Bunga Lily Terakhir

3.1K 204 14
                                    

"Kamu beneran mau masuk kerja hari ini? Bukannya kaki kamu masih sakit?" Ayunda mengikuti langkah Amanda kemana pun gadis itu pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu beneran mau masuk kerja hari ini? Bukannya kaki kamu masih sakit?" Ayunda mengikuti langkah Amanda kemana pun gadis itu pergi. Mulai dari ke luar kamar, menuju dapur dan berakhir di depan teras.

"Kaki gue udah mendingan. Lagian gue juga harus ke kantor, biar pelaku itu ngirim bunganya lagi." Tekad Amanda sudah bulat, dia harus segara mencari tahu siapa pelaku dibalik teror yang mengirimkannya bunga.

Ayunda yang mendengar itu, langsung menahannya. Dia takut jika Amanda memancing orang tersebut, maka akan terjadi hal yang buruk. "Intinya jangan gegabah," kata Ayunda mengingatkan.

"Gue nggak gegabah. Tapi kalo gue melempem kayak gini, sampai kapan ini akan terjadi? Seumur hidup? Bisa jadi perawan tua gue karena nggak ada yang deketin." Amanda tidak bisa menahan kemarahan dalam dirinya. Apalagi setelah mendengar fakta semalam dari Ibra.

"Ya udah lebih baik kamu lapor ke polisi aja sekalian. Dari pada kamu bertindak sendiri? Setidaknya kamu mendapatkan perlindungan.

Amanda bangun dari duduknya setelah memakai flatshoes, berdiri di depan Ayunda. "Kalo gitu Ayah Bunda bakal tau. Si pelaku juga bakal makin kesal. Bukannya lo sendiri yang bilang kalo kita harus bertindak diem-diem?"

"Tapi masalahnya si pelaku bukan lagi ngirim-ngirim kamu bunga kayak secret admirer lainnya. Ini kasus peneroran, ancaman dan bisa aja pembunuhan. Kamu ngerti nggak sih?" Ayunda sudah geram saat menjelaskan pada Amanda jika kasus yang dialami gadis itu bukan kasus sepela.

"Gue nggak ngerti masalah begituan. Yang gue mau cari tau adalah gimana caranya kasus ini berakhir." Keputusan Amanda sudah bulat. Dia akan mengakhiri masalah ini dengan segara. Gadis itu pun langsung mengambil tasnya dan berencana pergi ke kantor dengan taksi.

Ayunda ingin mengejarnya, tetapi kedatangan anak Ibu Kos menghentikan langkahnya. Dia membayar uang sewa dengan pandangan mengarah pada punggung yang Amanda yang kian menjauh.

Sementara itu, baru keluar ke jalanan komplek, sebuah mobil berhenti dari arah masuk. Alis Amanda bertautan, mengingat-ingat mobil siapa yang tak asing di matanya ini.

"Pak Refal?" beonya saat kaca mobil di sebelah penumpang di turunkan. Dari situ Amanda dapat melihat Refal yang ada di balik kemudi.

"Cepat naik. Kita udah telat," tegur laki-laki itu karena Amanda masih mematung di luar mobil.

Mau tidak mau gadis itu tetap masuk. Padahal dia masih kesal dengan kejadian malam itu. Amanda pun memilih bungkam setelah duduk di bagian penumpang.

Namun, yang namanya Refal mana mau membuka percakapan. Padahal Amanda butuh alasan mengapa laki-laki itu menjemputnya. Gadis itu pun berperang antara hati dan ego. Hatinya menyuruh gadis itu bertanya, sementara ego mengatakan yang sebaliknya.

"Jadi ... Karena ini Bapak nanyain saya masuk atau, nggak, semalam?" Egonya kalah, gadis itu tetap bertanya.

"Iya. Saya tidak mau kamu kenapa-napa," balas Refal tanpa menoleh ke arahnya. Lelaki itu masih fokus ke jalanan di depan.

Amanda [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang