"Kamu kesurupan sampai teriak kayak tadi, ibu sampai kaget, untung gak ada tetangga yang datang, nanti dikiranya ada apa-apa di rumah ini, sudah tau rumah kecil dan dempetan, kamu kentut aja bisa kedengaran" omel Ibu lebay sambil tetap meneruskan kegiatannya di dapur.
Ida nyengir sedikit merasa bersalah "tadi aku mimpi Bu, abis jalan-jalan keluar negeri, makanya teriak kayak gitu" jelasnya lalu berjalan ke arah kamar mandi membawa seragam kotornya.
Sambil mencuci, senyum sumringah tak pernah lepas dari bibirnya, dia sudah memastikan sendiri, saat ini adalah tahun 2006, berdasarkan kalender yang tadi dilihatnya, di tahun ini dirinya masih kelas 3 SMA, usianya baru 18 tahun dan enam bulan lagi akan lulus. 'mulai dari sini pun tak apa' pikirnya tetap merasa bersyukur.
Ida bersekolah di salah satu SMA kejuruan di Kotanya, dulu saat mendaftar dia asal pilih saja, karena kebetulan jurusan itu menggratiskan biaya pendaftaran. Di masa lalu gadis itu hanya semata menjalani rutinitas agar dapat ijazah.
Pekerjaan Sosial, itulah jurusan yang diambilnya, cuma satu satunya di kotanya, jurusan ini kurang peminat karena tidak banyak menyediakan lapangan kerja, hanya merujuk pada Dinas sosial seperti Panti jompo, Panti asuhan, Rutan, Lapas, dan lembaga sosial masyarakat lainnya.
Selain mata pelajaran umum, di jurusan ini punya beberapa mata pelajaran lain, seperti study kasus yang mempelajari dan menganalisa kasus-kasus yang sering terjadi di masyarakat, tapi bukan menfokuskan pada kasusnya, melainkan latar belakang di baliknya, contoh alasan dari kenakalan remaja, atau prostitusi, kemudian para siswa secara berkelompok akan membahas kasus itu, lalu menjabarkan penyebab hingga penyelesainnya.
"Tak sabar rasanya menunggu sampai besok' gadis itu tersenyum senang, tidak menyadari bahwa ibunya sejak tadi memperhatikannya.
"Kamu mau nyuci sampai kapan, matahari sudah terik, belum di jemur, belum di seterika, seperti orang stress dari tadi senyum senyum sendiri" tegur ibu mulai menaikkan nada suaranya.
Takut ibunya marah, Ida segera menuntaskan pekerjaannya, lalu lanjut mandi.
"Ibu minta duit dong, mau beli lulur, teriaknya dari dalam kamar mandi setelah mengamati kulit tubuhnya yang kusam.
"Kaos kaki kamu yang bolong saja belum di ganti, sok-sok an minta beli lulur," balas ibu judes.
Gadis chabby itu menghela nafas. 'Ya sudah di gosok pakai sabun saja dulu, kalau rutin pasti nanti juga bersih, pokoknya mulai sekarang aku harus rajin perawatan biar glowing, body juga tinggal dikempesin 5 kg lagi.' Tekadnya penuh semangat.
Hampir sejam waktu yang dihabiskannya untuk mandi, andai adiknya Ira tidak menggedor pintu karena kebelet pipis mungkin dia masih lebih lama di dalam.
Setelah berpakaian dan menyisir rapi rambut panjangnya, Ida bergabung dengan adik-adiknya nonton maraton kartun Doraemon, Ninja Hattori, Sinchan dan Chibi Maruko chan melalui tv tabung bekas yang dibeli ayah mereka setahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix My Past (End)
ChickLitFarida merasa gagal, di usianya yang menginjak 35 tahun dirinya malah menjadi seorang pengangguran dan bahkan belum menikah. Dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Hingga suatu hari, di tengah kegundahannya, ia mendapatkan kesempatan untuk ke...