Sudah hampir fajar, namun kesadaran Ida masih tetap utuh, matanya tak lagi mampu terpejam, apa yang ditawarkan peri semanggi berkeliaran di pikirannya.
"Kembali ke masa lalu..?" Ujarnya pelan
Kilasan kehidupannya seolah tergambar di hadapannya, mulai dari masa sekolah yang dapat di ingatnya hingga dirinya berakhir kembali jadi beban keluarga.
Memang banyak penyesalan di sana..
Banyak kata 'andai saja..'
Seharusnya...
Apakah jika dia kembali ke masa lalu semua penyesalan itu bisa diperbaiki.?
Jika bisa, mulai dari mana.?
Ida menghembuskan nafasnya, belum bisa memutuskan. Dia pun beranjak dari kasur dan bergegas turun untuk membersihkan diri, mungkin setelah mengguyur kepalanya, dia bisa berpikir lebih jernih
Sampai dibawah sudah terlihat ibu yang baru selesai mandi, ada juga bapak yang baru selesai shalat subuh, rutinitas yang memang biasa mereka lakukan menjelang matahari terbit.
"Tumben mandi subuh" tegur ibu saat melihat Ida melangkah masuk ke kamar mandi dengan membawa handuk.
"Kepalaku gatal bu, pengen keramas" jawabnya sebelum menutup pintu.
Keduanya orang tuanya saling menatap, merasa agak heran, biasanya saking magernya, Ida hanya akan mandi saat sore, dengan alasan percuma mandi pagi kalau nanti siang bakal keringatan lagi.
Sejak putri sulungnya itu berstatus pengangguran, mereka banyak memaklumi tingkah random-nya, yang gampang berubah mood dan kadang lebih banyak diam, mereka pun tak pernah mendesaknya untuk segera cari kerja lagi.
Selama hampir 15 tahun Ida bekerja, orang tuanya lah yang lebih sering jadi saksi bagaimana tekunnya dia, berangkat subuh bahkan tak jarang dulu pulang lewat tengah malam. Berpindah-pindah lokasi kerja, syukur kalau jaraknya dekat, pernah juga sampai ke pinggiran kota.
Mereka mengerti jadi cleaning service tidaklah mudah, itu hanyalah bahasa keren dari babu alias pesuruh. Namun selama ida bekerja, perekonomian keluarga cukup terbantu.
Yang jadi kecemasan utama adalah hingga usia 35 tahun, putri mereka itu belum juga menemukan pendamping hidup, dua kali kandas menjalin cinta karena pihak ketiga, mungkin membuatnya trauma.
Sementara usia mereka juga semakin senja, anak mereka yang lain meski belum mapan, paling tidak telah memiliki keluarganya sendiri.
Keluhan memang tak pernah terucap, namun pandangan mata tak bisa menipu, hampir semua orang tua di dunia memiliki keinginan yang sama, anak-anaknya bahagia dengan pasangan hidupnya.
🍀🍀🍀
Ida duduk di teras atas rumahnya memandang ke jalan yang mulai menampakkan kesibukan paginya, ada tetangga yang menyapu halaman, pedagang sarapan yang bergantian lewat, anak-anak dan remaja yang mulai berangkat sekolah, bahkan suara motor bapak yang dipanaskan juga mulai terdengar, yang berarti sebentar lagi beliau akan pergi ke tempat kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix My Past (End)
ChickLitFarida merasa gagal, di usianya yang menginjak 35 tahun dirinya malah menjadi seorang pengangguran dan bahkan belum menikah. Dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Hingga suatu hari, di tengah kegundahannya, ia mendapatkan kesempatan untuk ke...