"Apa yang sebenarnya nenek katakan kepadamu kenapa dari tadi kau diam saja." Tanya Fadil sambil menjalankan motornya, sesekali dia menoleh ke belakang berharap Ida segera menjawab pertanyaannya.
Sejak keluar dari kamar tadi, Ida tidak terlalu banyak bicara, sementara nenek langsung mengunci diri di kamar dan meminta semua orang untuk tidak mengganggunya. Fadil pun memilih untuk pulang saja, tidak ada lagi yang harus dilakukan di rumah neneknya.
"Jangan menoleh ke belakang terus fokuslah lihat ke depan,! aku tidak mau kita kenapa-kenapa, nanti saja aku ceritakan setelah sampai di rumah."
Ida sebenarnya lelah hampir seharian waktu mereka habiskan di jalan, belum lagi masalah dengan nenek Mariani yang cukup menguras emosinya. Dia ingin rileks sejenak, dipejamkannya kedua matanya dengan pipi dan kedua tangan yang melekat intim ke punggung dan pinggang ke kekasihnya.
Fadil pun tidak berkata-kata lagi dia tahu kekasihnya pasti lelah, sesekali diusapnya lembut tangan yang melingkar di pinggangnya. Ida tidak tertidur, dia terngiang kembali dengan ucapan nenek Mariani tadi.
'Hanya sesama penyintas waktu yang bisa melihat tanda itu dan juga jodohmu. Seperti hanya kakek Fadil yang bisa melihat tanda di tanganku.'
Ida baru menyadari selama ini hanya Fadil satu-satunya orang yang pernah mengomentari gambar daun Semanggi di tangannya, teman sekolah bahkan keluarga tak ada yang pernah menegurnya.
'Aku ikhlas kalau pemuda di depanku ini benar-benar jodohku karena aku juga sangat mencintainya.' Batinnya yakin
Ida semakin mengeratkan pelukannya yang lansung direspon senyum tipis oleh Fadilah.
🍀🍀🍀
"Sekarang katakan padaku, apa yang kau bicarakan dengan Nenek tadi." Cecar Fadil masih penasaran, bahkan saat mereka baru saja duduk di kursi plastik warung makan yang mereka singgahi untuk istirahat sejenak.
Keduanya hanya memesan minuman ringan karena belum lapar. Ida yang melihat Fadil terus memberikan tatapan menuntut hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Intinya nenekmu sudah menyetujui hubungan kita, aku berhasil meyakinkannya kalau aku mencintaimu dengan tulus itu saja, mengenai apa yang kami bicarakan, sama seperti pertanyaan-pertanyaan standar yang diajukan orang tua lain. Jangan dipikirkan lagi OK.!" Jawab Ida tenang dia berharap Fadil puas dan tidak bertanya lagi.
Fadil menghela nafas dan akhirnya tidak bertanya lagi. Baginya yang penting urusan mereka dengan nenek sudah selesai dan keduanya bisa menjalani hubungan dengan tenang. Selanjutnya mereka tidak lagi membahas yang ada sangkut pautnya dengan nenek Mariani, sebagai gantinya mereka saling bertukar cerita tentang kegiatan seputar kampus dan kursus.
🍀🍀🍀
"Ibu sebenarnya masih kepikiran, saat itu kami tidak sempat menanyakan pendapatmu dan menyetujui begitu saja saat orang tua Fadil ingin kalian bertunangan akhir tahun ini, karena kami pikir kamu pasti tidak keberatan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix My Past (End)
ChickLitFarida merasa gagal, di usianya yang menginjak 35 tahun dirinya malah menjadi seorang pengangguran dan bahkan belum menikah. Dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Hingga suatu hari, di tengah kegundahannya, ia mendapatkan kesempatan untuk ke...