Pelindung Amanda

3.2K 212 5
                                    

"L-lepas!" kata Amanda yang memandangnya dengan bengis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"L-lepas!" kata Amanda yang memandangnya dengan bengis. Dia bahkan memukul lengan laki-laki itu agar berhenti.

Namun, tampaknya laki-laki itu sudah gelap mana. Dia tetap mencekik Amanda sampai gadis itu meneteskan air mata. Dia sudah pasrah jika memang harus meninggal di sini.

Tiba-tiba saja tubuh laki-laki itu terjerembab ke samping. Terakhir yang Amanda lihat sebelum pingsan, Refal memukul laki-laki itu dengan membabi-buta.

Terjadi perkelahian antara Refal dan Farel di samping gedung kantor. Ya, pelaku itu adalah Farel, adik tingkat Amanda saat kuliah dulu. Refal terus menghajar Farel saat laki-laki itu sudah terbaring lemah. Dia benar-benar gelap mata, apalagi saat mengingat bagaimana dia mencekik Amanda.

Untung saja ada beberapa staff yang lewat dan melerai perkelahian itu. Jika tidak, mungkin Farel akan mati di tangan Refal. Mereka segera menghubungi pihak kepolisian setelah mendengar penjelasan Refal.

"Amanda? Kamu bisa denger saya?" Refal mengguncang pelan tubuh Amanda yang terbaring di tanah. Gadis itu sudah tidak sadarkan diri dengan keaadan leher yang memerah.

Tak menunggu lebih lama, Refal langsung mengangkat gadis itu dalam gendongannya. Ada banyak staff yang keluar gedung karena perkelahian tadi. Mereka pun membantu Refal membukakan pintu mobil untuk memasukkan Amanda.

"Saya ikut, Pak!" ujar Kartika yang ikut masuk dalam mobil Refal dan  kini duduk sambil memangku kepala Amanda.

Tak hanya Kartika, Hari juga masuk dan duduk di sebelah kemudi. Kini mereka bertiga mengantarkan Amanda yang tak sadarkan diri ke rumah sakit.

Sesampainya di perempatan, mereka malah terjebak kemacetan. "Belok kiri aja, Pak. Kita ambil jala pintas," kata Hari yang lumayan hapal jalan di daerah itu.

Refal pun langsung memutar ke arah kiri sesuai arahan Hari. Meskipun sedikit lebih jauh dari jalan biasanya, setidaknya mereka tidak terjebak kemacetan yang entah kapan akan usai itu. Sesampainya di rumah sakit, Amanda dimasukkan ke ruang IGD dan langsung ditangani oleh Dokter umum.

"Pasien hanya shock dan kekurangan oksigen makanya pingsan. Selain itu tidak ada yang perlu di khawatirkan. Pasien sudah kami infus dan menyuntikkan obat, mungkin sebentar lagi akan sadar," ucap salah seorang perawat pada ketiga orang di depan IGD.

"Boleh saya masuk?"

"Silakan, Pak. Harap tetap tenang agar tidak mengganggu pasien lain."

Refal masuk ke dalam ruangan setelah meminta Hari dan Kartika mengurus administrasi untuk Amanda. Bersamaan dengan itu, Amanda sadar dan langsung  memeluk laki-laki itu.

"Pak, Farel pelakunya. Tolong saya, Pak," rintihnya dengan suara bergetar. Refal hanya bisa mengelus kepala Amanda agar gadis itu tenang.

"Saya sudah menyerahkannya ke polisi. Sekarang kamu bisa tenang."

Amanda [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang