"Pagi Mbak Amanda."
"Pagi ... Mbak Nina?"
Amanda menatap lama perempuan berambut hitam di depannya itu. Jika biasanya dia berambut warna-warni seperti anak ayam di pasar, kali ini rambutnya berwarna hitam dan terlihat lebih elegant. Benar-benar seperti orang yang berbeda.
"Mbak pangling, ya, liat rambut saya? Banyak kok yang kayak gitu," kata Nina sendiri sambil menyugar rambutnya.
Keduanya pun masuk lift karena memang bertemu di loby. Entah memang sudah takdirnya untuk bertemu Nina hampir setiap hari jika baru datang.
"Mbak Manda, kira-kira kalo Pak Refal liat penampilan saya, bakal pangling kayak Mbak Manda tadi, nggak, ya?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Amanda ikut berpikir. Apa laki-laki itu peduli dengan penampilan orang lain? Dia rasa tidak. Kecuali jika itu mungkin penampilan Gita yang menjadi incarannya.
"Saya kurang tau mbak Nina. Kalo mbak Nina penasaran, bisa langsung cek sendiri. Permisi," ucapnya bersamaan dengan pintu lift yang terbuka. Dia langsung turun dengan buru-buru agar tidak berurusan dengan wanita itu lagi. Cukup mengganggu pagi Amanda karena Nina secara terus-menerus menanyakan perihal atasannya.
Kayak nggak ada pembahasan lain aja!
Berjalan menuju divisinya dengan langkah yang masih diikuti oleh Nina. Amanda benar-benar tidak peduli bahkan perempuan itu sudah masuk ke ruangan mereka. Sudah ada Kartika yang duduk di balik kubikelnya dan Hari yang berada di balkol, diluar ruangan sedang merokok.
Ekspresi Kartika sama seperti yang Amanda tunjukkan tadi di bawah. Perempuan itu menatap Nina penuh tanda tanya. "Pagi Mbak Kartika."
Mendengar suaranya, Kartika menduga itu adalah Nina, tetapi dia tidak yakin. Sampai menoleh ke arah Amanda. Saat Amanda mengangguk membenarkan firasatnya, baru Kartika membalas sapaan perempuan itu.
"Pak Refal ada nggak?"
"Pak Refal lagi ke ruangan Pak Ilham. Ada perlu apa, ya, Mbak Nina?" sahut Kartika yang memang sempat diberitahukan oleh atasannya itu.
"Nggak ada, sih, saya mau sapa aja."
"Maaf, ya, Mbak Nina. Tapi Pak Refal kurang suka diganggu saat jam bekerja. Sebaiknya Mbak Nina menjaga sikap," ucapan Kartika sontak membuat Amanda yang sejak tadi diam, terkejut.
"Maksudnya Mbak Kartika apa, ya? Saya menganggu gitu?" balas Nina tidak terima.
"Bagi Pak Refal, apapun yang tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan adalah gangguan. Saya ngomong gini untuk kebaikan Mbak Nina juga. Bukan begitu Mbak Amanda?" Kartika memberikan kode pada Amanda agar mengiyakannya.
Amanda yang paham, langsung mengangguk antusias. "Bener! Pak Refal orangnya emang gitu, Mbak. Pekerjaan adalah segalanya. Sampai-sampai, nih, ya Mbak bawahannya juga disuruh lembur kalo kerjaan belum siap. Nggak tanggung-tanggung lagi kerjaannya. Jadi dari pada Mbak Nina kena semprot-" Amanda sempat menjeda ucapannya karena Kartika kembali memberi kode. Dia yakin temannya itu pasti menyuruhnya untuk membeberkan kebusukan Refal agar dia tidak datang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amanda [TAMAT]
Chick-Litwomen's series #2 Amanda, sarjana Manajemen yang lulus dengan predikat cumlaude. Namun, malah luntang-lantung tidak mendapatkan pekerjaan. Sampai suami sepupunya menawarkan pekerjaan di perusahaan temannya, sebagai staff di divisi keuangan. Awalnya...