"Jangan melamun habiskan jusmu.!" tegur Fadil sambil mencubit gemas pipi Ida.
Sejak menjemputnya tadi, kekasihnya itu tidak terlalu banyak bicara seperti tadi pagi. Saat di toko bukupun mereka jarang berbicara karena fokus membaca sinopsis dan referensi. Barulah kini Fadil punya kesempatan untuk mencari tau isi hati gadis yang kini sedang bersungut kesal menatapnya.
"Aku tidak melamum, aku hanya sedang berpikir bagaimana harus bersikap nanti di depan keluargamu."
Ida akhirnya mengunkapkan isi hatinya. Dia tidak mau sok tenang padahal sedang gelisah. Masalahnya ini pertama kalinya dia diajak untuk bertemu dengan keluarga kekasihnya. Ida takut memberikan kesan buruk dan mengecewakan Fadil.
"Bersikaplah seperti biasa, jadilah dirimu sendiri, tidak perlu melakukan perubahan apapun." Ujar Fadil memberi semangat sambil mengenggam tangan Ida.
"Kau mau tau sejak kapan aku menyukaimu.?"
Ucapan Fadil membuat Ida terhenyak, sebenarnya sudah lama ia ingin menanyakan hal ini karena jika diingat kembali mereka sangat jarang berinteraksi sebelumnya. Jadi tidak ada kesempatan atau moment yang bisa menimbulkan rasa suka, apalagi dari pihak Ida, dia adalalah siswi yang sama sekali tidak terkenal.
"Saat itu kita masih orientasi, mungkin kau tidak mengingatku karena saat itu aku memangkas habis rambutku. Kita sekelas dan aku lupa membawa bolpoin warna pink yang diperintahkan senior, aku sudah pasrah akan dihukum lari keliling lapangan. Namun kau memberiku bolpoinmu dan rela dihukum jalan jongkok. Aku merasa tersentuh dan mulai memperhatikanmu. Kau juga satu-satunya yang mau bicara dengan Nita saat siswa lain enggan mendekatinya hanya karena badannya yang gemuk. Namun karena harus berdaptasi di lingkungan baru dan kegiatan di organisasi aku perlahan melupakanmu. Sampai aku melihatmu lagi pagi itu sedang duduk sendirian di kelasmu sedang fokus membaca buku. Aku mengingatmu lagi." Fadil tersenyum mengakhiri ceritanya.
Ida tidak lansung merespon, tampak sedang berpikir dan berusaha mengingat sesuatu, ditatapnya lekat wajah Fadil. Hingga beberapa saat kemudian dia tertawa meski tidak keras, tapi yang melihatnya pasti akan mengira dia melihat atau mendegar sesuatu yang lucu.
"Jadi itu kau" tanyanya sambil menunjuk ke arah Fadil, dia masih berusaha meredam tawanya.
"Aku sekarang mengingatnya, waktu itu aku mengira kau sedang sakit karena kau botak dan tampak kurus, aku tidak tega jika membiarkanmu lari keliling lapangan, dan untuk masalah Nita kau tau sendiri dia sebenarnya orang yang menyenangkan aku merasa nyambung ngobrol dengannya."
Jelas Ida setelah mampu mengingat masa orientasinya dulu."Apapun alasanmu dulu tidak akan merubah perasaanku saat ini. Begitu juga kau, jangan berubah karena apapun, percayalah pada dirimu sendiri. Jangan mengorbankan karaktermu hanya untuk menyenangkan keluargaku. Kau pasti mengerti maksudku kan.?"
Fadil menatap teduh wajah gadis di depannya, gadis pertama yang menyentuh hatinya, cinta pertamanya. Hanya gadis itu kelak yang dia inginkan menjadi pendampingnya dan dia tidak akan membiarkannya berjuang sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix My Past (End)
ChickLitFarida merasa gagal, di usianya yang menginjak 35 tahun dirinya malah menjadi seorang pengangguran dan bahkan belum menikah. Dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Hingga suatu hari, di tengah kegundahannya, ia mendapatkan kesempatan untuk ke...