"Kenapa tiba-tiba ngajak nikah.?" Tanya Ida setelah mereka duduk di kursi resto cepat saji yang buka 24 jam dan berlokasi di depan Mall.
"Kurasa sudah saatnya, kita sudah bersama lebih dari 3 tahun, itu waktu yang sudah lebih dari cukup untuk saling mengenal."
Itu memang alasan utamanya, namun selain itu Fadil ingin hasrat jiwa mudanya tersalurkan dengan cara yang halal. Akhir-akhir ini keinginan itu semakin sulit dilawan apalagi tunangannya terlihat semakin matang dan menggemaskan.
"Kau benar, jadi kapan kau akan menyampaikannya ke orang tuaku." Tanya Ida lagi.
Menurutnya memang sudah saatnya mereka menikah. Fadil sudah punya pekerjaan, gajinya juga lumayan. Untuk tempat tinggal mereka bisa tinggal di Ruko, tinggal ditambah 1 lantai lagi ke atas. Penghasilannya dari toko juga cukup untuk mensupport keluarga mereka kelak.
"Secepatnya setelah kau setuju, jadi bagaimana apa kau bersedia menikah denganku? tabunganku sudah cukup untuk mahar dan membuat pesta besar."
"Tentu saja, bukankah itu tujuan kita menjalin hubungan, aku hanya tidak menyangka waktu berlalu begitu cepat, mengenai mahar aku tidak akan mempermasalahkannya, semampumu saja, tapi aku tak ingin pesta bagiku itu melelahkan, cukup undang keluarga dan teman dekat saja dan pakai uang itu untuk membangun Ruko. Nanti setelah menikah kita tinggal disana."
Fadil tersenyum senang mendengar rencana Ida yang sepertinya sudah dipikirkan secara matang, ternyata bukan hanya dirinya saja yang antusias untuk menikah. Fadil-pun makin bertekad untuk segera mewujudkan rencana mereka.
"Ternyata kau sudah memikirkannya dengan matang, andai kau sampaikan lebih awal padaku mungkin saat ini kita sudah punya bayi." Ujar Fadil dengan seringai jahil.
Ida memutar bola matanya malas "Kau pikir semudah itu membuat bayi."
"Tentu saja mudah, kita tinggal.."
"Stop.! Pesan makanan sana! aku juga mau cola yang dingin." Potong Ida cepat sebelum omongan Fadil makin melantur kemana-mana.
Fadil yang tidak diberi kesempatan untuk melanjutkan ucapannya bukannya kesal malah tertawa, namun ia tetap beranjak menuju ke Kasir untuk memesan manakan.
Sambil menunggu Ida melayangkan pandangannya ke sekeliling resto, meski sudah lewat jam 10 malam tapi Resto ini masih ramai, tampak beberapa pasangan sedang menikmati menu ringan sambil berbincang.
Suara notif pesan masuk mengalihkan perhatiannya kembali ke meja di mana terdapat handphone milik Fadil. Tanpa sungkan Ida membuka pesan itu, sedikit heran masih ada yang menghubungi tunangannya di atas jam 10 malam.
Pesan dari kontak bernama Rahayu, Ida mengeryitkan dahinya, dia merasa tidak pernah kenal dengan gadis yang bernama Rahayu. Demi menuntaskan rasa penasarannya Ida pun membuka pesan itu.
'Kak terima kasih atas bimbingannya hari ini, aku merasa sangat terbantu. Besok datang lagi ke rumah ya aku akan buatkan cake special untuk kakak'
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix My Past (End)
ChickLitFarida merasa gagal, di usianya yang menginjak 35 tahun dirinya malah menjadi seorang pengangguran dan bahkan belum menikah. Dia merasa telah menyia-nyiakan masa mudanya. Hingga suatu hari, di tengah kegundahannya, ia mendapatkan kesempatan untuk ke...