Tanah longsor melanda desa Laskar, jam 21.00 malam hari. Tanah longsor mengakibatkan banyak rumah yang roboh, dan banyak warga yang tertimbun pohon dan tanah.
"Desa Laskar, baru tau namanya. Pasti itu desa terpencil" gumam seorang laki-laki yang sedang menonton siaran langsung di tv.
"Arga" panggil wanita paruh baya menghampiri anak bungsunya.
"Iya bun. Loh bunda mau kemana kok udah rapi gini?" Tanya seorang laki-laki yang memiliki nama lengkap, Arga Zevallo Ravendra.
"Bunda mau ketemuan sama temen arisan bunda" jawab bunda Vellyn. Bunda Arga.
"Kamu kan lagi libur kerja, jadi bunda minta tolong buat jagain rumah" ucap bunda Vellyn.
"Arga libur buat istirahat bun, bukan buat jaga rumah"
"Pokoknya selama bunda pergi, kamu harus jagain ini rumah"
"Ck! Iya-iya" Arga mencium punggung tangan bunda, sebelum bunda nya pergi.
"Assalamu'alaikum" ucap bunda berjalan kearah pintu.
"Wa'alaikumsalam" jawab Arga melihat punggung bunda nya yang sudah hilang dibalik pintu.
Handphone di samping Arga bergetar, menandakan ada yang menghubunginya.
"Assalamu'alaikum, ada apa pak?" Sapa Arga kepada pemilik rumah sakit tempat dia berkerja.
"Wa'alaikumsalam. Begini Arga, saya mau mengirim kamu dan empat dokter yang lain, untuk pergi ke desa yang terkena bencana tanah longsor"
"Desa Laskar pak?"
"Iya Arga, kamu bersedia kan?"
"Iya pak saya bersedia untuk pergi kesana"
"Alhamdulillah kalo begitu, nanti jam 10 kamu kerumah sakit ya, biar bisa langsung berangkat ke sana"
"Iya pak. Oh ya kalau boleh tau, lima orang itu siapa-siapa pak?"
" Dokter Arga, dokter Ivan, dokter Sean, dokter Aliya, dan dokter Tasya"
"Oh iya terima kasih pak"
"Iya jangan lupa nanti jam 10. Saya tutup dulu, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam pak"
Setelah sambungan terputus, Arga melempar handphone nya kesembarang arah.
"Baru juga mau menikmati tanggal merah, eh malah disuruh kerja lagi" keluh Arga.
"Eh eh nggak boleh ngeluh Arga, kamu harus bersyukur" lanjutnya dengan menasehati dirinya.
Arga berjalan kelantai dua, tempat kamarnya berada. Ia mulai memilih baju yang akan dibawanya nanti, tidak banyak, hanya empat baju, empat celana panjang, dan jas putih dokternya.
Setelah semuanya selesai, ia menelfon sang bunda dan ayahnya, untuk memberi tau kalau ia akan pergi selama beberapa hari.
Setelah mengabari orang tuanya, ia bergegas mandi dan berangkat ke rumah sakit.
***
Rumah sakit Islam tempat Arga bekerja.
Arga menyeret koper kecilnya, lalu berjalan ke ruangan pak Aditama sang pemilik rumah sakit ini.
"Assalamu'alaikum" ucap Arga mengetuk pintu ruangan didepannya.
"Wa'alaikumsalam, masuk"
Arga masuk keruangan pak Aditama yang disana sudah ada rekan kerjanya yang akan menemaninya pergi nanti.
"Kalian semuanya sudah ada disini, dan pastinya sudah membawa keperluan yang akan digunakan disana kan?"
Lima dokter yang ada disitu mengangguk.
"Saya juga sudah menyiapkan alat-alat medis, dan obat-obatan yang sekiranya nanti dibutuhkan disana" ucap pak Aditama sambil menyerahkan tas yang berukuran sedang.
"Desa Laskar itu desa terpencil dan sangat jauh dari kota ini, jadi kalian bisa berangkat dari sekarang"
"Baik pak, kalau begitu kita pamit dulu, assalamu'alaikum" ucap Arga mewakili teman-temannya.
"Wa'alaikumsalam hati-hati di jalan" kelima dokter itu tersenyum ramah dan mengangguk hingga akhirnya kelima dokter itu masuk kedalam mobil yang sama.
Untuk sampai di desa Laskar, mereka membutuhkan waktu lima jam.
Tepat jam tiga sore mereka sudah sampai di desa Laskar, desa yang tadi malam terkena bencana alam.
Cukup melelahkan memang lima jam duduk di mobil membuat kaki dan punggung mereka pegal-pegal.
Saat ini mereka mengistirahatkan tubuh mereka dulu di posko kesehatan yang sudah disediakan oleh warga setempat.
Kalau dilihat-lihat memang banyak rumah yang roboh, tapi Alhamdulillah nya warga disini selamat tidak ada merenggut nyawa, hanya ada luka-luka saja mungkin habis tertimbun pepohonan atau lainnya.
"Permisi pak dokter dan Bu dokter" ucap pak RT desa Laskar.
"Iya pak, ada apa?" Jawab dokter Sean. Bisa dibilang dokter Sean ini dokter paling tua diantara kelima dokter tadi. Dokter Sean sudah memiliki istri dan satu anak, sedangkan empat dokter tadi masih sendiri. Eh tapi dokter Aliya sudah memiliki tunangan.
"Maaf mengganggu waktunya sebentar, saya kesini mau ngasih teh anget buat para dokter" ucap pak RT meletakkan nampan yang ia bawa tadi.
"Eh malah ngerepotin pak"
"Nggak kok dok, silahkan diminum nggeh"
"Terimakasih ya pak" ucap dokter Sean tersenyum ramah dan dibalas senyuman hangat oleh pak RT.
"Nggih sami-sami" balas pak RT dengan bahasa kramanya, di desa memang bicara sehari-harinya menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Krama.
"Dok ini diminum dulu" ucap dokter Sean menatap satu persatu temannya.
"Eh iya dok" jawab dokter Ivan.
"Siapa yang ngasih ini dok?" Tanya dokter Tasya
"Pak RT" jawab dokter Sean.
Seperti itulah obrolan antara para dokter.
Sebelum ke part selanjutnya jangan lupa vote dan komennya guys⭐⭐⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU GADIS DESA [END]
General FictionYola cellyna Axyra, gadis desa yang hidup sebatang kara. keluarga besarnya enggan untuk menganggap Yola ada, hanya karna Yola miskin. Yola mempunyai kulit sawo matang, tapi bagi orang yang mencintainya Yola bagaikan princess cantik dari sebuah kera...