Teror Bunga Lili

3.4K 214 6
                                        

Perusahaan kembali seperti biasa setelah perayaan ulang tahun besar-besaran kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perusahaan kembali seperti biasa setelah perayaan ulang tahun besar-besaran kemarin. Namun, masih banyak media yang meliput karena berita lamaran direktur utama mereka, Ilham.

Sebenarnya Amanda tidak terlalu peduli, kecuali para wartawan itu mencegatnya untuk diminta keterangan. Saat itu terhadi, dia baru akan bertindak dengan menolaknya secara sopan. Bukan apa-apa, dia tidak mau salah ucap, apalagi dia sadar kalau dirinya suka kelepasan saat berbicara.

Berjalan masuk ke dalam kantor dari arah Basement. Amanda kembali bertemu Nina di depan lift. Sepertinya ini akan menjadi rutinitasnya setiap pagi. Gadis itu kini mewarnai rambutnya dengan motif polkadot. Sampai membuat Amanda bertanya-tanya bagaimana cara mengecatnya.

"Pagi, Mbak Amanda," sapanya dengan girang. Lalu memindai tubuh Amanda, sehingga membuatnya mengikuti arah pandang gadis itu.

"Kenapa?"

"Saya baru pertama kali liat mbak Amanda pake dress flower kayak gini. Cocok."

"Ah, makasih. Rambut Mbak Nina juga unik, motif polkadot."

Nina tersenyum malu karena dipuji Amanda. "Saya sebenarnya pake ini biar samaan kayak dasi Pak Refal pas acara perusahaan kemarin," bisiknya karena dalam lift itu ada karyawan dari divisi lain.

Amanda pun mengingat-ingat setelan yang Refal pakai kemarin. Memang ada motif, tetapi dia tidak tahu jika itu motif polkadot karena terlalu kecil. Dalam hati gadis itu memuji penglihatan Nina yang tajam.

Denting suara lift tanda lantai tujuan mereka telah tiba, membuat keduanya keluar bersamaan. Tidak ada gunanya menghindar dari staff divisi pemasaran itu karena ruangan mereka berdekatan. Meskipun lelah, kadang Nina juga menyenangkan jika tidak membahas Refal. Gadis itu tahu semua berita baik tentang; pemerintahan, fashion, selebriti bahkan isu sosial.

Amanda mendorong pintu ruang divisi keuangan. Sudah ada Hari, Farel dan Haikal yang menempati balkon. Sementara Kartika belum keliatan bulu hidungnya. Gadis itu pun bergabung dengan para laki-laki yang berada di sana.

"Pada ngapain?" tanya Amanda yang berdiri di ambang pintu menuju balkon.

"Ngopi," sahut Hari singkat seraya mengangkat gelasnya.

"Pagi Mbak Amanda," sapa Farel, sedangkan Haikal hanya tersenyum singkat.

"Belum ada kerjaan, ya? Pak Refal emang belum masuk?"

"Kayaknya, sih, belum. Tadi pas gue dateng, Mbak Nindi baru keluar dari sana habis bersih-bersih."

Amanda berjalan mendekat, menyandarkan tubuh depannya pada pembatas balkon yang setinggi dada. Menikmati udara pagi Ibukota yang bercampur polusi. Di bawah sana banyak kendaraan, asap knalpot dan suara klakson yang menjadi satu.

"Saya denger kemarin Mbak Amanda dapat bunga. Ciee ada yang naksir, ya, Mbak?" celetukan Hari membuat Amanda mengalihkan perhatiannya dari jalanan.

Amanda tersenyum kikuk karena bingung harus menjawab bagaimana. Satu sisi dia takut dengan si pengirim itu, di sisi lainnya dia ingin mengiyakan agar pembahasan tersebut segera berakhir.

Amanda [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang