women's series #2
Amanda, sarjana Manajemen yang lulus dengan predikat cumlaude. Namun, malah luntang-lantung tidak mendapatkan pekerjaan. Sampai suami sepupunya menawarkan pekerjaan di perusahaan temannya, sebagai staff di divisi keuangan.
Awalnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam ulang tahun perusahaan. Para tamu undangan mulai memenuhi ballrom hotel Aksana yang mengusung tema makanan. Banyak sekali dekorasi yang berasal dari junkfood, sayuran, buah-buahan bahkan beberapa karyawan membuat gaun dari makanan.
Namun, itu tidak berlaku untuk Amanda. Gadis itu lebih memilih mengenakan dress simpel berwarna abu-abu. Lengkap dengan heels setinggi 3 centi dan rambut yang digerai bebas. Sebab, dia berencana untuk bertahan di acara ini sampai selesai, tanpa drama sakit kaki atau baju yang kurang nyaman.
Berbeda dengan Kartika yang heboh dengan dress berwarna rose gold, dan heels setinggi 5 centi. Belum lagi rambutnya yang sudah ditata dengan model waterfall french braid alias kepang rambut air terjun.
"Gue penasaran banget sama calon istri Pak Ilham yang bakal di lamar malam ini," bisik Kartika saat mereka sedang menunggu acara di mulai.
"Dari pada mikirin calon istri orang, mending lo fokus ke pacar lo aja. Atau biarin dia ketemu koleganya yang lain. Kasian, tuh, ngang-ngong di sana," tunjuk Amanda ke arah kaki-kaki yang berada di sebelah Kartika. Dia pernah bertemu dengan laki-laki itu, yang merupakan teman Sean, Irham. Dia tidak mengangka jika Kartika malah menjalin hubungan dengan orang yang dia kenal.
"Lah? Dia sendiri yang mau deket-deket gue. Katanya gue terlalu cantik malam ini, takut digoda cowok lain."
Amanda menatap Kartika dengan ekspresi datar. Seandainya bisa muntah, dia akan muntah sekarang karena ucapan sang sahabat membuatnya mual. Meskipun dulu pernah gila-gilanya suka pada seseorang, dia tidak pernah sampai ke tahap budak cinta seperti pasangan ini.
Acara masih belum di mulai, sedangkan Amanda sudah lapar duluan. Dia pun beralih ke meja prasmanan untuk mengambil cemilan yang disediakan. Namun, dia malah bertemu sepupunya yang sama-sama rempong seperti Bundanya, dia adalah Gadis.
"Baru nongol lo, ya," seloroh Ibu satu anak itu ketika Amanda sudah menghampirinya. Meskipun jarak usia mereka hanya berpaut 3 tahun, Amanda tetap santai berbicara dengan Gadis.
"Bukan gitu. Gue sibuk. Apalagi pulang dari Bali, langsung ke Bogor, habis itu ikut ngurus acara ini juga. Gila lo kalo gue tiba-tiba nongol di depan rumah lo dengan keadaan bawah mata hitam," balas Amanda panjang lebar.
Gadis bergidik ngeri. "Mending jangan nongol. Yang ada Seline ketakutan liat tantenya gitu."
"Btw Seline kemana? Nggak lo bawa?"
"Gila lo kalo gue bawa Seline ke sini. Selain berisik, ini juga tempat rame. Yang ada anak gue terkontaminasi. Makanya gue titipin ke Mama, sekalian nge-date sama Pak Suami," jelas Gadis dengan menaik-turunkan alis. Amanda langsung paham maksudnya. Dasar, semua yang berada di sekelilingnya adalah orang-orang bucin.
Setelah melepas rindu sebentar, meskipun lebih ke bertengkar dan saling melemparkan ejekan, Gadis pergi dari sana karena sudah di panggil oleh Sean. Tinggallah Amanda di sana sendirian yang kini sedang memilih minuman.