Arga yang mendengar suara halus nan lembut milik si gadis itu ikut menerbitkan senyumannya.
Setelah ia dan Ivan selesai memeriksa bapaknya Dira, dan memberi obat untuk diminum, mereka bergegas kembali ke tempat posko kesehatan yang mungkin disana sudah ada teman-temannya.
Diam-diam Arga menoleh ke belakang hanya untuk sekedar melihat raga si gadis itu.
"Tuh kan lagi kasmaran" ucap Ivan tiba-tiba.
"Enggak, udah ayo jalan" balas Arga merangkul pundak Ivan.
Mereka sudah sampai di posko kesehatan, dan benar saja mereka sudah ada disana tengah makan. Akhirnya Arga dan Ivan ikut makan. Setelah makan mereka mencari tempat kamar mandi di dekat sini, dan Alhamdulilah nya musholla kecil dekat sini ada tempat untuk mandi, tak apa yang penting mereka bisa mandi dan melaksanakan sholat magrib.
Setalah selesai malaksanakan sholat magrib kelima dokter itu berjalan menyusuri jalanan yang banyak batu, rumput liar dan tanah yang basah untuk kembali ke tempat semula.
"Enaknya ngapain ya" ucap Ivan membaringkan tubuhnya dialas karpet.
"Mending kita bantuin bapak-bapak bersihin lingkungan sekitar nggak sih" ujar Sean.
"Udah banyak yang bantuin, ada polisi, tentara" ucap Arga.
"Ya gapapa. Ayo mau nggak" ucap Sean.
"Tapi yang dokter cewek ini mending nggak usah ikut deh, ini pekerjaan laki-laki" ucap Ivan bangkit dari tidurnya.
"Lah yang mau ikut dokter juga siapa" ucap Tasya.
"Mbak kunti" ucap Ivan ngegas.
"Jadi bantuin nggak nih" ucap Arga.
"Jadi ayo" Arga, Ivan dan Sean ikut membantu warga sekitar, mereka tidak menggunakan jas putih dokternya karena nanti pasti megang kotor-kotor.
Kedua dokter perempuan itu menjenguk ibu-ibu warga yang tadi sore mereka tangani.
Cahaya disini masih remang-remang, membuat mereka bergidik ngeri.
"Assalamu'alaikum semuanya" ucap Aliya ramah.
"Wa'alaikumsalam dok, sini-sini ikut nimbrung kita" ucap salah satu ibu warga.
"Masih ada yang sakit nggak bu? Dek? Atau mbak-mbak yang disana?"
"Udah nggak dok"
"Masih nyeri di kaki dok"
Dan banyak lagi jawaban-jawaban dari para kaum hawa itu. Eh ada yang kaum adam tapi masih dibawah umur.
Pandangan Aliya tertuju kepada dua gadis berhijab yang asik mengobrol.
Ia ingin ikut nimbrung dengan dua gadis itu, kalau dilihat-lihat dari wajahnya kayaknya umurnya nggak beda jauh dengan dia.
Akhirnya Aliya menghampiri dua gadis itu.
"Assalamu'alaikum"
"Eh wa'alaikumsalam dok"
"Ada apa ya dok?"
"Nggak ada apa-apa, saya hanya berkenalan dengan kalian" Aliya menyodorkan tangannya ke hadapan dua gadis itu.
"Saya Dira dok" ucapnya tersenyum. Aliya beralih bersalam dengan gadis disamping Dira.
"Yola dok" ucapnya tersenyum.
"Kalau dilihat-lihat umur kalian nggak beda jauh dari saya, kalau boleh tau umur kalian berapa?"
"Kita umurnya 18 thn dok" jawab Dira.
"Tuh kan nggak beda jauh, saya 21 thn"
Seperti itulah percakapan antara dokter Aliya, Yola, dan Dira.
Setelah puas mengobrol Aliya kembali ke tempatnya.
"Dokter Aliya" panggil Arga saat Aliya duduk disamping Tasya.
"Iya, kenapa dokter Arga?"
"Tadi dokter bicara sama siapa?"
"Banyak"
"Yang dua gadis tadi loh"
"Ohh itu" Aliya tersenyum menggoda.
"Ternyata dua gadis itu yang kamu kagumi dok?" Ucap Ivan.
"Serakah banget jadi cowok, masa dua semuanya" sahut Sean.
Arga hanya diam menundukkan kepalanya, ia merasa malu sungguh.
"Tadi itu yang pakai hijab abu namanya Dira kalau yang pakai pakai hijab navy namanya Yola" jelas Aliya.
"Oh" Arga menjawab singkat beda sekali dengan jawaban hatinya.
"Yola, nama yang cantik seperti orangnya" batin Arga.
"Dari pada senyum-senyum nggak jelas gitu mending kita sholat isya' aja" ucap Ivan menyenggol lengan Arga.
"Yok" jawab mereka serempak.
Akhirnya mereka sholat isya' bersama warga-warga sekitar. Warga sekitar sangat ramah jadi membuat kelima dokter itu merasa betah disini.
Sebenarnya desa ini warganya nggak terlalu banyak. Hanya ada -+ 30 rumah dan 2 musholla, yang beberapa rumah roboh karena bencana kemaren malam. Kalau desa sini mau berjalan ke desa sebelah membutuhkan waktu yang lumayan lama, karena disini masih banyak pohon besar-besar yang tumbuh di sekitar.
Setalah sholat isya' Arga tak langsung kembali bersama temannya. Ia duduk sebentar di teras musholla, menikmati udara desa.
Tiba-tiba ada suara seperti orang yang lagi berbicara. Arga menoleh ke sumber suara, dimana disana Yola dan Dira sedang berjalan melewati dirinya.
"Pakaianmu memang tidak indah juga tidak mewah, pakaianmu sederhana dan wajah cantikmu begitu alami tanpa polesan make up. Senyummu candu dan kulit sawo matangmu membuat ku rindu" batin Arga tersenyum sambil menatap punggung Yola yang kian menjauh.
VOMEN⭐⭐⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOHKU GADIS DESA [END]
General FictionYola cellyna Axyra, gadis desa yang hidup sebatang kara. keluarga besarnya enggan untuk menganggap Yola ada, hanya karna Yola miskin. Yola mempunyai kulit sawo matang, tapi bagi orang yang mencintainya Yola bagaikan princess cantik dari sebuah kera...