03. Ruang Rapat

5.3K 290 6
                                        

"Manda, bangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Manda, bangun. Amanda!"

"Huaammm!"

"Ish bukannya bangun, malah narik selimut."

Ayunda mendumel saat Amanda yang dia bangungkan malah kembali tidur, padahal jam sudah menujukan pukul 6 pagi.

"Bangun, Manda!" teriak Ayunda lagi, masih coba membangunkan.

"Apa sih? Hari sabtu juga," katanya dengan suara serak dan masih setengah sadar.

"Hei ini hari Jum'at!"

Amanda yang tadinya setengah sadar, langsung terduduk. "Hah?!"

"Hah hoh! Hah hoh! Cepetan mandi. Kamu ini loh, tadi malam begadang, kan?"

Bak anak SMA yang gelagapan karena telat sekolah, Amanda terburu-buru pergi ke kamar mandi. Dia benar-benar lupa jika hari ini Jum'at, sampai nekat begadang untuk menghabiskan drama korea sampai jam 2 pagi.

Sekitar 30 menit, dia sudah siap memakai sepatu. Tentu saja melewatkan sarapan pagi untuk menghemat waktu. Untungnya sebelum pergi, Ayunda membantunya memanaskan motor sehingga bisa langsung di pakai.

"Arghhhh bego banget, sih, gue," gerutunya di tengah perjalanan.

Mengetahui keadaan jalan raya pasti macet, dia pun mengambil jalan pintas dengan melewati gang-gang sempit. Namun, resiko yang harus dia terima adanya jalan becek, anak-anak sekolahan sampai Ibu-ibu yang berdiri di pinggir jalan untuk berbelanja.

Sampai di tikungan jalan, ada pedagang Bubur ayam yang lewat. Membuat Amanda langsung berteriak untuk menyuruhnya minggir.

"Hati-hati, Neng!"

"Maaf, Bang!" serunya yang tidak bisa menunda perjalanan.

Akhirnya gadis dengan blouse berwarna biru dan rok span putih itu sampai di kantor jam tujuh kurang lima menit.

Ketukan heels yang berpacu di lantai mengalihkan perhatian beberapa orang di sekitar lift. Namun, siapa yang peduli. Amanda terus saja mengebut, bahkan langsung masuk mendahului orang lain.

"Telat, ya, Mbak Manda?"

"Huh?"

Nina, gadis itu tersenyum saat melihat Amanda menoleh ke arahnya. Kali ini gadis itu mengecat rambutnya berwarna pink terang, cukup nyentrik dan berani.

"Biasanya Pak Refal bakal marah, nggak, kalo bawahannya telat?"

Bukan marah, tapi ceramah tunggal dengan tema time is money, dumelnya dalam hati. Namun dia tersenyum tipis dan berkata, "kami cuma dikasih teguran aja."

"Ughhh Pak Refal memang idaman banget. Nggak marah-marah, to the point, terus agak cuek-cuek perhatian gimana gitu." Nina girang sendiri saat membayangkan atasannya Amanda-menurut persepsinya sendiri.

Amanda [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang