🍀🍀🍀
Berusaha bersikap sewajar mungkin, Ida melanjutkan langkahnya menuju pintu toilet wanita.
"Bukan apa-apa kok, permisi" ujarnya sebelum membuka pintu dan masuk kedalam.
Gadis itu sengaja berlama-lama, dia tidak mau bertemu lagi dengan Fadil untuk ketiga kalinya hari ini, sangat tidak aman untuk kesehatan jantung.
Sekitar 10 menit gadis itu baru berani keluar dan akhirnya bisa bernafas dengan lega karena melihat sudah tidak ada siapapun di depan pintu toilet pria.
Namun baru beberapa langkah meninggalkan area toilet, tiba-tiba seseorang menjajari langkahnya.
"Kita bareng aja, aku juga mau ke kelas kamu, ada urusan sama Udin." Ujar orang itu yang ternyata Fadil bahkan sebelum Ida sempat menoleh.
Ida tak mungkin menolak dan menghindar lagi, jadi dia hanya tersenyum dan mengangguk lalu meneruskan langkahnya dalam diam.
"Tanganmu sudah sembuh" suara semi bariton memecah kebisuan di antara mereka.
Gadis itu baru ingat, tempo hari dia lansung pergi begitu saja tampa mengucapkan terima kasih, sekarang malah main kucing-kucingan.
'Aku bener-bener tidak tau diri' sesalnya merutuki dirinya sendiri.
Gadis itu akhirnya memilih bersikap santai, siapa dia berani menilai karakter Fadil, yang jelas pemuda itu selalu bersikap sopan bahkan sudah menolongnya jadi tidak ada alasan untuk bersikap dingin. Soal jantung murahannya akan dia latih agar bisa jadi jantung yang kuat dan jalan beriringan seperti ini bisa jadi latihan pertama.
"Iya sudah, terima kasih kalau kamu gak bantu aku waktu itu, mungkin sembuhnya lebih lama."
"Bukan hal besar kok, aku senang kamu sudah sembuh, soalnya banyak yang kangen sama telur gulung buatanmu."
"Oh ya.? Kamu juga kangen tidak.? Pertanyaan Ida malah membuat pipi putih pemuda itu sedikit memerah, diapun sengaja terbatuk kecil untuk menghalau rasa gugupnya.
"Iya aku kangen" jawaban yang sungguh rancu membuat gadis berbando hitam itu sempat terperanjat.
" ini masih bahas telur gulung kan.?" Batin mereka berdua.
🍀🍀🍀
"Pak makan dulu.!" Ida baru saja menerima kiriman lauk dari tetangga yang sedang hajatan, ibunya masih berada di sana untuk bantu-bantu.
"Iya nanti taruh saja dulu di lemari." Hanya menoleh sebentar lalu melanjutkan kembali pekerjaannya.
"Ya sudah kalau gitu aku ke atas dulu ya Pak, mau bikin PR."
Bapaknya tak menjawab dan masih sibuk mengutak-atik radio rusak yang tadi dibelinya dari tukang loak. Inilah salah satu pekerjaan sampingan bapaknya jual beli barang bekas, jika bisa diperbaiki bisa dapat untung tapi jika tidak hanya akan jadi tumpukan barang bekas di rumah
Ini juga yang sering membuat ibunya ngomel karena makan tempat dan juga merusak pemandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix My Past (End)
ChickLitFarida merasa gagal, di usianya yang menginjak 35 tahun dirinya malah menjadi seorang pengangguran dan bahkan belum menikah. Dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Hingga suatu hari, di tengah kegundahannya, ia mendapatkan kesempatan untuk ke...