Ida sesantai mungkin.
"Kasihan pacarnya, bisa makan hati terus, liat cowoknya deket-deket sama cewe lain."
"Belum tentu, siapa tau pacarnya bisa mengerti kegiatan Fadil yang mengharuskannya berinteraksi dengan banyak orang termasuk lawan jenis." Ida mencoba membantah opini Nita.
"Kau sepertinya yakin sekali." Balas Nita memicingkan mata curiga.
"Kalau kau bisa sembarangan menuduh lalu kenapa aku tidak bisa bebas membela." Ida memeletkan lidahnya mengolok-ngolok Nita yang sudah beralih dari tatapan curiga ke mode kesal.
"Dasar tukang debat, sudahlah malas bicara denganmu, omonganku selalu ditangkis." Bibir Nita sudah manyun 5 centi membuat Ida tergelak.
"Sudah Tuan Putri jangan cemberut lagi,! Lihat mobil kita sudah datang." Ida lantas menarik tangan kita untuk naik ke dalam angkot yang lumayan sepi pemumpang membuat mereka bebas memilih tempat duduk.
🍀🍀🍀
"Bagaimana hari pertama jualannya Bu.?" Tanya Ida antusias begitu mendapati ibunya di dapur sedang memasak untuk makan malam, dia bahkan belum melepas kaos kakinya.
"Alhamdulillah lumayan banyak yang beli, bukan cuma anak-anak tapi juga Ibu-ibu yang nungguin anaknya, guru-gurumu juga, kata mereka jajanannya unik dan enak." Jawab Ibu sumringah tak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
"Syukurlah Bu, semoga seterusnya seperti itu, oh ya, salam buat Bapak Ibu guru disana ya Bu, kapan-kapan aku mampir kalau ada libur, kangen juga sama mereka."
"Iya mereka juga nanyain kamu, dulu kan waktu SD badanmu bulat jadi gampang di ingat sama mereka. Eh masih ingat Pak Rauf kan Kepala Sekolahmu yang galak itu, yang dulu pernah pukul betis kamu pakai mistar kayu karena nggak bisa jawab perkalian, dia sudah pensiun dan diganti sama Ibu Suruga, lalu itu Pak Muhammad juga..."
Sang ibu terus bercerita tentang apa yang ditemui dan dialaminya tadi di sekolah, sepertinya harinya berjalan dengan baik, dan Ida senang melihatnya. Ibunya tidak lagi kelelahan karena mengurus cucian dan panik karena ditagih utang seperti di kehidupan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix My Past (End)
ChickLitFarida merasa gagal, di usianya yang menginjak 35 tahun dirinya malah menjadi seorang pengangguran dan bahkan belum menikah. Dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Hingga suatu hari, di tengah kegundahannya, ia mendapatkan kesempatan untuk ke...