Kelima dokter itu sudah mulai berpencar, mencari orang yang sedang terluka.
Dua dokter perempuan sedang membantu ibu-ibu, dan anak-anak kecil yang cedera.
Begitupun dengan tiga dokter laki-laki yang sedang sibuk menangani bapak-bapak, ada anak remaja juga si.
"Dokter cantik namanya siapa?" Tanya ibu yang sedang diobati dokter Aliya.
Dokter Aliya menunjuk name tag yang ada di dadanya.
"Aliya bu" jawab dokter Aliya tersenyum ramah.
"Asal dari mana dok?" Tanya ibu itu lagi.
"Jakarta"
"Ini, setiap hari perbannya diganti 3 kali sehari ya Bu. Nanti saya dan teman saya akan mengecek kalian satu- persatu" ucap Aliya menatap bergilir orang-orang yang habis ditanganinya dan ditangani dokter Tasya.
"Iya dok" jawab serempak ibu-ibu.
"Yaudah, kalau begitu kami permisi, nanti kalau butuh sesuatu bisa panggil saya atau dokter yang lain. Assalamu'alaikum" ucap dokter Aliya, dokter Tasya hanya mengikuti kata terakhirnya.
"Wa'alaikumsalam terimakasih dok" dokter Aliya dan dokter Tasya hanya tersenyum dan mengangguk.
Di lingkungan yang sama namun di tempat yang beda.
Ketiga dokter lelaki itu sedang bersanda gurau dengan bapak-bapak setempat.
Bisa dibilang kalau desa ini orangnya ramah-ramah. Dan itu membuat siapa saja akan nyaman tinggal di desa ini. Tapi sayangnya belum ada kabar dari pemerintah yang akan mendonasikan uang buat memperbaiki rumah-rumah yang roboh ini.
Dokter Arga mencuri-curi pandang dengan gadis yang jaraknya lumayan jauh dari tempat Arga duduk.
Memperhatikan gerak-gerik si gadis itu, dari dia lagi berbicara dengan teman sebayanya, senyuman manis dan tertawa yang kalau dilihat begitu bahagia.
Tanpa sadar Arga tersenyum tipis saat ia tak sengaja berkontak mata dengan gadis itu. Walaupun raut wajah gadis itu datar saat melihatnya, tapi entah kenapa Arga senang jika keberadaannya diketahui oleh gadis itu.
"Dok, ada apa? Kenapa senyum-senyum sendiri" dokter Ivan menyenggol keras lengan Arga membuat Arga sedikit terkejut.
"Nggak ada apa-apa" jawab Arga mengalihkan pandangan.
"Hm masa sih, kok aku mencium bau-bau orang sedang jatuh cinta ya. Dokter Sean nyium bau itu nggak sih" dokter Ivan menjepit hidungnya sambil menatap dokter Sean yang ada didepannya.
Dokter Sean hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala.
"Apa sih dok nggak jelas banget" Arga bangkit dari duduknya.
"Cieee lagi jatuh cinta ni yee ceritanya" goda dokter Ivan melihat punggung Arga.
Dengan kesal + malu, Arga membalikkan badannya dan menggeplak lengan temannya itu
"Ivaan diem deh" bodoamat kalau Ivan marah karena ia memanggil namanya tanpa embel-embel dokter. Toh umurnya juga sepantaran jadi tak apa.
"Cieee uhuy uhuyy" dokter Ivan bangkit dan membuntuti Arga.
"Kyu kyu cie uhuyy" ucap dokter Ivan tak jelas sambil menoel-noel pundak Arga.
"Semoga keselek batu ginjal"
"Enggak batu ginjal tapi batu cintahhh. Auu dokter kyu kyu uhuy cie cie cie uhuk uhok" nah kan keselek batu ginjal pas ucapan terakhir.
Arga yang mendengar itu memutarkan badannya, dan menertawakan temannya.
"Hahaha rasain noh batu cinta lo makan" tawa Arga pecah.
Disini Arga dan Ivan cukup dekat karena awal Arga bekerja ia bertemu dengan Ivan yang ternyata juga baru bekerja. Dari situ mereka mulai dekat, bahkan kalau mengobrol kosakata nya seperti anak gaul.
"Hahaha" Ivan ikut tertawa, ia merasa lucu dengan omongannya tadi.
"Assalamu'alaikum dok" sumber suara itu dari belakang Arga.
Arga segera membalikkan badannya dan berdiri sejajar dengan Ivan.
"Wa'alaikumsalam ada apa ya" Arga dan Ivan menatap gadis yang ada didepannya.
"Ini bukannya gadis tadi yang lagi ngobrol sama si itu ya" batin Arga.
"Maaf mengganggu waktunya dok, saya mau minta tolong sama dokter. Bapak saya dari tadi muntah darah terus dok" ucap gadis bergamis merah dan hijab berwarna hitam.
"Dimana bapaknya?"
"Disitu dok" ucap gadis sambil menunjuk tempat bapak dan ibunya berada.
"Saya mau ambil alat dan obat dulu, habis itu saya langsung kesana, tungguin aja"
"Iya dok" gadis itu berjalan kembali ketempat duduknya tadi.
Arga dan Ivan bergegas mengambil alat dan obat yang dibutuhkan lalu membawanya ke tempat gadis tadi.
"Assalamu'alaikum pak Bu" ucap Arga dan Ivan.
"Wa'alaikumsalam dok, dokter tolong periksa suami saya ya"
"Baik Bu" Arga dan Ivan menjalankan aksinya.
Disini ada orang tua dari gadis bergamis merah tadi dan ada teman dari gadis bergamis merah.
"Jangan takut, bapak kamu pasti baik-baik aja kok" suara lembut milik temannya terdengar.
"Semoga aja ya La" ucap gadis bergamis merah. Namanya Dira.
Yang dipanggil La tadi mengangguk dan tersenyum.
Hayo kira-kira yang dipanggil La siapa ya?
Oh ya nanti di part selanjutnya, aku mau manggil kelima dokter itu dengan langsung menyebut namanya, nggak memakai embel-embel dokter lagi. Soalnya kalau makai embel-embel dokter itu kepanjangan.
Dah sekian jangan lupa buat VOMEN, vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU GADIS DESA [END]
Ficción GeneralYola cellyna Axyra, gadis desa yang hidup sebatang kara. keluarga besarnya enggan untuk menganggap Yola ada, hanya karna Yola miskin. Yola mempunyai kulit sawo matang, tapi bagi orang yang mencintainya Yola bagaikan princess cantik dari sebuah kera...