"Pagi Mbak Amanda."
Gadis yang di sapa itu hanya tersenyum simpul. Mereka pun masuk dalam lift, bergabung dengan staff lain.
Amanda sudah kembali bekerja setelah berdebat panjang dengan Bundanya. Sampai Refal turun tangan dan menyanggupi untuk mengantar-jemput Amanda. Selain itu, dia juga harus tinggal dengan Gadis, sepupunya.
Apalagi Amanda dalam waktu dekat ini harus bolak-balik pengadilan untuk memberikan keterangan. Makanya dia meminta untuk tinggal di Jakarta, terlebih Refal yang akan menjaganya.
"Mbak Amanda gimana keadaannya?"
"Sudah lebih baik."
"Mbak tau, kemarin pas Pak Refal bantu Mbak Amanda itu, keren banget! Saya juga ngeliat CCTV kantor di bagian teknis. Pak Refal gentleman banget ngelawan anak magang itu." Nina bercerita dengan menggebu-gebu. Sementara Amanda merasa bangga karena Refal memang sekeren itu.
Namun pembahasan Nina masih terus berlanjut sampai mereka keluar lift. Gadis yang hari ini berambut blonde itu terus membahas Refal, membuat Amanda kesal.
"Saya makin pengen ngemilikin Pak Refal. Kalo sampai Pak Refal jadi pacar saya, dia pasti bakal ngelindungin—"
"Pak Refal udah punya pacar!" potong Amanda. Hal itu membuat Nina berhenti berjalan.
"Siapa pacarnya?"
Saya! Amanda hanya bisa menjawab gamblang seperti itu dalam hati. Mereka memang sepakat untuk menjalankan hubungan backstreet sampai pernikahan dilangsungkan.
"Ya mana saya tau siapa orangnya. Pokoknya Pak Refal udah punya pacar. Mbak Nina sebaiknya mundur saja," katanya dengan nada memperingati.
Awalnya wajah Nina sudah murung, tetapi tiba-tiba berubah menjadi cerah dalam sekejap. "Nggak apa-apa. Sebelum janur kuning melengkung, masih ada kesempatan buat nikung," balasnya dengan bersemangat. Dia langsung masuk dalam ruangannya tanpa memedulikan Amanda yang sudah naik pitam.
"Enak aja mau nikung. Sebelum itu terjadi, gue kirim lo ke mars." Gadis itu mendumel di depan pintu ruangan divisi pemasaran. Tangannya terkepal dan meninju udara.
Amanda berusaha menetralkan wajahnya kembali. Dia berusaha tidak terpengaruh dengan ucapan Nina. Gadis itu mengambil langkah menuju ruangannya di depan sana. Namun, baru saja masuk, sudah ada dua orang yang menunggunya dengan posisi berkacak pinggang.
"Kali—an ngapain?" tanyanya bingung melihat posisi Kartika dan Hari yang terlihat ingin melahapnya hidup-hidup.
"Bisa-bisanya, ya, lo Man. Nggak cerita kalo selama ini diteror. Lo anggap apa hubungan kita? Cuma sebatas temen sedivisi? Rekan kerja? Atau bahkan saingan?" tuduh Kartika masih dengan posisi yang sama.
Amanda tersenyum paksa, merasa tidak enak. Namun, saat itu dia tidak bisa mempercayai siapapun. Selain itu, mereka juga sedang sibuk mengurus acara anniversary perusahaan sekaligus membuat anggaran baru untuk tahun depan. Gadis itu pun berlari ke arah Kartika dan menarik tangannya agar tidak berkacak pinggang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [TAMAT]
ChickLitwomen's series #2 Amanda, sarjana Manajemen yang lulus dengan predikat cumlaude. Namun, malah luntang-lantung tidak mendapatkan pekerjaan. Sampai suami sepupunya menawarkan pekerjaan di perusahaan temannya, sebagai staff di divisi keuangan. Awalnya...