40. Antara Cinta dan Rasa Takut

9.3K 792 9
                                    

Ida masih terdiam tidak bergeming dari tempatnya bahkan suara nafasnya hampir tak terdengar, pikirannya berkecamuk, antara, rindu, kesal dan takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ida masih terdiam tidak bergeming dari tempatnya bahkan suara nafasnya hampir tak terdengar, pikirannya berkecamuk, antara, rindu, kesal dan takut. Entah sejak kapan genangan bening muncul di bawah kelopak matanya, bersiap untuk tumpah.

"Aku tidak menyangka, kecemburuanmu semenakutkan ini." Fadil makin mengeratkan pelukannya, kepalanya kini tenggelam di ceruk leher tunangannya. Kerinduannya terobati sudah.

Lama tak mendapatkan respon Fadil melepas belitannya dan memutar pelan tubuh Ida agar mengahadapnya. Namun yang didapatinya adakah kepala yang tertunduk.

"Angkat kepalamu, lihat aku, tatap mataku.!" Ujar Fadil lembut namun tegas seraya meraih dagu gadis bergaun selutut di depannya.

"Apa yang kau lihat katakan padaku.?" Tanya Fadil setelah Ida mengankat wajahnya.

Mereka saling menatap dalam diam, seolah dari tatapan itu mereka berbicara menyelami hati satu sama lain

Ida tak bisa lagi membendung air matanya, ia kembali menunduk karena tak ingin Fadil melihatnya, hanya suara isakan yang terdegar dari bibirnya membuat Fadil tak kuasa dan segera meraih tubuh yang tampak bergetar itu ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku." Ujar Ida tergugu membalas pelukan Fadil tak kalah erat.

Fadil tidak mengatakan apapun hanya tepukan lembut yang bisa dia berikan untuk menangkan. Matanya terasa lembab, bahkan hatinya terasa sakit mendengar suara isakan itu. Farida yang dikenalnya adalah wanita yang kuat, bahkan saat nenek meremehkannya ia tak mengeluh sama sekali. Namun kerena kelalainnya Faridanya menumpahkan air mata.

🍀🍀🍀

Sepuluh menit berlalu, mereka masih dalam keadaan yang sama, tak ada lagi suara tangisan hanya sesekali isakan kecil saat Ida memcoba menormalkan nafasnya.

"Apa menurutmu aku kekanak-kanakan.?" Tanya Ida masih menyandarkan kepalanya di dada Fadil.

Saat menatap mata Fadil tadi, dia menyadari telah melakukan kesalahan besar, meragukan cinta tunangannya sendiri. Seolah hubungan mereka selama hampir empat tahun tidak ada artinya hanya karena satu pesan random.

Ketakutan dan traumanya telah mengunci logika dan akal sehatnya membuat Fadil dan dirinya sendiri menderita selama seminggu.

"Kau menggemaskan." Jawab Fadil meraih dagu Ida dan dengan cepat melayangkan satu kecupan tepat di bibirnya membuat mata gadis itu seketika membola "Bibirmu ini hanya boleh diam saat kucium, bukan saat marah padaku." Lanjut Fadil lagi seraya terseyum tipis mendapati ekspresi cengo di depannya.

Ida yang sudah mendapatkan kembali kesadarannya segera mendorong tubuh Fadil menjauh darinya dan dia sendiri mundur beberapa langkah.

"Sebaiknya kau turun, aku akan menyelesaikan pekerjaanku dulu." Ujar Ida seraya berbalik ke arah adonan yang tadi ditinggalkannya.

Bukannya menurut Fadil malah kembali mendekat menarik Ida agar menghadapnya, dengan gerakan seduktif dan tatapan penuh makna dia melepas apron gadis yang kini menatapnya dengan gugup.

Fix My Past (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang