women's series #2
Amanda, sarjana Manajemen yang lulus dengan predikat cumlaude. Namun, malah luntang-lantung tidak mendapatkan pekerjaan. Sampai suami sepupunya menawarkan pekerjaan di perusahaan temannya, sebagai staff di divisi keuangan.
Awalnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Amanda." Suara itu terdengar lagi. Kali ini lebih jelas meskipun serak. Amanda segera menghampiri meja Refal dan memeriksa keadaan atasannya.
"Pak? Pak Refal?" Entah keberanian dari mana, Amanda mendorong tubuh Refal ke belakang dan bersandar di kursi.
Wajah Refal pucat dengan bibir yang membengkak. Napas laki-laki itu juga tidak teratur, terlihat dari susahnya dia menarik napas.
"Pak? Bapak masih sadar? Pak? Bapak bisa dengar saya?" Gadis itu menepuk-nepuk pipi Refal untuk memastikan kesadaran laki-laki itu.
"Pak, ngomong sesuatu dong. Saya takut banget ini. Saya sendirian di sini, nggak orang lain. Saya nggak tau harus gimana." Amanda kembali mengoceh di samping Refal, panik sendiri sampai tidak tahu harus melakukan apa.
"Tck, berisik." Decakan yang keluar dari Refal, membuat Amanda sedikit sadar.
"Saya ... Saya bawa ke rumah sakit aja, ya, Pak?"
"Panggil Ambulance dulu," kata Refal dengan lemah. Laki-laki itu bahkan tidak mampu membuka matanya.
Sesuai intruksi dari Refal, Amanda segera mendial nomor ambulance dari rumah sakit terdekat. Namun, mereka tetap harus menunggu sekitar 15 menit. Selama ini, Amanda hanya bolak-balik. Dia benar-benar panik karena tidak pernah mengurus orang sakit.
Saat ambulance datang dan Refal yang dievakuasi oleh perawat, Amanda ikut naik ambulance menuju rumah sakit. Tidak mungkin dia meninggalkan laki-laki itu sendirian. Setidaknya harus ada yang menjadi walinya sebelum wali yang sebenarnya datang.
"Pak? Bapak bertahan, ya? Walaupun banyak nyebelin, saya tetap mau bapak hidup." Amanda terus meracau dalam Ambulance. Sedangkan Refal sudah dipasangkan oksigen agar bisa bernapas.
"Kayaknya Mas ini alergi. Sebelum kejadian, Masnya makan apa?"
Amanda menatap perawat itu. "Makan kue strawberry. Kami semua tadi sore makan itu. Tapi selain itu, saya nggak tau atasan saya makan apa lagi," jelas gadis itu.
Perawat itu tidak bertanya lagi. Bertanya pada Refal pun tidak mungkin karena keadaan laki-laki itu yang tidak memungkinkan.
Sesampainya di rumah sakit, Amanda langsung mengurus administrasi saat Refal masuk ke Unit Gawat Darurat. Laki-laki itu tadi sempat menyerahkan dompet padanya. Meskipun dalam keadaan darurat, nyatanya Refal lebih cekatan dibandingkan Amanda yang sehat.
"Pasien alergi terhadap strawberry. Kami sudah memberikan obat alergi. Untung saja pasien cepat dilarikan ke rumah sakit atau keadaannya bisa lebih parah."
"Sekarang keadaannya gimana, Dok?"
"Obatnya sudah mulai bereaksi. Tapi pasien harus dirawat inap untuk malam ini. Besok kita akan lihat perkembangannya."
Setelah mengatakan itu, Dokter tersebut berlalu dari sana. Amanda mendekati brangkar tempat Refal tidur sekarang. Laki-laki itu sudah sadar meskipun masih sangat lemah.