women's series #2
Amanda, sarjana Manajemen yang lulus dengan predikat cumlaude. Namun, malah luntang-lantung tidak mendapatkan pekerjaan. Sampai suami sepupunya menawarkan pekerjaan di perusahaan temannya, sebagai staff di divisi keuangan.
Awalnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sidang dilanjutkan minggu depan dengan saksi dari pihak penggugat."
Ketukan palu sebagai penanda jika sidang pertama telah selesai, setelah satu jam berlalu. Keputusan belum didapatkan karena pihak Amanda tidak memiliki bukti kekerasan yang dilakukan oleh Farel.
Dania dan Budi langsung berlari menghampiri Amanda yang duduk di samping pengacaranya. Gadis itu tampak pucat dan keadannya benar-benar lemas. Sejak dibacakan tuntutan oleh Jaksa, gadis itu tak henti-hentinya menatap keluarganya. Belum lagi Farel yang terus menatapnya tajam seperti singa yang sedang membidik mangsa.
"Kamu nggak apa-apa, kan, sayang?" Dania mengusap wajah Amanda yang masih memucat. Gadis itu benar-benar takut.
Dengan sigap Refal yang juga ikut dalam persidangan, menyodorkan sebotol air mineral. Amanda langsung meminumnya karena haus. Sejak tadi dia tidak berani bergerak selain memberikan keterangan di depan Hakim.
"Kamu tidak perlu takut, kami selalu ada di sini," kata Refal berusaha menenangkan Amanda.
Sementara Dania mengurus Amanda, Refal dan Budi berpindah untuk berbicara dengan pengacara yang menangani kasus itu.
"Tidak ada CCTV dari arah samping, cuma ada di depan dan belakang gedung," ujar Refal yang lebih tahu keadaan di perusahaan mereka bekerja.
"Tapi, kan, saya bisa jadi saksi. Saya melihat jelas dia mencekik Amanda. Makanya saya menghajarnya."
"Berarti untuk sidang selanjutnya, kita bisa pakai kamu untuk jadi saksi." Budi menepuk-nepuk bahu Refal dan mengajaknya kembali ke tempat Amanda.
Keadaan gadis itu sudah lebih baik. Wajahnya juga tidak sepucat tadi setelah meminum air.
"Kalo mau langsung pulang, pulang saja. Tidak usah masuk kantor," kata Refal yang khawatir dengan keadaan Amanda.
"Saya nggak apa-apa. Kita balik aja, lagi banyak kerjaan soalnya."
Bukan tanpa alasan Amanda meminta untuk kembali bekerja, dia harus menyibukkan diri agar tidak terlalu memikirkan persidangan. Salah satu caranya adalah dengan bekerja. Dengan begitu, dia akan lupa sejenak.
Dania dan Budi tidak terlalu mengekang gadis itu. Mereka mengikuti saja kemauan Amanda yang ingin kemana. Walaupun sebenarnya khawatir gadis itu akan jatuh sakit karena tidak beristirahat.
"Ayah titip Anda, ya, Refal," kata Budi pada Refal sebelum laki-laki itu pergi dengan Amanda.
"Pasti, Ayah."
Setelah itu keduanya mensejajarkan langkahnya dengan Amanda dan Dania yang sudah di depan. Mereka turun bersama ke bawah menuju parkiran sebelum akhirnya berpisah di jalan raya.
●○●○●○●○
"Njir! Ini beneran pacarnya Pak Refal?!" pekikan Kartika mengagetkan Hari yang sedang menyusun laporan. Meskipun untuk mengumpati kelakuan temannya, laki-laki tetap mendekat untuk melihat.