11. Tarik ulur

13.1K 1.1K 7
                                    

Ida berjalan mengikuti langkah Fadil yang masih menggandeng tangan kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ida berjalan mengikuti langkah Fadil yang masih menggandeng tangan kirinya. Namun saat mendekati ruang UKS dan kondisi sudah agak sepi, gadis itu menghentikan langkahnya yang membuat Fadil juga ikut berhenti dan menoleh ke belakang.

"Gak usah ke UKS, biar nanti kuobati di rumah saja." Ida berusaha menarik tanganya.

"Kelamaan, nanti keburu bengkak" tolak Fadil tak mau melepaskan.

"Tapi sebentar lagi bel masuk" bantah gadis itu.

"Nanti aku antar ke kelas" kembali menarik tangan yang terasa pas di genggamannya agar kembali mengikuti langkahnya.

Ida hanya pasrah, pemuda yang sedang menuntunnya sekarang sepertinya dalam kondisi tidak bisa dibantah.
Tiba di ruang UKS tak ada siapapun disana, Ibu Sukma mungkin masih istirahat.

Fadil yang sepertinya sudah familiar dengan ruangan itu, beranjak ke salah satu lemari dekat meja dan mengambil kotak obat dari sana.

Setelah memastikan Ida duduk nyaman di pinggir tempat tidur, Fadil mengambil salah satu obat berbentuk gel dan mulai mengoleskannya ke permukaan tangan gadis itu. kemudian mengurutnya perlahan, lebih seperti diusap.

Gel itu terasa dingin dan meski Fadil mengusapkannya dengan perlahan, tetap saja terasa sakit. Ida menahan ringisannya dan memilih tak mengeluarkan suara, dia tidak  ingin di anggap manja.

"Maaf aku tau ini sangat sakit, tapi saat ini tidak ada es atau air hangat." Ujar Fadil mencoba menangkan.

"Tidak apa-apa, tidak sesakit itu kok."

"Tatomu bagus, cantik," Fadil tersenyum, tampa sadar mengelus gambar daun berkelopak empat di pergelangan tangan gadis di depannya.

Spontan Ida menarik tangannya dan berusaha menutupi gambar itu.

"Maaf, aku tidak bermaksud.." pemuda itu tidak mampu menyelesaikan ucapannya dan jadi salah tingkah mengira Ida marah karena dirinya telah bersikap kurang ajar.

Ida segera menggelengkan kepalanya." "Bukan, ini bukan tato, Nita tadi yang usil menggambarnya dengan pulpen, belum sempat aku bersihkan." Gadis itu mencoba memberi alasan logis.

Mereka berdua terdiam, Ida kemudian beranjak dari duduknya. "Sebaiknya aku kembali ke kelas."

"Aku antar" Fadil berusaha mencegah

"Tidak usah" Gadis itu menolak dengan cepat, dia tidak ingin ada gosip baru muncul. Lagipula dia tidak tahan terlalu lama dalam situasi canggung dengan mantan ketua OSlS itu.

Ida bergegas berjalan menuju pintu yang memang sejak tadi tidak tertutup. Debaran jantungnya saat ini mengalahkan denyut nyeri di pergelangan tangan kanannya. Segera sosoknya tidak ada lagi di ruangan itu, menyisakan pemuda bersurai legam yang menarik nafas berat seolah baru saja kehilangan oksigen.

🍀🍀🍀

Sudah tiga hari ini tidak ada jajanan telur gulung dan corndog di kantin, banyak yang mengeluh dan merasa kehilangan, namun setelah tau alasannya mereka bisa mengerti.

Fix My Past (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang